“Kenapa kamu jahat sekali? Aku menunggumu menghubungimu. Bayangkan bagaimana aku yang hanya seorang anak kecil menunggumu menghubungi aku. Kamu benar-benar tega padaku.” Di dalam pelukan Liam, Loveta meluapkan rasa kesalnya itu. Sungguh kecewa sekali dengan apa yang dilakukan Liam.
Liam membiarkan Loveta meluapkan kekesalannya. Berharap jika kekesalan itu akan hilang saat Loveta meluapkannya.
“Aku berharap kamu menghubungiku setiap hari. Aku ingin dengar cerita sekolahmu. Cerita teman-temanmu. Keadaanmu di sana. Aku pun ingin bercerita bagaimana sekolahku. Bagaimana teman-tamanku. Aku ingin melakukan semuanya, tapi tidak bisa.” Loveta memukul dada Liam. Berharap rasa kesalnya itu tersalurkan dengan pukulan yang diberikan.
“Maafkan aku. Aku janji akan mengganti kesalahanku.” Liam membelai lembut rambut Loveta. Berusaha menenangkan Loveta.
Sontak Loveta langsung menjauhkan tubuhnya ketika mendengar janji Liam itu. “Kamu pikir akan bisa menggantinya?” tanya Loveta ketus.
“Tentu saja. Aku bisa menggantinya.” Ibu jari Liam mengusap air mata Loveta yang jatuh ke pipinya. Tak mau wajah cantik Loveta tertutup air mata. “Aku tidak akan pergi lagi. Aku akan ganti setiap hari yang telah aku lewatkan. Aku akan mendengarkan setiap cerita yang kamu ingin katakan. Menjadi pendengar yang baik untukmu.” Liam mengulas senyumnya. Meyakinkan Loveta.
“Mana bisa begitu.” Loveta mencibir apa yang dikatakan Liam.
“Aku akan mengganti setiap hari untukmu. Jika waktunya kurang, aku akan memberikan seluruh waktu di sisa hidupku.” Liam tentu tidak akan diam saja. Luka yang dibuatnya, tentu saja harus segera diobati.
Mendapati jawaban Liam itu membuat Loveta menangis. Terharu dengan usaha Liam. Loveta membenamkan wajahnya di dada Liam. Menangis di dalam pelukan Liam.
Liam membelai lembut rambut Loveta. Walaupun beberapa orang yang lalu lalang memerhatikan mereka, Liam tidak peduli. Dia tetap membiarkan Loveta menangis. Karena setelah ini, tidak ada lagi air mata.
“Basah.” Loveta berkomentar seraya menjauhkan tubuhnya dari tubuh Liam. Melihat kemeja Liam basah kuyup karena aksinya menangis di dada Liam.
Liam melihat bajunya yang basah. “Apa ini air mata bertahun-tahun?” Dia meledek Loveta. Bajunya yang basah menandakan jika air mata yang keluar cukup banyak sekali.
“Iya, jika dilanjutkan mungkin air matanya akan seperti tsunami.” Loveta menyindir balik apa yang dikatakan Liam.
Liam hanya tertawa. Loveta masih sama menggemaskannya seperti dulu. Rasanya memang Liam tidak bisa menghilangkan pikirannya tentang Loveta.
“Ayo, aku akan belikan baju untukmu.” Loveta selalu diajarkan bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Jadi tentu saja dia juga akan bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya sekarang ini.
“Kamu punya uang?” tanya Liam menggoda. Dia tahu Loveta belum lama bekerja, jadi tentu saja gajinya belum banyak.
“Punya, uang sewa apartemenku.” Loveta memamerkannya.
Liam gemas sekali dengan jawaban Loveta. “Baiklah.” Liam tersenyum manis. Meraih tangan Loveta untuk masuk ke mal.
Sayangnya, baru berjalan beberapa langkah, Loveta langsung bersembunyi di lengan Liam.
“Kenapa?” tanya Liam.
“Aku malu. Pasti mataku sembab.” Loveta tidak mau jadi pusat perhatian orang.
“Iya, memang matamu sembab. Maskara yang kamu pakai membuat matamu seperti mata panda.” Liam justru menambahi.
Mendapati penjelasan itu, seketika Loveta menghentikan langkahnya. Kemudian mencari kaca di tiang-tiang mal.
Ternyata apa yang dikatakan Liam tidak benar. Matanya tidak seperti mata panda. Hal itu membuat Loveta melirik kesal pada Liam.
Liam langsung tertawa. Merasa lucu melihat wajah kesal Loveta.
“Menyebalkan.” Loveta membuang wajahnya. Melihat ke arah lain.
