Seperti apa yang dikatakan Laura tadi, sekarang ia mengajak Arsa ke kamarnya. Sebenarnya ia hanya ingin memperlihatkan beberapa foto kepada dia, Arsa pun menurut dan mengikuti kemanapun Laura pergi. Begitu terkejut ketika Laura memperlihatkan kepada dirinya beberapa gambar yang tak terlalu bagus.
Di bawah gambar itu terdapat nama Josh dan Glen, bukan itu yang menjadi kunci utamanya. Tapi sebuah gambar khas anak kecil, sepasang keluarga bahagia. Walaupun wajahnya tidak membentuk seperti wajah manusia. Tapi ini cukup baik untuk anak seusia mereka.
Laura langsung mengambil gambar itu dan menyembunyikannya di belakang tubuhnya. Karena Laura tahu, Arsa belum puas melihat gambar itu.
"Mereka yang gambar, anak-anak lo mau keluarga bahagia! Sampai-sampai mereka gambar seperti ini dan diperlihatkan untuk gue! Sampai sekarang mereka mau gue menjadi ibu mereka! Padahal mereka tahu, gue sama sekali enggak tertarik sama lo."
"Waktu lo kerja, mereka sekolah, pulang sekolah? Lo enggak ada di rumah dan mereka hanya bermain berdua. Gue tahu rasanya ada di posisi mereka, waktu kecil kedua orang tua gue kerja terus. Gue anak tunggal, main sendirian."
"Itulah sebabnya gue enggak mau punya anak dan memilih menghabiskan waktu bersama pasangan gue setelah menikah. Karena gue takut anak gue enggak bisa dapat kasih sayang dari gue. Gue akan tetap kerja, gue mau jadi wanita karir. Dari sini lo pasti paham apa yang gue katakan."
"Tidak semua yang yang pikirkan akan terjadi, itu hanyalah pikiran buruk yang nantinya bisa membunuh kamu sendiri."
"Enggak Arsa, gue paham dengan kehidupan gue. Sebisa mungkin gue mau mengendalikan masa depan gue sendiri, karena gue tahu apa yang akan terjadi ke depannya."
"Laura, kamu bukan Tuhan yang bisa mengendalikan takdir. Tidak semua takdir harus berjalan sesuai dengan apa yang pikirkan. Bahkan yang menurut kamu terkadang baik belum tentu baik."
"Termasuk lo?" tanya Laura yang mana membuat Arsa terdiam.
"Bagaimana bisa kamu menyimpulkan seperti ini?"
"Kata lo barusan, bisa aja lo jahat dan mempunyai pemikiran buruk sama gue. Kita sama-sama enggak tahu sisi jahat satu sama lain."
Arsa benar-benar dibuat terdiam dengan perkataan Laura, sepertinya ucapannya benar-benar ditelaah oleh Laura. Juga pemilihan katanya belum tepat. Di sisi lain ia merasa senang, karena Laura memikirkan perasaan kedua anaknya. Biasanya dia hanya bisa berkata sarkas dengan dirinya.
Tapi sekarang ia dan dia melakukan percakapan berdua, ini tentu membuat dirinya merasa senang. Karena sangat sulit untuk membuat Laura berbicara dengan dirinya seperti ini. Tanpa adanya ucapan yang menyakitkan. Jadi kedatangan mantan istrinya sedikit membawa keberuntungan.
Dugaannya perihal Laura yang tak abai kepada Glen dan Josh ternyata salah, buktinya saja Laura menyimpan gambar mereka di kamarnya. Yang mana setelah melihat gambar itu membuat hatinya merasa sakit. Apakah Glen dan Josh membutuhkan seorang ibu?
***
Laura menghampiri Josh yang duduk di pinggir kolam renang, dengan kaki yang dimasukkan ke dalam air. Tumben sekali dia sendirian di sini, tidak ada orang lain yang menjaganya.
"Josh, kamu ngapain di sini sendirian?" Laura ikut duduk di samping Josh dengan kaki yang juga ia masukkan ke dalam air.
"Tidak apa-apa, cuaca agak panas. Jadi aku di sini saja."
