Mendapati pertanyaan itu membuat Josep bingung. Dia belum siap memberitahu siapa sebenarnya Liam pada anaknya.
“Anak teman Papa. Kebetulan dia ingin memberitahu jika papanya tidak datang.” Josep memberikan alasan yang masuk akal.
Leo menoleh ke arah pria tadi. Walaupun pria tadi sudah tidak ada, tentu saja itu membuatnya penasaran sekali.
“Ayo, kita kembali ke pesta. Kita harus menyapa orang-orang di sana.” Josep mengajak sang anak. Mengalihkan perhatian sang anak.
“Aku akan menyusul. Papa pergi saja dulu.” Leo berlalu ke toilet. Tadi dia memang berniat ke toilet. Hanya saja melihat papanya yang tampak serius sedang bicara. Karena itu dia begitu penasaran.
“Baiklah, Papa tunggu di luar.” Josep segera mengayunkan langkahnya ke restoran . Menikmati acara yang dibuatnya.
Selang beberapa saat Leo bergabung dengan sang papa. Josep memperkenalkan Leo pada teman-temannya. Tentu saja itu dilalukan agar Leo dapat bekerja sama dengan teman-temannya juga. Josep juga memamerkan bagaimana anaknya yang sudah terjun dalam bisnis. Tentu saja itu membuatnya bangga.
“Tidak menyangka anak Pak Josep sudah mau mengurus perusahaan. Padahal baru saja lulus kuliah. Anak saya saja masih malas untuk terjun ke bisnis.” Seorang teman mengomentari apa yang dilakukan Leo.
“Dia akan menjadi penerus restoran ini. Jadi tentu saja dia harus mulai lebih cepat. Agar kelak dia siap ketika restoran ini menjadi tanggung jawabnya.” Josep merangkul Leo.
Leo hanya tersenyum. Merasa sebagai anak satu-satunya membuat Leo merasa jika tanggung jawab restoran ada di pundaknya. Jadi wajar jika dia bekerja keras untuk restoran yang sudah dibangun sang papa.
Pemandangan bagaimana Josep membanggakan Leo dilihat oleh Liam. Rasanya sakit sekali ketika papanya dengan bangganya mengatakan jika Leo adalah calon pewaris restoran ternama yang dibangun sang mama.
Tak mau melihat drama ayah dan anak itu terlalu lama, Liam memilih untuk pergi. Membiarkan papanya menikmati memamerkan anaknya tersebut.
Liam segera berbalik. Sayangnya, ketika berbalik dia menabrak seseorang. Minuman yang dibawa orang tersebut pun tumpah tepat di kemeja Liam.
“Maaf-maaf.” Loveta tidak melihat sama sekali ketika orang di depannya berbalik. Dia yang sedang fokus melihat ke arah Leo, tidak melihat ke arah lain. Hingga membuatnya menabrak seseorang.
“Tidak apa-apa.” Liam berusaha membersihkan minuman tersebut. Saat tangan gadis di depannya hendak memegang kemejanya, Liam segera mengalihkan pandangan pada gadis itu. “Tidak apa-apa. Hanya basah saja.”
“Tapi, basahnya cukup banyak. Kemejamu juga putih. Jadi warna minuman ini menempel di kemejamu.” Loveta tampak panik ketika melihat kemeja putih pria di depannya terkena noda warna merah.
Liam begitu terkejut. Tidak menyangka yang menabrak adalah Loveta. Tentu saja dia tidak akan pernah marah jika yang menabrak adalah gadis pujaan hatinya.
“Kebetulan aku punya kemeja hitam pria. Sepertinya akan muat untukmu. Bagaimana jika kamu memakainya?” Loveta merasa ini adalah kesalahannya. Jadi tentu saja dia harus bertanggung jawab.
Mendapati tawaran tersebut, tentu saja adalah kesempatan emas bagi Liam untuk dekat dengan Loveta. Tentu saja itu membuatnya tidak melepaskan kesempatan itu.
“Jika kamu tidak keberatan meminjamkannya, tidak masalah.” Liam tersenyum tipis.
“Baiklah, kita ke mobilku saja. Aku akan mengambilkannya untukmu.” Loveta segera mengayunkan langkahnya untuk mengajak Liam.
Liam mengekor di belakang Loveta. Mengikuti gadis itu ke tempat parkir.
Bela yang dari kejauhan melihat Liam dan Loveta begitu terkejut.
“Mau apa lagi anak itu? Apa dia juga mau merebut Loveta dari Leo?” Seketika Bela takut jika apa yang harusnya menjadi milik anaknya akan direbut.
...----------------...
