Orang tua Glen & Josh

Hari ini Laura libur kerja, Arsa tentu kerja, dia mana ada libur. Glen dan Josh pun ikut libur dari sekolah, dan dirinya berada di kamar mereka. Karena tak tahu mau ngapain, jadi ia mau saja kerja Glen mengajak dirinya pergi ke kamarnya.

Glen dan Josh tidur di dalam satu kamar yang sama, tapi jangan salah, di sini dengan dua tempat tidur. Luasnya bisa dibilang 2 kali lipat dari luas kamarnya yang diberikan oleh Arsa. Jadi ini sangat luas, belum lagi koleksi mainan mereka yang diletakkan di dalam almari kaca.

Itu menambah kesan indah ketika pertama kali masuk ke sini, temboknya berwarna biru, ciri khas laki-laki sekali. Banyak mainan di sini, yang Laura tahu ini sangat mahal. Seperti biasanya, mereka akan memanggil dirinya dengan sebutan kamu.

"Kalian mendengar suara ribut-ribut?" tanya Laura.

Glen dan Josh saling pandang, lalu mereka menggeleng bersama-sama. "Kami tidak mendengar apapun, memangnya kamu mendengar suara apa?"

"Seperti perdebatan?" Sebenarnya Laura juga tidak yakin dengan apa yang dirinya dengar.

"Mungkin hanya perasaan kamu saja, atau kita cek saja sebagai kebenarannya?" saran Glen.

"Baiklah, aku akan cek keluar. Kalian tetap di sini, okey?"

"Tidak, kita akan ikut dengan kamu."

Laura mengangguk saja dan berjalan keluar bersama dengan mereka. Waktu turun dari tangga, suara ribut-ribut semakin terdengar. Laura sedikit mempercepat langkahnya, tapi ia tetap mengawasi Glen dan Josh yang berdiri di depannya.

Ketika sampai di lantai utama, ia memanggil salah satu bawahan Arsa untuk menanyakan apa yang terjadi di depan sana. Tapi pengawal itu tampak ragu untuk menjawab pertanyaannya, karena tatapannya tertuju kepada Glen dan Josh.

Lantas Laura pun melangkah beberapa langkah. "Apa yang terjadi sebenarnya?"

"Di depan ada ibu kandung tuan Glen dan Tuan Josh, Tuan Arsa melarang kami untuk mengizinkan dia masuk. Tapi dia tetap bersikeras untuk masuk."

Laura cukup terkejut dengan hal ini. "Biar saya saja yang urus, kamu jagain Glen dan Josh. Jangan sampai dia pergi keluar, bila perlu jangan sampai dia mendengar perdebatan ini."

Laura beralih menatap kedua anak Arsa. "Glen, Josh, kalian sama om dulu ya. Aku ada urusan sebentar, jangan nakal okey?" Dua anak kembar itu mengangguk.

Melihat Glen dan Josh yang mulai pergi dengan pengawal itu, Laura pun menghela nafas pelan dan pergi keluar rumah ini. Sesampainya di teras rumah, ia melihat seorang perempuan yang memaksa masuk dan dihalangi oleh beberapa pengawal yang tubuhnya cukup kekar.

Teriakan perempuan itu menggema di halaman rumah, pantas saja dari kamar Glen dan Josh kedengeran. Tubuh dia kecil, tapi teriakannya cukup melengking. Merasa jenuh mendengar ini, Laura turun menuju halaman depan.

"Bisakah anda sedikit lebih sopan?" Laura berhenti di belakang pengawal itu. Kelihatannya dia lebih tua dari dirinya, atau bisa dibilang seumuran dengan Arsa?

"Kau siapa?! Mengapa ada di rumah Arsa?!"

"Penting kah bagi saya menjawab pertanyaan yang tidak berguna ini? Juga cara bicara anda sedikit tidak sopan." Laura tetap berbicara dengan nada santai.

"Nyonya, anda tenang dulu. Jangan membuat keributan atau Tuan Arsa akan marah."

"Di mana Arsa?! Di mana kedua anak saya?! Berikan kepada saya!"

"Bukankah dari kecil Glen dan Josh di rawat oleh Arsa? Tapi kau datang ke sini untuk mengambil mereka. Astaga, dunia ini sedang tidak baik-baik saja." Laura tertawa begitu keras.

"Kau orang asing! Kau tidak akan tahu apa yang terjadi sebenarnya!"

"Benarkah? Saya tahu dan saya lebih tahu dari anda!"

Entah mengapa Laura memberikan pembelaan untuk Arsa secara langsung. Laura tidak suka dengan perempuan itu, juga hatinya tidak tega jika membiarkan Glen dan Josh dibawa oleh perempuan itu. Apalagi pengawal mengatakan Arsa melarang dia untuk masuk. Baru pertama kali bertemu dengan dia saja sudah seperti ini.

Ia berharap Glen dan Josh tidak mendengarkan suara ibu kandungnya, semoga saja pengawal itu dapat dirinya andalkan dan membawa mereka ke tempat jauh, mengingat rumah ini sangat besar. Laura tak takut ketika perempuan itu menatap dirinya marah.

"Kau bukan siapa-siapa! Kalian semua menyingkir dari hadapan saya! SAYA AKAN MEMBAWA ANAK-ANAK SAYA PERGI DARI RUMAH KOTOR INI!"

"Yang ada mereka ogah lihat wajah ibu kandungnya! Mikir dong pakai otak! Mau ketemu sama ANAK-ANAK lo seharusnya lo bisa bersikap baik!" sahut Laura dengan menekankan beberapa kata. Sepertinya tidak ada gunanya berbicara formal lagi. Capek sih, menghadapi orang seperti dia.

"KAU TIDAK TAHU APA-APA TENTANG KEHIDUPAN SAYA DAN ARSA! PERGI SEKARANG JUGA JIKA KAU HANYA ORANG ASING DI SINI!"

Laura maju beberapa langkah hingga posisinya tepar di depan perempuan itu. "Gue bukan orang asing! Gue tinggal di sini! Satu lagi, anak-anak lo lebih deket sama gue ketimbang sama lo yang jelas-jelas ibu kandung mereka!" ujarnya pelan namun penuh penekanan.

Laura memejamkan mata menyadari perempuan itu hendak menampar dirinya. Tapi mengapa ia tidak merasakan apapun? Ia membuka matanya dan terkejut melihat seseorang menahan pergelangan tangan perempuan itu.

"Jangan berani menampar dia!" Suara dingin dan penuh keseriusan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!