Mulai dekat?

Glen dan Josh masih berada di kamar Laura, mereka menonton televisi di sini. Sementara Laura fokus dengan ponselnya, Laura juga bingung mau mengajak mereka ngapain. Apalagi ia tidak tahu cara bagaimana mengajak mereka main. Jadi mumpung mereka diam, ia terus saja menyalakan televisi.

Dari tadi ia tidak bersuara, sedikit bersalah karena secara terang-terangan ia menolak keberadaan mereka. Tapi mau bagaimana lagi, ia harus bisa menunjukkan sikap jika dirinya tidak mau dijodohkan dengan Arsa. Walaupun Arsa berpesan agar dirinya baik kepada anak-anaknya.

"Di rumah biasanya kalian ngapain?"

"Ke tempat les."

"Les apa aja?"

"Menggambar, piano, bahasa, matematika, dan dance."

"Kalian suka menari?"

"Hanya Josh yang suka."

"Tapi bukannya menari untuk cewek?" Alis Laura berkerut dan ia tertarik dengan pembicaraan ini.

"Kata papa hanya orang berpikiran rendah yang menganggap menari itu hanya untuk cewek. Laki-laki juga boleh ikut seperti itu."

Laura menggerutu, bagaimana bisa Arsa mengajarkan kata-kata seperti ini kepada mereka. Sungguh membagongkan, tapi sekarang dance tidak hanya berlaku untuk perempuan saja. Ia merasa tersinggung dengan ya pak terakhir Glen, jadi ia termasuk orang yang berpikiran rendah?

"Kenapa kalian panggil kamu ke aku?" tanya Laura. Ia bingung mau menyebut dirinya sendiri seperti apa kepada mereka.

"Kata kamu, kamu di panggil mama tidak mau. Jadi kita pakai aku dan kamu saja."

"Aku lebih tua dari kalian, apakah itu terkesan sopan?"

"Kita juga bingung mau manggil kamu apa, kata papa kamu mama baru kita. Tapi kamu enggak mau jadi mama baru untuk kita."

"Memangnya kalian mau punya mama baru seperti aku? Aku bukanlah perempuan yang baik, bahkan bisa saja aku menjadi ibu tiri yang kejam. Seperti cerita kartun itu, apakah kalian tidak takut dengan itu?"

"Tentu saja tidak, untuk apa kami takut. Kata papa, kamu baik. Kamu penyayang, dan pasti akan menyayangi kita. Tapi sayangnya kamu enggak tinggal bersama kita di rumah papa."

Laura menggaruk kepalanya yang tak gatal setelah percakapan yang cukup awkward tadi. Ketimbang hanya keheningan saja, jadi tidak ada salahnya bertanya seperti itu. Dari tadi mereka memanggilnya dengan sebutan kamu. Bagi sebagian orang itu tidak sopan, tapi bagi dirinya biasa saja.

Ia tidak terlalu mementingkan nama panggilan, jika didengar artinya tidak aneh-aneh oke saja. Ia menatap jam tangannya, sudah 2 jam mereka ada di sini. Arsa tak kunjung datang, berarti dia benar-benar sibuk dalam bekerja.

Astaga, ia lupa jika dirinya berasal dari marga yang berpengaruh, jadi dia pasti sibuk bekerja di perusahaannya sendiri. Benar apa kata teman-temannya, menikahlah dengan duda tampan kaya raya, seperti Arsa misalnya. Ia tak perlu kerja dan hanya tinggal menerima uang saja.

Tunggu, mengapa ia malah berpikiran seperti ini? Bukankah dulu ia memiliki ambisi untuk menjauhkan Arsa dari kehidupannya? Tapi mengapa sekarang malah kebalikannya? Pokoknya ia harus tetap berada di dalam pendiriannya. Ia tak boleh membuka hati untuk Arsa hanya karena dia banyak uang.

***

Laura duduk di ruang keluarga, sedang bermain dengan Glen dan Josh, calon anak tirinya, mungkin. Mereka bermain permainan papan yang seru, tertawa riang saat bergantian menggerakkan pion-pion kecil. Laura dengan penuh kegembiraan mengajari mereka aturan permainan, sambil memberikan pujian saat mereka berhasil membuat langkah yang cerdas.

