Malam harinya, setelah membereskan sisa-sisa acara tasyakuran tadi hanya tersisa Azam dan Stella di dalam rumah tersebut.
Maryam dan Khalisa sudah diantar menuju kontrakan yang pernah ditempati oleh Maryam. Kebetulan jika ada kebutuhan kuliah yang mendesak, wanita itu menginap di kontrakan itu, mengingat jarak dari kampus ke pondok pesantren lumayan jauh.
“Stella” Panggil Azam.
Stella menoleh, wanita itu baru selesai mengeringkan rambutnya, “Ya, ada apa?” tanyanya.
“Sudah selesai?” Tanya Azam.
Stella mengangguk, dia menghampiri suaminya.
“Ayo sholat isya dulu, biar aku yang imami” Ucap Azam.
Stella terdiam kaku, dia masih tidak terbiasa menunaikan ibadah dengan orang lain apalagi Azam.
“Tidak usah merasa takut atau gugup, apa kau tau jika Allah SWT menyukai umat-Nya yang sholat berjamaah? Jika kita melaksanakan sholat berjamaah maka, kita akan mendapatkan ganjaran pahala 27 kali lipat, juga insyaallah akan terjaga dar godaan setan.
Ada satu lagi hal yang bisa kita pelajari dari sholat berjamaah, yaitu ketika imam mengucapkan ‘ghairil maghduubi alaihim waladh dhaaliin’, lalu sang makmum manjawab ‘amiin’, niscaya Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa kita yang ucapan ‘amiin’-nya bersamaan dengan malaikat” Jelas Azam, lelaki itu sedang membujuk istrinya untuk menjadi istri dan makmum yang sempurna, mungkin?
Stella akhirnya mengangguk, dia mau di imami oleh Azam.
“Aku ambil wudhu dulu” Ucap Stella.
Azam mengangguk, dia menyiapkan mukena istrinya di kasur, juga dua sajadah ia gelar di samping tempat tidur untuknya dan untuk istrinya.
“Assalamu’alaikum warahmatulla”
“Assalamu’alaikum warahmatullah”
Dua salam terakhir itu menutup rukun sholat isya mereka di malam itu, dilanjutkan dengan Azam yang memimpin doa dan beberapa dzikir.
Selanjutnya lelaki itu memberikan tangan kanannya untuk Stella dan segera di sambut tangannya oleh Stella, dia mencium punggung tangan suaminya.
Sejemang kemudian, lelaki itu membawa istrinya mendekat dan mencium kening Stella pelan.
“Kalau aku ada di rumah atau ada bersamamu berdua maka, izinkan aku untuk menjadi imam bagimu. Jika aku tidak ada di rumah, baru boleh sholat sendirian” Ucap Azam.
“Jika ingin sholat berjamaah di masjid terdekat juga boleh, asalkan menghindari segala sesuatu yang dapat memancing syahwat para lelaki seperti memakai parfum atau menggunakan perhiasan, kecuali cincin pernikahan ya, Stella. Kalau yang itu jangan di lepas” Lanjut Azam, menunjukkan keposesifannya di akhir kalimat.
“Memangnya kenapa?” Tanya Stella.
“Kan sudah dibilang, agar tidak mengundang syahwat yang bukan mahramnya. Kalau mau pakai parfum ya pakai saja ketika berdua denganku, itu tidak masalah. Perihal cincin, tentu karena itu menunjukkan bahwa kau sudah memiliki suami, yaitu aku.
Stella, kau wanita boleh berjamaah di masjid atau di musholla tapi, itu tidaklah wajib dan memang lebih baik di rumah” Ucap Azam, menjelaskannya dengan perlahan agar Stella mampu memahami perkataannya.
Stella pun hanya mengangguk, mengerti. Wanita itu juga memahami bahwa ternyata Islam KTP-nya, jika dipelajari lebih dalam malah membawa banyak sekali manfaat, aturan-aturannya begitu melindungi harkat dan martabat seluruh wanita muslim.
“Kalau begitu, ayo bereskan ini dan istirahat. Kau pasti lelah” Ucap Azam.
Mereka membereskan peralatan sholat masing-masing lalu keduanya hanya tidur bersebelahan dengan guling yang menjadi pembatas. Begitu setiap malam sejak awal pernikahan mereka, sampai satu persatu mulai tertidur dan masuk ke alam mimpi masing-masing.
“Mas, sudah tidur?” Bisik Stella tapi, matanya masih menatap langit-langit kamar.
Azam yang mendengar suara istrinya langsung duduk, “Belum, ada apa?” Tanyanya.
Stella ikut duduk, menyesuaikan dirinya dengan sang suami. Wanita itu masih tidak begitu berani menatap wajah tampan di depannya.
“Mau membahas soal di mobil tadi?” Tanya Azam, seperti bisa membaca pikiran istrinya.
