“Kak Neta.” Satu kata yang keluar dari mulut Liam.
Neta yang melihat Liam datang segera menghampiri. Air matanya menetes ketika melihat Liam. Langkahnya segera diayunkan untuk menghampiri Liam. Untuk sesaat Neta memerhatikan Liam. Tubuh Liam kini jauh lebih tinggi dibanding dirinya. Belum lagi wajah Liam begitu tampan. Rahang tegas ditumbuhi bulu halus membuat Liam begitu memesona.
“Aku sudah yakin kamu akan ke sini.” Neta membelai lembut wajah Liam. Sejak Loveta mengatakan jika Liam datang, dia menunggu Liam di panti asuhan.
Kemarin dia sudah memberitahu Bu Kania. Karena Neta tidak selalu di panti asuhan. Jadi meminta Bu Kania mengabari jika Liam datang.
Neta memang kini lebih banyak di panti asuhan saat siang. Karena Bu Kania sudah tua. Jadi butuh orang untuk membantu. Dathan mengizinkannya untuk ke panti asuhan, tetapi hanya pada siang hari.
“Kamu sudah besar.” Neta meneteskan air matanya. Liam tumbuh dengan baik. Tinggi dan begitu tampan. Neta memeluk Liam. Rindu pada adiknya itu.
Liam tidak menyangka jika akan bertemu dengan Neta. Kakak yang begitu baik saat tinggal di panti asuhan.
“Bu Kania pasti senang kamu di sini.” Neta melepaskan pelukan. Menatap Liam.
“Di mana ibu, Kak?” tanya Liam.
“Ayo.” Neta mengajak Liam untuk masuk. Membawanya ke kamar Bu Kania.
Saat pintu dibuka, tampak Bu Kania duduk di kursi roda. Kaki Bu Kania sudah tidak kuat untuk berjalan. Jadi ke mana-mana, dia memakai kursi roda. Sudah sekian lama Liam tidak melihat Bu Kania. Terakhir kali melihat Bu Kania masih muda. Kini Bu Kania sudah tampak begitu tua.
“Bu ....” Liam memanggil ibu yang pernah mengasuhnya itu. Orang yang begitu baik sekali padanya.
Bu Kania menoleh. Dia tidak tahu siapa pria asing yang datang itu. Wajahnya tidak pernah dilihatnya.
Liam menghampiri Bu Kania. Bersimpuh tepat di depan Bu Kania. “Bu, ini Liam.” Liam tak kuasa menahan air matanya. Rindu sekali dengan ibu panti yang menjaganya.
“Liam.” Bu Kania menangis ternyata Liam benar-benar datang seperti apa kata Neta. Dia segera memeluk Liam. Melepaskan rasa rindunya.
Bu Kania benar-benar merindukan Liam. Sejak pergi dari panti asuhan, Liam tidak pernah memberikan kabar. Sebagai seorang ibu, terkadang dia rindu, tetapi apa daya tidak ada informasi yang didapat.
“Ke mana saja kamu? Kenapa tidak memberikan kabar pada Ibu?” Bu Kania masih terus menangis. Dia begitu ingin tahu alasan anak asuhnya itu tidak memberikan kabar.
“Maafkan aku, Bu.” Liam melepaskan pelukannya agar dapat menjangkau wajah Bu Kania. Dia merasa bersalah sekali karena tidak memberikan kabar. “Waktu itu mama tidak mau diganggu oleh papa. Karena itu dia memintaku memutuskan hubungan dengan semua yang ada di sini.” Liam kala itu tidak bisa menolak permintaan sang mama karena hanya dirinya yang dimiliki oleh sang mama. Jadi Liam menuruti apa yang diminta sang mama.
“Lalu apa sekarang kamu ke sini tidak meminta izin pada mamamu?” Bu Kania menatap Liam. Liam sudah begitu hebat sekali menurut dengan sang mama. Jadi kali ini dia ingin tahu alasan sang mama.
“Mama sudah meninggal, tapi dia sudah mengizinkan aku untuk ke sini.” Liam menjelaskan pada Bu Kania. Sebelum meninggal, akhirnya mamanya memang mengizinkannya. Hal itulah yang membuat tekad Liam untuk kembali.
“Ibu tidak menyangka mamamu sudah meninggal. Maafkan Ibu tidak tahu.” Bu Kania merasa tidak enak sekali ketika bertanya tentang mama Liam.
“Tidak apa-apa, Bu.” Liam tersenyum.
Bu Kania bercerita banyak dengan Liam. Bu Kania melepaskan rindunya pada Liam. Neta yang melihat itu membiarkan dulu Bu Kania melepaskan rindu pada Liam. Neta tidak mau mengganggu. Sekitar setengah jam berlalu, barulah Neta mengganggu obrolan asyik itu.