Liam berdiri tepat di belakang Loveta. Tangannya dari belakang meraih wajah Loveta. Membuat wajah Loveta menghadap ke arah cermin.
“Wajahmu cantik, tetapi akan lebih cantik jika tidak menangis,” ucapnya seraya memandangi wajah Loveta dari pantulan cermin.
“Kamu yang membuat aku menangis.” Loveta menyalahkan Liam.
“Baiklah, aku janji tidak akan membuatmu menangis lagi.” Liam tersenyum.
Melihat Liam yang tersenyum manis padanya membuat Loveta tersipu malu.
“Ayo, cepat beli bajunya. Karena Kak Liam harus menjelaskan banyak hal padaku.” Loveta memilih menghindar. Dari pada pipinya akan dibuat merona ketikan mendapatkan pujian dari Liam.
Liam mengulas senyumnya. Dia tahu Loveta sedang berusaha menghindar.
Mereka berdua menuju ke salah satu toko. Loveta memilihkan baju untuk Liam. Kemudian meminta Liam menggantinya.
Liam hanya pasrah. Mood Loveta itu mudah berubah. Padahal baru saja dia menangis tersedu-sedu, tetapi seketika berubah bersemangat sekali.
Di saat menunggu Liam, Loveta memilih merapikan riasan wajahnya. Tak mau terlihat sehabis menangis.
Loveta memilihkan polo shirt untuk Liam. Karena tak mau melihat Liam formal.
“Sudah.” Liam menuruti saja permintaan Loveta. Memakai pakaian yang Loveta mau.
Sejak kemarin, Loveta melihat Liam pakai kemeja terus, tentu saja saat melihat kali ini membuat Loveta melihat sisi lain dari Liam.
Kenapa Kak Liam tumbuh begitu tampan.
Loveta hanya dapat memuji dalam hati. Tak pernah menyangka jika Liam akan setampan itu.
“Halo.” Liam melambaikan tangannya ketika tidak ada jawaban dari Loveta.
“Iya, sudah bagus.” Loveta langsung tersadar. “Aku akan membayarnya.” Loveta segera berbalik ke kasir. Membayar pakaian yang dibelinya.
Liam tersenyum. Dia tahu jika Loveta terpesona padanya.
Selain menuntut hakku atas restoran, aku akan merebutmu dari Leo.
Liam tidak akan diam saja ketika gadis yang dicintainya dimiliki orang lain.
Akhirnya mereka memilih restoran untuk bicara. Restoran Japan dengan konsep tertutup. Jadi mereka lebih leluasa bicara.
“Kenapa Kak Liam tidak meneleponku lagi waktu itu?” tanya Loveta. Dia ingin mendengar cerita Liam secara langsung.
“Papaku terus mengusik mamaku. Karena mama takut papaku mengusik aku, akhirnya mama meminta aku memutuskan semua hubungan di sini. Termasuk tidak menghubungimu.” Liam menjelaskan apa adanya. Tidak menutupi sama sekali.
Akhirnya setelah sekian lama, Loveta tahu alasan Liam. Walaupun masih ada rasa tidak terima dengan alasan itu.
“Jika kamu bilang hanya kamu yang bersedih, kamu salah. Aku setiap hari menangis. Merindukan semua yang ada di sini. Merindukanmu, merindukan Bu Kania, Kak Neta, Kak Adriel, dan banyak anak panti asuhan.” Liam melewati masa-masa itu cukup berat. Untuk anak-anak seusianya tentu saja kala itu tidak mudah.
Loveta melihat kesedihan yang terpancar dari wajah Liam.
“Apa berat dalam situasi seperti itu?” Loveta menatap lekat pada Liam.
“Tentu saja berat. Aku takut kehilangan jejak kalian. Takut kalian akan lupa denganku.” Mata indah Liam berkaca-kaca membayangkan itu semua. “Terbukti kamu saja lupa denganku.” Liam sedikit menyindir Loveta yang tak ingat sama sekali dengannya.
“Bagaimana aku bisa ingat jika Kak Liam saja tumbuh begitu tampan? Berbeda sekali dengan sewaktu kecil.” Tanpa sadar Loveta justru memuji Liam ketika membela diri. Seketika Loveta menutup mulutnya ketika menyadari ucapannya itu. Merasa malu sekali pada Liam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments
Surtinah Tina
semangat liam.ak dukung
2024-04-27
0
Surtinah Tina
dari kecil udah tampan Lolo....kamu aja suka
2024-04-27
0
Dewa Dewi
😁😁😁
2024-03-06
0