Seperti apa yang papanya tadi katakan, Laura tetap di rumah. Niatnya untuk melamar pekerjaan ia tunda saja, mungkin besok dirinya akan kembali melanjutkan niatnya itu. Sekarang ini ia berada di halaman rumahnya, duduk di kursi yang ada di sana.
Mamahnya yang menyuruh dirinya berada di sini, mumpung moodnya bagus, ia menurut saja. Ia di sini sembari bermain ponselnya, tak lama dari itu ia mendengar suara mobil yang sepertinya berhenti di depan gerbang rumahnya. Dapat dirinya lihat gerbang itu terbuka dan masuklah mobil berwana hitam.
Ia hanya diam sembari melihat ke depan, keluarganya tidak memiliki mobil sport berwarna hitam seperti ini. Lantas siapa pemilik mobil ini? Keterkejutannya bertambah ketika melihat dua orang anak kecil keluar dari mobil dan langsung menghampiri dirinya. Tunggu, sejak kapan ia punya sepupu sekecil mereka?
"Kalian siapa?" tanya Laura untuk pertama kalinya.
"Hai Bu Laura."
Laura membulatkan mulut dan matanya tak percaya, apakah ia tidak salah dengar? Dua anak kecil itu memanggilnya Bu Laura? What! Ingin sekali berkata kasar. Okey Laura, senyum manis mu harus kau tunjukkan.
"Panggil kak Laura, jangan Bu. Gue bukan guru kalian." Laura mencoba untuk tersenyum, walaupun kenyataannya ia kesal setengah mati.
"Kenapa kalian ada di sini? Siapa kalian?" Laura sudah kembali ke topik yang sudah seharusnya dibahas.
"Aku Glen, dan ini adikku Josh." Dua anak kecil yang menghampiri Laura semuanya laki-laki, tingginya hanya sebatas pinggang Laura saja, atau mungkin dibawahnya.
"Kalian ke sini sama siapa?" tanya Laura setelah mengetahui nama dua anak kecil itu.
"Mereka ke sini bersama dengan saya, Laura."
Laura langsung melihat ke sumber suara, ia terkejut ketika pria yang semalam ia temui berada di sini. Tunggu, ia pasti bermimpi, ia mengucek matanya berkali-kali. Tapi pria itu semakin dekat ke arah dirinya dan berhenti tepat di depan matanya. Ia tertawa, mungkin ia hanya halusinasi. Mana mungkin pria itu tahu rumahnya.
Tapi mengapa dia tidak kunjung hilang dari pandangannya, jadi ini nyata? Sungguh, ia benar-benar tidak berharap omongan pria itu benar adanya. Ia pun bersiap ingin kembali masuk ke dalam rumah, tapi ia dikejutkan dengan keberadaan kedua orang tuanya. Sejak kapan mereka berada di sini?
"Laura, kok tamunya enggak disuruh masuk sih?"
"Ma, dia siapa?" tanya Laura dengan nada berbisik.
"Ceritanya nanti aja." Shani maju ke depan dan melihat ke arah Josh dan Glen.
"Hai ganteng, gimana kabar kalian?" tanya Shani sembari tersenyum ke arah pasangan saudara itu.
"Kabar kami baik nenek."
"Nak Arsa, yuk masuk ke dalam. Maaf, Laura emang gitu orangnya. Sedikit enggak sopan, tapi jangan ragukan lagi hatinya." Shani tersenyum kecil, hal itu langsung mendapatkan senggolan dari Laura.
"Glen, Josh, yuk ikut masuk sama nenek dan kakek."
Shani dan Andre masuk terlebih dahulu bersama dengan Glen dan Josh. Di luar hanya tersisa Laura dan Arsa saja. Tentu suasana canggung, Laura masih teringat jelas tentang pertemuan pertamanya dengan Arsa kemarin malam. Tidak menyangka jika sekarang dipertemukan kembali.
"Kamu lupa dengan saya?" tanya Arsa dengan pandangan tak pernah lepas dari Laura.
"Gue ingat lah, masak enggak. Juga, ngapain lo ke sini? Glen sama Josh siapa? Kenapa mereka panggil nyokap bokap gue kakek dan nenek?" Pertanyaan begitu banyak dilontarkan oleh Laura. Karena ia ingin tahu semuanya.
"Glen dan Josh anak saya."
"Hah? Lo udah punya anak?!" tanya Laura tak percaya.
"Kamu tidak percaya? Mereka memang anak saya, Laura."
Mulut Laura terbuka sempurna, bagaimana bisa Arsa memiliki anak sebesar Glen dan Josh? Malahan ia berpikir Arsa berumur 25 tahun. Tapi Glen dan Josh kisaran berumur 7 tahunan. Satu hal yang pasti, Arsa itu udah punya anak! Wajah Arsa masih keliatan muda dan tidak cocok memiliki anak.