Suasana hangat dan keakraban tercipta di antara mereka, seakan mereka sudah saling mengenal dan memiliki ikatan yang kuat. Laura merasa bahagia bisa menjadi bagian dari kehidupan Glen dan Josh, dan ia berharap bahwa kebersamaan mereka akan terus tumbuh dan membentuk ikatan keluarga yang kokoh.

Laura duduk bersama Glen dan Josh di ruang keluarga, melihat mereka bermain dengan penuh keceriaan. Dia merasa ingin mendalami hubungannya dengan mereka dan bertanya dengan penuh kehangatan, "Hei, Glen, Josh, jika aku tidak menjadi ibu kalian, apa yang ingin kalian lakukan?"

Glen, dengan senyum lebar, menjawab, "Aku ingin tetap bermain permainan papan bersama-sama, dan kita bisa menjadi teman yang baik."

Josh, sambil melambaikan tangannya, menambahkan, "Aku juga ingin kita bisa melakukan petualangan bersama, seperti bersepeda di taman atau pergi ke pantai."

Laura tersenyum dan merasa haru mendengar jawaban mereka. Dia menggenggam tangan mereka dengan lembut dan berkata, "Terima kasih, Glen dan Josh. Aku sangat senang menjadi ibu kalian, dan kita akan membuat banyak kenangan indah bersama-sama."

Laura dengan penuh kasih sayang mendekati Glen dan Josh. Dia memeluk mereka erat-erat dan berkata dengan lembut, "Kalian berdua sangat istimewa bagiku. Aku ingin kalian tahu bahwa meskipun aku bukan ibu kalian secara biologis, aku akan selalu memberikan kalian cinta dan perhatian yang sebanyak-banyaknya. Kalian adalah bagian penting dalam hidupku, dan aku akan selalu ada untuk mendukung dan melindungi kalian. Aku berjanji akan menciptakan masa depan yang penuh kebahagiaan dan kehangatan untuk kita semua. Mari kita jalin ikatan yang kuat sebagai keluarga, dan mari kita saling mencintai dan menghargai satu sama lain selamanya." Padahal Laura tidak tahu apa itu terwujud atau tidak.

Glen dan Josh tersenyum bahagia, merasa dihargai dan dicintai oleh Laura. Mereka merasakan kehangatan kasih sayang yang tulus dari ibu tirinya, dan bersama-sama mereka mulai membangun hubungan yang kuat dan penuh kasih dalam keluarga mereka yang baru.

Laura juga tidak menyangka kalimat itu bisa keluar dari mulutnya, tetapi ketika melihat senyuman dari Glen dan Josh membuat ia merasa dicintai. Bahkan senyum itu diberikan mereka secara cuma-cuma hanya karena ia mengatakan kalimat yang cukup sederhana. Kasihan sekali mereka, dari kecil tidak mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu. Ia merasa berdosa karena pernah memaki-maki Arsa.

***

Arsa sudah selesai melaksanakan meeting pentingnya dengan beberapa rekan kerjanya yang berasal dari berbagai negara. Sekarang ia keluar dari tempat meeting di ikuti oleh beberapa asisten dan sekretarisnya. Ia keluar tanpa menunjukkan wajah ramahnya.

"Setelah ini apa jadwal saya?"

"Pekerjaan bapak sudah selesai."

"Saya akan kembali pulang, jika ada masalah segera kabari saya."

"Baik pak."

Pintu mobil dibuka, dengan segera Arsa masuk ke dalam mobilnya. Ia menyuruh supirnya untuk segera melajukan mobil ini ke rumah Laura. Merasa bersalah karena menitipkan Glen dan Josh di sana dalam waktu yang lama. Seharusnya ia membawa mereka ke rumah orang tuanya saja.

Tapi semuanya sudah terlanjur, anggap saja ini masa perjuangannya untuk Laura. Walaupun harus makan hati atas perkataan Laura. Ia berusaha untuk tutup telinga atas ucapan yang Laura ucapkan. Walaupun ia sangat sakit hati dengan ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!