Arsa sudah tahu perihal mantan istrinya yang datang ke rumahnya tanpa undangan dari dirinya. Ia pun meninggalkan kantornya dan langsung pergi ke rumahnya. Satu hal yang pasti, ia tak suka dengan mantan istrinya itu.
Sekarang ia sudah berasa di depan rumahnya, sengaja tidak masuk karena ia mau mendengarkan perdebatan yang Laura lakukan dengan mantan istrinya itu. Sepertinya orang-orang di depannya itu tidak sadar akan keberadaan dirinya di sini.
Tapi sewaktu melihat Laura yang akan ditampar, ia langsung berjalan cepat ke depan dan mencekal pergelangan tangan mantan istrinya itu. Tatapannya begitu menusuk, terlebih untuk mantan istrinya itu.
"Jangan berani menampar dia!" Suara dingin dan penuh keseriusan.
"Arsa! Berikan anak-anak aku!"
"Pergi dari sini atau saya akan bertindak secara tegas!"
"MEREKA ANAKKU! MEREKA MASIH BUTUH AKU! KAU TIDAK BISA MELARANG KU UNTUK BERTEMU DAN MEMBAWA MEREKA PERGI DARI SINI!"
"Hak asuh mereka sudah ada di tangan saya! Mereka tidak lagi butuh ibu seperti dirimu! Pergi sekarang juga dan jangan menunjukkan wajah kotor mu itu di hadapan saya!" ujar Arsa pelan tapi penuh penekanan.
"KAU TIDAK BISA SEPERTI INI, ARSA! AKU TIDAK AKAN PERGI SEBELUM BERTEMU DENGAN KEDUA ANAKKU!"
"SAMPAI KAPANPUN SAYA TIDAK AKAN MEMBIARKAN MEREKA BERTEMU DENGAN DIRIMU! SEJAK KAU PERGI! KAU TIDAK ADA HAK LAGI DENGAN MEREKA!" bentak Arsa sembari menunjuk ke depan wajah mantan istrinya itu.
"Sampai kapanpun aku akan tetap menjadi ibu kandung mereka! Kau tidak berhak melarang ku untuk bertemu dengan mereka!"
Jika di hadapannya ini bukan perempuan, pasti Arsa sudah menghajarnya. Kesabarannya sudah habis, dia datang setelah bertahun-tahun menghilang. Ia cukup sabar karena tidak main fisik, padahal ia bisa saja main fisik dengan dirinya jika hatinya sudah dibutakan oleh amarah.
Sampai kapanpun ia tidak akan memberikan anaknya bertemu dengan wanita seperti dia. Tapi dia datang dengan mudahnya seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Sementara Laura merasa situasi ini mulai memanas.
Ia menarik tangan Arsa agar dia mundur ke belakang, karena posisi Arsa tepat berada di depan mantan istrinya. Takutnya Arsa kelepasan dan sesuatu yang tak dinginkan terjadi. Laura melakukan ini bukan karena membela mantan istri Arsa, hanya saja ia tak suka dengan laki-laki yang main tangan.
"Usir dia dari sini!" perintah Arsa kepada pengawalnya. Arsa langsung melenggang pergi dari sini, diikuti oleh Laura.
"KAU TAK BISA SEPERTI INI ARSA!"
"LEPASKAN! AKU MAU BERTEMU DENGAN MEREKA!"
"AKU AKAN KEMBALI DENGAN MEMBAWA MEREKA PERGI DARI SINI!"
"KAU TIDAK AKAN BISA HIDUP DENGAN TENANG!"
"KAU MUNAFIK! SEMUANYA AKAN HANCUR! TERUTAMA WANITA ITU!"
Deg
Laura terdiam ketika merasa sumpah itu ditujukan kepada dirinya. Ia menggeleng pelan dan segera mengikuti langkah Arsa yang mulai masuk ke dalam rumah. Sebelum benar-benar masuk, ia sempat melihat perempuan itu yang diseret paksa oleh pengawal Arsa. Dia berteriak meminta dilepaskan.
Tapi sama sekali tidak ada yang menurutinya, malahan dia semakin kasar diseret keluar. Pengalaman yang cukup berkesan, Laura sedikit tahu apa yang terjadi sebenarnya di keluarga Arsa. Dia tidak sebaik apa yang ia kira. Dari ucapannya saja sudah membuktikan bahwa dia tidak sebaik itu.
***
3 jam setelah kejadian itu, Arsa tidak kembali ke kantor. Karena pikirannya sudah kacau, akibat kedatangan mantan istrinya itu. Ia pikir dia tidak akan mengganggu hidupnya lagi. Tapi ternyata dugaannya salah. Dia kembali datang dan ingin mengambil Glen dan Josh dari dirinya.
Sampai kapanpun ia tidak akan membiarkan dia datang atau sekadar menunjukkan wajahnya di depan Glen dan Josh. Intinya Glen dan Josh jangan sampai tahu kalau dia mamanya. Rupanya tugasnya semakin bertambah, untuk menyingkirkan perempuan itu dari kehidupannya.
Tiba-tiba saja ia merasa seseorang masuk ke dalam ruang kerjanya, ia melirik sekilas ke arah pintu dan melihat Laura yang masuk ke dalam sini. Ia sama sekali tidak marah karena Laura yang tiba-tiba masuk, malahan ia senang Laura ada di sini. Sedikit mengobati permasalahannya sekarang.
"Apakah kau tidak mau membiarkan kedua anakmu bertemu dengan ibu kandungnya?" Laura duduk di kursi kosong yang ada di depan meja kerja Arsa.
"Itu tidak akan pernah terjadi, sampai kapanpun saya tidak akan membiarkan perempuan itu menampakkan wajahnya di depan anak-anak saya."
"Itu terkesan egois, lo jangan hanya mementingkan diri lo sendiri. Tapi lo juga harus mementingkan perasaan anak lo!"
"Laura, ini bukan tentang tidak atau egoisnya seseorang. Tapi tentang cara mendidik setiap ayah itu berbeda. Saya tidak mau mereka sakit hati melihat sikap sebenarnya ibu mereka."
Laura menghela nafas pelan, niatnya datang ke sini untuk memberikan pengertian kepada Arsa. Tapi dia tetap bersikeras dengan pendiriannya sendiri.
"Jika dia berubah kau mau apa?"
"Setiap orang punya sisi baik dan sisi jahat masing-masing, tidak ada orang baik di dunia ini. Begitu juga dengan dia, orang jahat akan tetap menjadi jahat."
"Ikut dengan gue, gue akan menceritakan isi hati anak lo!" Laura pergi dari hadapan Arsa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments