“Qabiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkuur wa radhiitu bihi, wallahu waliyyu taufiq”
Azam mengucapkan ijab kabul itu dengan lancar dalam satu tarikan napas.
“Sah?” Tanya pak penghulu kepada saksi.
Saat itu abi Daud mengangguk, “Sah” Ucapnya bebarengan dengan saksi yang lain.
“Alhamdulillah” Gumam orang-orang disana.
Pernikahan di adakan secara sederhana di pondok pesantren Lailatul Qadar dan hanya di hadiri oleh beberapa orang, seperti keluarga inti Azam termasuk Zaidan dan juga beberapa pengurus pondok pesantren.
Azam menyentuh ubun-ubun Stella yang sudah sah menjadi istrinya, “Allahumma inni as’aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa’alaih. Wa a’udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha ‘alaih”
Itu adalah sunnah yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW., bagi pengantin laki-laki.
“Apa yang kau lakukan?” Bisik Stella, bingung dengan yang dilakukan Azam.
Stella terlihat begitu cantik, dengan balutan dress pengantin dari Maryam dan makeup tipis. Untuk pertama kalinya, Azam dapat melihat dengan puas wajah cantik di hadapannya.
Azam hanya tersenyum menanggapi istrinya, dia memberikan tangan kanannya. Stella yang bingung, hanya melihat Azam.
Dengan isyarat, Azam melirik tangannya dan juga Stella bergantian. Beruntungnya, Stella mengerti, dia menyambut tangan Azam lalu mencium punggung tangan suaminya.
Di ujung pintu sana, seorang wanita sedang menatap mantan calon suaminya bertukar cincin dengan wanita lain. Dia hanya bisa menangis dalam diam.
“Istirahatlah” Ucap abi kepada pengantin baru itu setelah acara digelar. Mereka memang baru menikah secara agama, karena ini diadakan begitu mendadak.
Azam dan Stella mencium tangan abi Daud dan umi Fatimah lalu pergi ke kamar Azam.
“Apa kita akan disini terus?” Tanya Stella, jujur saja dia tidak nyaman jika harus berada di lingkungan pondok pesantren. Terlepas dari gaya hidupnya yang berbeda, Stella lebih tidak nyaman saat mendapatkan tatapan-tatapan tidak enak dari mereka.
“Kau tidak mau disini?” Tanya Azam.
Stella diam, dia tidak bisa mengatakan seperti itu bukan? Dia takut menyinggung perasaan Azam.
“Kita pergi besok, cari saja rumah yang kau inginkan tapi, kalau untuk meninggalkan kota ini maaf, aku belum bisa” Sahut Azam.
Stella sedikit terkejut dengan ucapan suaminya, apa membeli rumah menurut Azam semudah itu? Dia saja menyewa apartemen rasanya sudah mau mati, saking mahalnya.
“Apa kau serius?” Tanya Stella.
Azam mengangguk, “Sekalian kita urus surat-surat nikahnya” ucapnya.
“Apa tidak memberatkanmu? Apa tidak sebaiknya sewa dulu?” Tanya Stella.
Azam menggeleng, “Tentu saja tidak, apapun itu jika untuk kenyamananmu, aku tidak akan keberatan” sahutnya.
Stella terdiam dengan jawaban yang disampaikan Azam, entah kenapa ada rasa senang tersendiri di dalam dirinya.
“Sepertinya aku harus bersyukur, karena sepertinya kau bisa menjadi makmum yang baik” Gumam Azam, ketika melihat Stella sudah mulai luluh dengan sendirinya hanya dalam waktu semalam.
Stella menatap Azam, benar juga, pikirnya, Apa aku sudah takluk dengan dirinya hanya karena dua rakaat sholat taubat kemarin?
“Tidak apa, kita belajar pelan-pelan. Teruslah menjadi Stella yang baik” Sahut Azam lalu berjalan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Cih
Stella berdecih pelan, “Memangnya selama ini aku jahat?” Gumamnya sambil menatap pintu kamar mandi yang sudah tertutup.
Stella menatap sekelilingnya, pondok pesantren yang ada di bayangannya selama ini adalah tempat yang tidak nyaman dan juga kuno tapi, pondok pesantren itu berhasil mematahkan pemikiran itu.
Dengan desain yang sudah baru dan elegan, itu tidak terlihat pondok, lebih terlihat seperti perumahan menurut Stella.
Wanita itu melepas hijabnya, merasa gerah dengan kain yang menutup kepalanya.
“Hah, segarnya” Gumamnya setelah kain itu terlepas.
“Jangan membukanya lagi di depan umum, karena itu sudah mutlak menjadi milikku dan hanya aku yang bisa melihatnya” Ucap Azam.
Stella terkejut, dia langsung menoleh ke sumber suara. Lelaki itu baru saja keluar dari kamar mandi, dengan bahrobe yang melekat di tubuhnya, berjalan menuju lemari pakaiannya.
“Aku terkejut” Ucap Stella.
“Maafkan aku” Jawab Azam sambil tersenyum.
Stella terpaku dengan senyuman itu, dia baru sadar bahwa suaminya tidak seburuk yang ia kira, suaminya yang biasanya menundukkan kepala saat melihatnya kini mengangkat wajahnya tenang.
