Si Deksa dan sarannya

Hari ini adalah hari pertama Laura bekerja sebagai asisten Deksa, perusahaan Deksa bekerja di bidang industri. Sebenarnya Laura tak terbiasa menjadi asisten seseorang, tapi tidak ada salahnya mencoba sesuatu baru. Hitung-hitung keluar dari zona nyaman.

Sebenarnya sekarang ia berada di dalam satu mobil yang sama dengan Deksa. Tadi Deksa menjemput dirinya di rumah, lagian ia belum tahu di mana perusahaan Deksa. Jadi dia yang menjemput dirinya. Perjalanan kali ini disertai percakapan yang tiada hentinya. Di dalam mobil hanya ada dirinya dan Deksa saja.

"Denger-denger lo di jodohin ya?"

"Kata siapa?"

"Kata temen-temen lo sih."

"Sebenarnya gue juga bingung nyebut ini di jodohin atau enggak. Gue juga enggak mau dijodohin sama dia."

"Emangnya kenapa?"

"Dia duda, udah punya anak 2 lagi. Gue enggak tahu gimana ngurusnya, lo tahu sendiri jika gue paling anti sama yang namanya anak kecil."

"Namanya orang tua, kalau sekali jodohin, lo akan tetap dijodohin sama tuh orang. Mau lo nolak kayak apa."

"Iya sih, apa yang lo omongin bener. Tapi tuh duda kayak ngebet banget gue jadi ibu dari anak-anaknya. Padahal gue udah pernah peringatin dia soal ini."

"Kenapa enggak lo coba aja bawa pacar ke rumah? Siapa tahu perjodohan itu batal?"

Laura terdiam, ide yang Deksa berikan tidak ada salahnya. Tapi siapa? Mengingat ia sama sekali tak memiliki pacar. Ia kalau orang tuanya percaya, jika tidak bagaimana? Ia pasti akan tetap di jodohkan dengan Arsa.

Tapi rencana ini tidak ada salahnya, haruskah ia mencobanya?Pendapat yang disampaikan oleh Deksa mulai meresap dalam pikiran Laura. Ia mulai memikirkan kemungkinan bahwa pernikahan dengan Arsa mungkin bukanlah pilihan terbaik baginya. Laura merenung tentang kebahagiaan dan kebebasan yang ingin ia perjuangkan dalam hidupnya.

Pikirannya melayang ke masa depan yang lebih cerah, di mana ia dapat mengejar impian dan mencari cinta yang sesuai dengan hatinya. Meskipun masih ada keraguan dan kecemasan, Laura merasa semakin kuat dan yakin dengan keputusan yang harus diambilnya.

***

Sementara Arsa bertemu dengan kedua orang tua Laura di rumah mereka, ia berkunjung ke sana 1 jam setelah Laura pergi. Padahal ia berharap Laura tetap berada di rumah. Yang lebih membuat dirinya terkejut adalah, Laura pergi dijemput dengan seseorang. Entah itu laki-laki atau perempuan ia sendiri tak tahu.

"Om, tante, apakah mungkin Laura pergi dengan laki-laki?"

Rasa takut dan kecemasan merasuki hati Arsa saat ia menyadari bahwa Laura mungkin akan pergi dengan laki-laki lain. Ia memikirkan semua momen indah yang mereka lewati bersama dan betapa ia tidak ingin kehilangan Laura. Arsa merasa kebingungan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ia ingin meyakinkan Laura bahwa cinta mereka masih bernilai dan bahwa mereka dapat melewati segala tantangan bersama.

Namun, rasa takut akan kehilangan Laura membuatnya gelisah dan mencari cara untuk mempertahankan hubungan mereka. Arsa berjanji dalam hatinya bahwa ia akan berjuang untuk memenangkan kembali cinta dan kepercayaan Laura, karena ia tidak ingin hidup tanpa kehadirannya.

"Kayaknya sih iya, tante dengar Laura mendapatkan pekerjaan baru. Atasannya temannya semasa SD."

"Pekerjaan baru?" beo Arsa dan langsung mendapatkan anggukan dari mereka.