Loveta mengambilkan kemeja di dalam mobil. Kemarin dia membeli dua kemeja untuk Leo. Sayangnya, Leo tidak mau karena warnanya hitam juga. Niat hati, dia akan memberikannya pada adiknya. Namun, mungkin memang takdir ingin kemeja itu tetap ada padanya, karena hari ini dia menabrak orang sampai menumpahkan minuman.
“Ini, pakailah.” Loveta memberikan kemeja tersebut pada Liam.
Liam segera meraih kemeja yang diberikan Loveta. “Terima kasih.” Liam tersenyum.
“Sama-sama.” Loveta mengangguk.
Liam dengan segera meraih kancing kemejanya. Berniat mengganti kemejanya.
“Tunggu-tunggu. Apa kamu akan menggantinya di sini?” Seketika Loveta panik. Dia merasa malu ketika mendapati pria di depannya ingin mengganti kemejanya.
“Iya, lagi pula tidak ada orang juga.” Dengan polosnya Liam melihat ke sekeliling. Memerhatikan jika tidak ada orang di tempat parkir.
Loveta mendengkus kesal. Bisa-bisanya pria di depannya itu mengatakan jika tidak ada orang. Padahal ada dirinya di depan persis.
“Ada aku.” Loveta menunjuk dirinya sendiri.
“Maaf.” Liam dengan tanpa berdosanya meminta maaf. Lupa jika ada Loveta di depannya.
“Masuklah ke mobilku. Gantilah di dalam mobil.” Loveta memilih untuk memberikan ide.
Liam melihat mobil Loveta. Mendapati ide dari Loveta membuat Liam merasa jika itu ide bagus. Dia segera mengangguk dan masuk di dalam mobil Loveta.
Loveta menunggu di luar. Terasa aneh sebenarnya meminta pria asing masuk ke mobilnya. Namun, Loveta merasa jika pria tadi tidaklah jahat.
Beberapa saat kemudian Liam keluar dari mobilnya. Kini dia sudah memakai kemeja hitam pemberian Loveta.
“Sepertinya ukurannya sedikit kekecilan.” Loveta melihat perut kemeja menempel sempurna di tubuh Liam. Sampai-sampai lengan kekar Liam terlihat jelas.
“Sedikit, tapi tidak apa-apa. Yang terpenting aku tidak pulang dengan baju kotor.” Liam mengulas senyumnya.
Loveta membenarkan itu. Saat membahas baju kotor, Loveta melihat baju milik Liam yang terkena tumpahan minuman. Kemeja itu keluaran brand Italia yang cukup terkenal. Tentu saja itu membuat Loveta merasa semakin bersalah. Loveta tahu betul harga barang-barang mewah.
“Bagaimana jika kemeja itu aku cuci? Walaupun tidak yakin nodanya akan hilang, tapi aku akan mencobanya.” Loveta tetap merasa harus bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.
Liam melihat kemejanya. Jika memberikan kemejanya pada Loveta, artinya dia akan bertemu dengan Loveta lagi.
“Jika kamu tidak keberatan. Karena memang aku tidak tahu di mana aku harus mencuci kemeja ini.” Liam memberikan kemeja pada Loveta.
“Apa kamu baru di sini?” Sambil menerima kemeja tersebut, Loveta bertanya.
“Iya, aku baru di sini. Aku tinggal di hotel Maxton.” Liam membenarkan ucapan Loveta. “Aku Jason Wiliam.” Liam mengulurkan tangan.
“Aku Loveta.” Loveta menerima uluran tangan Liam.
“Kak Lolo.” Suara Nessia terdengar memanggil.
Saat melihat adiknya memanggilnya, tentu saja membuat Lovera harus segera pergi.
“Kalau begitu, aku akan kirim bajumu ke hotel jika sudah selesai. Sekali lagi maaf.”
“Baiklah.”
Loveta segera mengunci pintu mobilnya kembali dan segera pergi. Saat mengayunkan langkahnya menghampiri adiknya, tiba-tiba Loveta merasa sesuatu.
“Namanya seperti tidak asing? Di mana aku pernah mendengar nama itu?” Loveta merasa dejavu ketika mendengar nama Jason Wiliam.
“Kak, cepat mami memanggilmu” Nessia menarik tangan Loveta.
Loveta memilih menyingkirkan pikirannya itu karena adiknya buru-buru mengajaknya pergi. Dia akan pikirkan nanti, di mana dia pernah dengar nama itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments
Syamsiah Cia
knp lolo bs lp sm sekali sm liam ya
2024-08-18
0
Surtinah Tina
itu kak liam lolo
2024-04-27
1
Susillah
miris ya ... Liam udah mah ga diakui anak hak nya diambil...mlh pamer anak lain
2023-09-25
0