Stella mengangguk, “Ya, ada yang ingin aku tanyakan padamu” ucapnya.
Azam mendekatkan dirinya pada Stella, mengangkat wajah wanita itu untuk menatapnya.
“Aku ini sudah halal kau lihat sepuasmu. Jika dulu kau bisa menatapku dengan penuh keberanian itu adalah dosa maka, menatapku sekarang adalah pahala” Ucap Azam tepat di depan wajah Stella.
Wanita itu hanya meneguk salivanya, gugup dengan posisi itu.
“Katakan, apa yang ingin kau tanyakan hm?” Ucap Azam sembari memberi jarak antara dirinya dan juga Stella.
“A-anu. Tentang kita yang sudah menikah beberapa hari ini, emmm” Stella menghentikan ucapannya, ragu dan malu bercampur menjadi satu.
“Lanjutkan, sayang. Aku tidak akan menggigitmu” Ucap Azam, lelaki itu gemas sendiri dengan wajah merah istrinya.
Sebenarnya dia sudah mengerti kemana arah pembicaraan ini akan berlangsung, lelaki itu hanya sedang menunggu istrinya mengatakan secara gamblang, sebagai pelajaran saja jika keterbukaan dari sebuah hubungan itu penting.
“Emm, kenapa kau tidak menyentuhku? Apa kau tidak suka denganku? Atau kau jijik dengan masa laluku karena aku adalah seseorang yang kotor dan tidak suci?” Ucap Stella.
Azam tersenyum, lelaki itu mengambil tangan istrinya dan mengelus pelan punggung tangan Stella.
“Begini, bukan aku tidak mau menyentuhmu atau bahkan mengga*limu, kau tau betul bahwa aku bahkan sudah sering melakukan sentuhan-sentuhan ringan seperti ini padamu. Tidak tentang masa lalumu, itu tidak penting bagiku karena yang terpenting adalah kau yang sekarang ada di depanku bersama dengan masa depan kita.
Stella, menikahi seorang pezina adalah haram hukumnya, itu kenapa aku memintamu untuk bertaubat sebelum aku mengucapkan akad di atas Alqur’an. Aku sudah pernah menjelaskan padamu bahwa Allah adalah sang maha besar, beliau membukakan pintu yang luas bagi hamba-hambaNya untuk bertaubat dan memohon pengampunan padaNya.
Dari hal ini jelas sekali bahwa kau adalah wanita yang suci, bagus jika kau menyesali perbuatanmu di masa lalu, karena itu berarti kau benar-benar bertaubat. Itu urusanmu dengan Allah SWT, teruslah berdoa dan minta pengampunan dari-Nya”
Stella menangis, entah kenapa rasa bersalahnya begitu besar kepada suaminya itu. Suami yang sabar dan yang menuntunnya ke jalan yang begitu tenang kini harus menerima ratu tanpa mahkota sepertinya.
“Aku hanya memberimu waktu untuk menerimaku sebagai suamimu. Bukankah kau menolakku dengan keras sebelum kita menikah? Aku hanya tidak mau jika semisal aku meminta hakku, kau akan menolak dan itu akan menjadi dosa untukmu. Aku ingin kita melakukannya dengan ikhlas, tanpa suatu paksaan apapun.
Tapi, seandainya jika sampai empat bulan kita tidak juga melakukannya maka, aku hanya memiliki dua pilihan. Satu, mempertahankan rumah tangga ini dengan mengga*ulimu atau pilihan yang kedua yaitu men-ceraikanmu karena kau tidak mendapatkan nafkah batin dariku selama itu” Azam menjelaskan dengan rinci hal tersebut, lelaki itu turun dari ranjang dan mengambil sebuah buku dari dalam lemari.
Lelaki itu menyerahkannya kepada istrinya, “Ini adalah kitab Fathul Azar, bacalah dan datang padaku jika kau sudah siap” ucap Azam.
Stella mengambilnya dari tangan Azam lalu bertanya, “Ini apa? isinya tentang apa?” tanyanya.
“Itu adalah kitab yang berisi edukasi **** menurut Islam. Ada tata cara dan adab dalam berhubungan, ada pula larangan-larangan dan juga waktu serta hari atau malam-malam yang di perbolehkan menurut syariat Islam” Jawab Azam santai.
Lelaki itu kembali menaiki ranjang, menghapus air mata istrinya, “Jangan menangis, aku berdosa jika kau menangis karenaku. Aku mengambilmu dengan amanat dari orang tuamu dan dari Allah SWT, maka sejak itu kebahagiaan dan kemakmuranmu adalah tanggung jawabku” ucapnya lalu memeluk Stella.
Lelaki itu menaruh kitab itu di nakas lalu membawa Stella tidur dengan air matanya yang masih menetes dalam pelukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
JOLAN ARSITEK
lanjut..
2023-04-28
0