Arsa merasa sedikit tak percaya ketika mengetahui bahwa Laura telah mendapatkan pekerjaan baru. Ia merasa terkejut dan sedikit cemas, berpikir bahwa mungkin Laura akan sibuk dengan pekerjaan barunya dan tidak memiliki waktu yang cukup untuk mereka berdua. Arsa khawatir bahwa Laura akan menjadi terlalu sibuk dengan tuntutan pekerjaan dan mengabaikannya.

Ia merasa sedikit tidak percaya bahwa segala sesuatunya akan berubah setelah Laura mendapatkan pekerjaan baru. Meskipun ia berusaha memahami dan mendukung langkah Laura, namun ada kekhawatiran yang terus menghantuinya. Arsa berharap bahwa Laura tetap akan memprioritaskan hubungan mereka dan bahwa pekerjaan baru tidak akan mengubah ikatan mereka.

"Laura sengaja menutupi dari om dan tante, padahal dulu jika ada apa-apa dia selalu berbicara. Sekarang Laura lebih tertutup dan jarang ikut makan malam."

Arsa menghela nafas pelan. "Apakah karena saya Laura jadi seperti ini?"

"Tidak Arsa, Laura juga harus bisa bersikap dewasa. Tante dan om tidak bisa terus-terusan menuruti apa yang dia mau."

"Laura jadi melawan sama om dan tante, itu karena saya. Tidak seharusnya saya memaksakan kehendak saya seperti ini." Arsa merasa bersalah, apalagi sekarang ini posisinya kedua orang tua Laura berada di pihaknya. Otomatis Laura tidak ada yang membelanya.

Arsa benar-benar merasa bersalah kepada kedua orang tua Laura. Karena dirinya Laura menjadi seperti ini, Laura anak tunggal mereka. Yang menjadi harapan mereka satu-satunya. Tapi dengan mudahnya ia datang dan merusak sikap Laura. Padahal dari dulu ia yakin Laura tidak pernah diperlakukan seperti ini. Tetapi ia sudah telanjur masuk ke dalam kehidupan Laura.

Ia malu berada di sini, sudah jelas di tolak secara terang-terangan, tapi ia malah ngotot demi mendapatkan hati Laura. Apakah karena keegoisan dirinya Laura tak mau melirik dirinya sedikitpun?

"Arsa, om dan tante punya solusi yang pas untuk kamu."

"Sebentar, tante ambilkan sesuatu. Tante harap kamu setuju dengan rencana ini, yang jelas tante akan mengusahakan kamu dan Laura bersama."

***

Glen dan Josh berada di rumah kedua orang tua Arsa. Dua anak kecil itu memanggilnya dengan sebutan oma dan opa. Orang tua Arsa tengah memberikan beberapa pertanyaan kepada Glen dan Josh. Papa Arsa bernama Thorik, dan mama Arsa bernama Nita.

"Glen, Josh, apakah mama baru kalian sangat baik?"

"Tentu saja, dia sangat baik kepada Glen dan Josh. Tapi terkadang suka marah dengan papa."

"Kalian mau kalau dia jadi mama kalian?"

"Tentu saja kita sangat mau, dia baik. Dia menemani kita bermain, lalu setelah itu papa datang menjemput kami."

"Mau enggak cari mama baru selain dia?"

Glen dan Josh menggeleng cepat. "Kami mau dia, kami tidak mau mama baru lagi selain dia."

"Glen, Josh, bukankan papa kalian sudah mengajarkan bahwa tidak semua keinginan kita harus terwujud? Kalian pasti bisa paham dengan itu."

"Kalian sudah besar, tidak boleh egois dan memaksakan sesuatu."

"Apakah dia tidak bisa menjadi mama baru kami?" Glen berkata dengan suara yang sangat pelan.

"Papa kalian masih mengusahakan yang terbaik, berdoa agar dia mau jadi mama kalian. Pesan opa dan oma, kalian tidak boleh marah ketika dia pergi."

"Apakah kalian paham?"

"Paham oma."

"Cucu oma pintar sekali, sebagai hadiahnya oma akan memberikan kalian roti pisang buatan oma."

"Terimakasih oma."

"Sama-sama sayang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!