"Glen ke mana?"
"Entahlah, mungkin dia bersama dengan papa."
"Kenapa kamu tidak ikut?"
"Aku hanya ingin sendirian di sini."
"Jadi aku di sini mengganggu kamu?"
"Tidak, kamu bisa duduk di sini."
Laura mengangguk paham sembari menggoyangkan kakinya yang berada di dalam air. Josh cukup lancar dalam berbicara, ia suka jika berbicara dengan dia. Walaupun panggilan yang Josh berikan sedikit awkward. Tapi okelah untuk anak seusia dia.
"Kamu tadi keluar? Emangnya ada siapa?"
"Maksudnya?" Laura tidak paham ke mana arah pembicaraan Josh.
"Sewaktu kamu menyuruh aku dan Glen masuk bersama pengawal. Kami mendengar suara keributan, tapi paman pengawal menyuruh kita untuk melupakan keributan itu."
"Oh yang tadi, sebenarnya tidak ada apa-apa. Kamu tidak perlu khawatir, tadi hanya orang gila. Makanya aku ikut keluar."
"Benarkah?"
Laura mengangguk cepat. "Iya, ngapain aku berbohong."
Laura tidak menyangka jika Josh akan mempertanyakan pertanyaan seperti itu, tapi ia sendiri juga bingung. Jadi mereka mendengar teriakan perempuan gila itu. Untung saja Josh tidak bertanya lebih tentang dia, entah apa jadinya jika Josh bertanya lebih.
Ia pasti bingung akan menjawab bagaimana, apalagi Arsa sudah memberikan peringatan kepada dirinya untuk tidak memberitahu yang sebenarnya kepada Glen dan Josh. Ia benar-benar dilema, kasihan sekali Glen dan Josh jika seperti ini. Atau mungkin sebenarnya Arsa sedang mempersiapkan sesuatu yang tidak ia ketahui?
***
Ria, mantan istri Arsa. Saat ini dia berada di sebuah ruangan yang bisa disebut dengan kamar? Di depan kamarnya langsung berhadapan dengan kolam renang. Yang mana temboknya kaca, jadi dia bisa melihat keadaan luar dari dalam kamarnya.
Di tangannya sudah ada minuman beralkohol yang terletak di dalam gelas, matanya menatap ke depan dengan sorot mata penuh kebencian. Tidak hanya itu saja, di samping tempat ia berdiri terdapat seorang pria yang bertelanjang dada.
Pakaian Ria cukup seksi, tidak hanya itu saja. Di beberapa bagian leher Ria terdapat bekas kemerah-merahan. Mereka merupakan sepasang pasangan, yang cukup 'liar'. Mungkin ini salah satu alasan mengapa Arsa membenci perempuan itu.
"Bagaimana tadi? Apakah mantan suami mu memberikan anakmu kepada dirimu?"
"Dia malah mengusir ku secara tak terhormat dan berkata aku orang gila. Itu karena perempuan itu! Dia berani mencampuri urusan ku dengan Arsa!"
"Perempuan? Siapa dia?"
"Entahlah, aku sendiri juga tidak tahu. Tapi sikapnya seolah-olah dia dekat dengan Arsa. Aku sampai jengkel melihatnya, apalagi dia berbicara seolah-olah benar dan menyudutkan aku. Pakai bawa perasaan, ingin sekali aku membunuh dia."
"Kamu ketemu sama dia di rumah Arsa?"
Ria mengangguk. "Dia keluar dari dalam rumah Arsa, ketika aku menampar dia, Arsa datang dan menghentikan apa yang aku lakukan."
"Atau mungkin dia kekasih Arsa?"
Ria langsung menatap laki-laki itu. "Mana mungkin, kau tahu sendiri jika Arsa tidak mencintai perempuan lain. Yang artinya aku perempuan terakhir yang dia cintai. Dia juga anti berdekatan dengan perempuan."
"Ria, tidak ada yang tidak mungkin. Bisa saja Arsa membuka hatinya untuk perempuan itu. Posisi mu akan direbut oleh dia, anak-anakmu akan luluh dengan dia."
"Tidak! Itu tak boleh terjadi!"