Arsa menatap Laura, kebingungan Laura mampu membuat dirinya tersenyum tipis. Suasana kembali hening, Arsa tahu jika Laura memikirkan tentang dirinya, Josh, dan juga Glen. Laura begitu cantik, persis sewaktu ia bertemu dengan dia kemarin malam. Jika cerewet dia terlihat menyebalkan.
"Jadi untuk apa lo ke sini?" tanya Laura dengan sedikit nada sarkas.
"Bisakah kita berbicara aku dan kamu saja? Lo dan gue sedikit tidak sopan."
"Gue enggak peduli! Yang jelas untuk apa lo datang ke sini?! Pake akrab lagi sama nyokap, bokap gue."
"Kamu belum tahu mengapa saya datang ke sini?" dengan polosnya Laura mengangguk.
"Bagaimana jika saya mengatakan ingin melamar kamu hari ini juga?"
"Lo benar-benar gila! Gue enggak mau sama duda yang udah punya anak kayak lo!"
"Yakin? Saya melihat kamu sedikit mengagumi saya, apakah itu benar?"
***
Arsa Rodigwe, seperti apa yang tertulis, ia merupakan keturunan Rodigwe. Sekarang umurnya 30 tahun, menikah di umur 24 tahun. Memiliki dua anak bernama Josh Crown Rodigwe dan Glen Crown Rodigwe. Mereka berumur 6 tahun, mereka kembar. Padahal Arsa tidak memiliki keturunan kembar.
Glen dan Josh masih memiliki ibu, tapi dia pergi tanpa berpamitan dengan Arsa. Dengan mudahnya dia memberikan hak asuh kepada Arsa di saat semua ibu memperjuangkan hak asuh anak-anaknya. Tapi Arsa bersyukur bisa mendapatkan hak asuh mereka. Biarkan mantan istrinya pergi membawa uangnya. Ia hanya ingin hidup bahagia bersama dengan kedua putranya.
Arsa merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara, artinya Glen dan Josh masih memiliki dua orang paman. Keberadaannya disembunyikan sampai dirinya menikah, karena ia tidak mau hidupnya terus diusik oleh musuh Rodigwe. Hanya sedikit yang mengenal dirinya sebagai keturunan Rodigwe, selebihnya semua hanya tahu dirinya pebisnis yang bergerak di bidang industri.
Tidak ada kata lain selain membahagiakan anak-anaknya, ia bekerja dari pagi ketemu pagi hanya untuk kehidupan Glen dan Josh yang sempurna. Tentu ia merasa bersalah karena mereka sama sekali tak mendapatkan kasih sayang seorang ibu, tapi ia tidak bisa mengendalikan takdir yang ada.
Glen dan Josh hanya merasakan kasih sayang seorang ibu satu tahun, waktu yang begitu singkat untuk bayi kecil hidup. Selama ini hanya dirinya dan keluarga Rodigwe yang melihat pertumbuhan Glen dan Josh. Ia mengasingkan diri ke negara lain bersama dengan kedua putranya.
Sekarang ia kembali ke sini, setelah menemukan pujaan hatinya. Laura, ia bertemu dengan Laura waktu di pameran lukisan yang bertempat di Florida, waktu itu ia melihat Laura yang hampir tidak bisa pulang karena berdebat dengan satpam. Laura di curigai membawa kabur lukisan karena alat pendeteksi berbunyi.
Tapi ternyata alatnya rusak, dari jauh ia menyaksikannya Laura dengan perasaan bahagia. Rasanya ia seperti jatuh cinta pada pandangan pertama. 2 tahun lamanya ia hanya mampu memandangi Laura dari jauh, orang kepercayaannya akan melaporkan tentang apa saja yang Laura gunakan.
Baru sekarang ia berani datang ke sini dan bertemu dengan kedua orang tua Laura. Ia berharap Laura mau menjadi kekasihnya, walaupun ia dan Laura terpaut cukup jauh. Ia akan terus berjuang agar Laura mau menerima ketulusan hatinya dan dengan tulus menerima Josh dan Glen di hidupnya.
Ia tidak akan menjadi seorang yang egois, tapi ia akan mengusahakan yang menurut dirinya terbaik. Ia akan mendapatkan Laura dengan cara sehat, mungkin jika dia tidak mau ia akan mundur perlahan-lahan. Tapi ia tidak berharap sesuatu buruk itu terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Ririn Nursisminingsih
selisih 6 thun ndsk jauh lah...a pling suka sama pria2 yg matang
2024-09-24
0