“Kau tidak menundukkan kepalamu lagi?” Tanya Stella.
“Kau sudah sah menjadi istriku, dimana itu artinya kau adalah mahramku, aku bebas menikmati kecantikanmu, begitu juga sebaliknya” Ucap Azam.
“Apa bedanya jika kau menatapku seterusnya dengan sebelum menikah? Pada akhirnya juga kau akan melihatku seperti ini” Jawab Stella sembari membersihkan sisa-sisa makeup di wajahnya.
“Aku sudah pernah menjelaskan hal ini sebelumnya saat aku akan membawamu kemari dan sebagai wanita muslim, kau harus senantiasa menutup auratmu, terlebih kau sudah memiliki suami.
Aurat laki-laki adalah dari antara pusar hingga ke lutut, sedangkan aurat wanita adalah seluruh tubuhnya kecuali ini” Azam menyentuh wajahnya, lelaki itu berdiri di belakang Stella melihat ke arah standing mirror itu, “dan juga ini” kali ini Azam menunjukkan telapak tangannya ke cermin.
“Apa kau sudah gila? Itu sama sekali tidak modern, lihat bagaimana orang-orang disini berpakaian seperti itu malah terlihat kolot dan tidak modis”
Azam tersenyum, menatap istrinya dengan tenang.
“Menutup aurat bagi wanita dan lelaki muslim itu hukumnya wajib, Stella.
Islam memiliki kriteria sendiri dalam berpakaian, bukan tentang seberapa mahal atau seberapa modis pakaian yang kamu gunakan, bukan juga tentang dari seberapa terkenal perangcang yang membuatnya.
Allah SWT sudah menjelaskannya di dalam Al-Quran, surat Al Ahzab ayat 59 dimana dalam ayat tersebut Allah SWT memerintahkan kepada para nabi untuk mengatakan kepada seluruh wanita mu’min yaitu para istri dan anak-anak perempuan agar mereka mengenakan pakaian yang sopan dengan jilbab yang menutup tubuhnya, terutama saat keluar rumah.
Tujuannya adalah untuk menjaga kehormatan para wanita agar terhindar dari segala gangguan syaiton”
Stella mendengarkan Azam sambil menatap lelaki itu dari pantulan cermin. Mereka saling tatap di dalam cermin itu, pandangan keduanya terkunci sempurna.
“Hal ini juga di jelaskan pada surat Al Ahzab ayat 33 dimana inti sari dari ayat tersebut adalah bahwa apabila kita keluar rumah hendaknya kita berjalan cepat tapi, tidak lincah. Tidak pula berhias diri apalagi genit dan tabarruj yang mempertontonkan lekuk tubuh dalam berpakaian, hal ini tidak hanya di peruntukkan bagi istri-istri nabi tapi, juga untuk seluruh muslim dan muslimah”
Saat mendengar penjelasan Azam yang ini, pikiran Stella melanglang buana saat dimana dia sebelum kemari bahkan saat kemari dia masih mengenakan pakaian yang seperti dikatakan Azam. Gamis ketat dan hijab yang tidak menutup rambutnya dengan sempurna.
Ada rasa kecewa dengan dirinya sendiri saat mendengar hal itu, pintu hatinya seolah diketuk untuk tidak lagi melakukannya.
“Ada sebuah kisah Rasulullah, dimana pada saat itu seorang wanita bernama Asma’ binti Abu Bakar menemui Rasulullah dengan pakaian yang tipis. Saat itu juga, Rasulullah berpaling dari pandangannya dan berkata ‘Wahai Asma’, sesungguhnya wanita yang sudah baligh, tidak boleh memperlihatkan dirinya kecuali ini dan ini’ beliau menunjuk wajah dan telapak tangannya bergantian, seperti yang aku lakukan padamu tadi”
Stella memberanikan diri untuk bertanya, meskipun sebenarnya dia takut dengan jawaban yang akan ia terima nanti, “Apa ganjaran yang akan di dapat jika kita masih melanggar aturan-aturan itu?” Tanyanya.
“Ada dua golongan orang-orang penghuni neraka salah satunya adalah wanita yang berpakaian tetapi seperti telanjang, dia berjalan sembari melenggak-lenggokkan tubuhnya, bisa jadi pakaiannya lebar tapi, tipis dan menerawang atau pakaiannya ketat, bisa juga pakaiannya terlalu pendek, itu yang disebut berpakaian tapi, telanjang”
Glup
Stella meneguk salivanya kasar, itu adalah dirinya kemarin. Ini masih perihal pakaian, bagaimana dengan kelakuannya saat menjadi model? Atau bahkan menjadi wanita malam? kira-kira hukuman apa yang akan diterima nanti? Pikirnya.
Saat itu juga, rasanya kaki Stella lemas, dia seperti ingin merosot dari tempatnya berdiri tapi, Azam menangkapnya.
“Itulah kenapa, Islam itu indah. Allas SWT, menjaga seluruh hambaNya agar terhindar dari dosa-dosa dan panasnya api neraka” Ucap Azam sebelum akhirnya membantu istrinya duduk di ranjang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
JOLAN ARSITEK
semangat Stella
2023-04-28
0