Ria mengepalkan tangannya ketika mengingat perempuan itu menyudutkan dirinya di depan semua pengawal Arsa. Rasanya ia langsung mempunyai dendam dengan dia. Terlihat jelas raut wajah Arsa yang menatap perempuan itu seperti seorang kekasih yang harus dilindungi.
Jika dia tidak memiliki hubungan khusus, mengapa dia ada di rumah Arsa? Ia kenal betul dengan Arsa, dia tidak akan membiarkan orang asing masuk ke dalam rumahnya. Tapi perempuan itu ada di rumah Arsa dan bersikap seperti seorang yang memiliki rumah itu.
Jangan sampai perempuan itu mengambil hati Glen dan Josh, ia ibu mereka. Ia yang lebih berhak bersama dengan mereka, bukan perempuan itu. Ia akan mengatur rencana agar bisa mendekati kedua anaknya dan dengan akhir ia hidup bersama dengan Glen dan Josh.
"Aku memiliki rencana, walaupun ini sedikit gila."
"Apapun akan aku lakukan agar bisa bertemu dengan anak-anakku."
"Kau yakin ingin melakukan apa yang aku minta?"
"Tentu saja, kau kekasihku. Aku yakin jika kau akan menyayangi kedua anakku nanti. Setelah itu kita akan hidup bersama dan Arsa yang akan hidup menderita."
***
Arsa masuk ke dalam ruang kerja Diego, sesampainya di dalam ia melihat keponakannya yang berkutat dengan layar komputer. Langsung saja ia berdehem agar dia sadar dengan keberadaannya di sini. Menyadari keberadaan seseorang, Diego langsung menatap ke sumber suara.
"Lo udah sampai ternyata."
"Gimana? Informasi apa yang kau dapat?"
"Mantan istri lo memiliki kekasih, dan ternyata dia saingan bisnis lo. Sepertinya mantan istri lo itu kena azab deh."
"Maksudnya?" Arsa duduk di kursi kosong.
"Kekasih dia ternyata hanya memanfaatkan dia, tentunya karena uang."
"Ria sama sekali tidak tahu tentang ini?"
Diego menggeleng. "Dia tahu kekasihnya tulus dengan dia, penyebab utama sih karena ucapan. Dia termakan hasutan halus yang diberikan untuk dia."
"Menurutmu apakah ini ancaman untuk diriku?"
Diego terdiam, ia juga bingung mau memberikan kesimpulan seperti apa. Penyelidikan yang ia lakukan untuk mantan istri Arsa baru setengah. Ia belum bisa menyimpulkan pastinya seperti apa. Ia yakin Arsa tidak akan terpengaruh dengan ucapan seseorang.
Kembali lagi kepada takdir, karena tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Semua informasi dapat dirinya dapatkan dengan mudah, tentu dengan bantuan uang. Apalagi Ria bukan orang yang sulit untuk dirinya ulik lebih lanjut.
Pekerjaannya memang bertambah, belum lagi memastikan keamanan Glen dan Josh. Entah itu dari dekat atau dari jauh, semuanya harus terjamin. Tidak hanya itu saja, kekasih Ria musuh Arsa. Itu artinya ini saling bersahutan.
"Ini tergantung sama lo, lindungi Glen dan Josh. Gue di sini juga akan melindungi mereka, jangan sampai dia mengambil kedua anakmu dari dirimu."
"Itu tidak akan terjadi!"
"Bisa saja terjadi, karena dia ibu kandung mereka! Kau memang memenangkan hak asuh, tapi tak menutup kemungkinan untuk dia mendapatkan hak asuh kembali."
"Tutup akses dia datang ke rumah ku, jangan sampai Glen dan Josh melihat wajah dia."
"Dugaan gue anak-anak lo akan semakin penasaran dengan sosok ibu kandungnya. Laura juga harus berperan dalam hal ini, kau tidak bisa memberikan pengertian kepada mereka seorang diri!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
I'm site
Semangat thor jangan lupa mampir baca novelku 😁
2023-06-06
0
Reni Anjarwani
doubel up thor
2023-06-06
0