“Ceritanya sudah dulu. Ibu harus minum vitamin dan beristirahat.” Neta menghenti Indonesia tikan Liam dan Bu Kania mengobrol.
“Ta, Ibu baru sebentar bercerita dengan Liam.” Bu Kania melemparkan protes.
“Liam akan tinggal di sini lama. Jadi Ibu bisa mengobrol dengan Liam besok lagi.” Neta mencoba membujuk sang ibu.
Bu Kania mengalihkan pandangan pada Liam. “Apa kamu akan lama di sini?” tanya Bu Kania memastikan.
“Yang dibilang Kak Neta ada benarnya. Aku akan tinggal di sini dalam jangka waktu yang lama. Jadi Bu Kania bisa mengobrol denganku besok lagi.” Liam membenarkan apa yang dikatakan oleh Neta.
“Baiklah.” Bu Kania mengangguk.
Dibantu Neta, Bu Kania berpindah ke tempat tidur. Kemudian Neta memberikan vitamin pada Bu Kania.
Saat Bu Kania mulai beristirahat, akhirnya Neta dan Liam keluar. Mereka berpindah ke ruang tamu.
“Minumlah.” Neta menyuguhkan minuman itu pada Liam.
Liam segera mengambil cangkir yang berada di meja. Meminum minuman yang ada di dalamnya.
“Kak Neta apa kabar?” Sejak tadi justru Liam belum mengobrol dengan Neta. Karena terlalu asyik mengobrol dengan Bu Kania.
“Aku baik, kamu sendiri bagaimana?” Neta begitu penasaran sekali dengan kabar Liam. Walaupun dilihatnya Liam tampak baik-baik saja.
“Aku baik-baik saja, Kak.” Liam mengulas senyumnya.
“Aku yakin sekali kamu akan datang ke sini?” Neta tersenyum. Tebakannya tidak salah.
“Bagaimana Kak Neta bisa menebak aku akan ke sini? Dan dari mana Kak Neta tahu aku di sini?” Liam merasa heran. Karena setahunnya hanya keluarga Smith yang tahu dirinya datang ke Indonesia.
“Cinta menceritakan jika kakak tiri Leo datang. Seketika aku menebak itu adalah kamu, karena waktu mamamu membawamu, dia mengatakan jika suaminya adalah Josep Smith. Jadi aku tahu jika kamu masih ada hubungan dengan keluarga Smith.” Neta mencoba menjelaskan bagaimana dirinya tahu kedatangan Liam itu.
“Jadi Cinta tahu aku ke sini?” tanya Liam memastikan. Setahu Liam, Loveta tidak mengenalinya.
“Tidak, dia tidak tahu. Dia hanya menceritakan kakak Leo saja tanpa menyebut namamu.”
Liam bersyukur ketika Loveta tidak mengetahui jika dia adalah kakak Leo. Untuk saat ini, Liam ingin menyelesaikan semuanya dulu.
“Apa benar kamu meminta restoran keluarga Smith?” Neta menatap Liam. Begitu penasaran sekali dengan cerita Loveta.
Liam masih bingung dari mana Neta tahu perihal itu. Karena dia belum menceritakan pada siapa-siapa.
Neta melihat wajah Liam yang bingung. Tentu saja pasti karena dirinya yang tahu masalah ini.
“Cinta adalah kekasih Leo. Jadi aku tahu dari Cinta jika kakak tiri Leo akan merebut restoran. Jadi aku ingin memastikan padamu. Aku ingin mendengar dari kedua belah pihak.” Neta memang tidak pernah mau sembarangan menyalahkan orang. Jadi dia ingin tahu penjelasan dari Liam langsung.
Liam akhirnya tahu dari mana Neta tahu perihal ini. Wajar jika Loveta tahu, mengingat Leo adalah kekasihnya. Mungkin mereka sering bercerita.
“Iya, aku memang ingin meminta restoran itu.” Liam mencoba membenarkan aoa yang dikayakan Neta.
Neta cukup terkejut ketika mendengar jawaban Liam. “Apa kamu sedang kesulitan keuangan hingga mau merebut restoran?” tanya Neta memastikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments
Hera Puspita
😭😭😭😭😭
2024-06-08
0
Dewa Dewi
😭😭😭😭
2024-03-06
0
Susillah
bahkan Liam... mungkin lebih kaya sekarang dari BPK.nya...liam cm mnt haknya hak ibunya jgn dinikmati orang lain seenaknya aja
2023-09-25
0