Leo begitu terkejut sekali. Restoran yang hendak diberikan padanya, ternyata justru milik orang lain, dan dirinya tidak memiliki hak atas itu.
“Jika kamu merasa restoran itu milikmu. Sebaiknya kita tempuh saja jalur hukum.” Josep tidak tahan lagi. Liam bisa merusak kebahagiaan keluarganya. Terutama mempengaruhi anaknya.
Liam tersenyum tipis. Dia merasa sepertinya papanya sedang menyerahkan diri sendiri. Dengan melalui hukum, jelas akan mudah untuk mendapatkan restoran itu.
“Baiklah, itu ide yang bagus. Aku tidak perlu memaksa Papa untuk menyerahkan restoran itu.” Liam tersenyum senang.
Bella benar-benar tidak habis pikir dengan suaminya. Bisa-bisanya suaminya justru memilih jalur hukum. Jika begitu jelas mereka akan kesulitan mempertahankan restoran.
“Sepertinya aku tidak perlu ke sini-sini jika kalian memilih jalur hukum. Terima kasih untuk drama pagi ini. Aku permisi dulu.” Liam memilih pergi. Urusannya sudah selesai. Jadi tentu saja dia merasa tidak perlu susah payah datang ke rumah keluarga Smith untuk sekadar meminta haknya.
Selepas Liam pergi, Josep langsung terduduk lemas. Dia tidak tahu kenapa justru memilih jalan hukum. Padahal jelas ini akan menyulitkannya.
“Pa, kenapa Papa justru meminta jalur hukum. Jika itu terjadi, kita akan kehilangan restoran.” Bella duduk dan menggoyangkan tubuh sang suami.
Josep hanya terdiam. Dia ingin mengakhiri cerita Liam. Karena tidak mau Leo mendengar semua itu. Selama ini, dia sudah menjadi contoh baik untuk anaknya. Jika sekali saja noda keburukan, tentu saja Leo akan membencinya.
“Apa yang dikatakan oleh pria itu benar, Ma? Mama merebut Papa dari istri papa sebelumnya?” Leo menatap lekat wajah sang mama. Dia merasa ingin tahu terlebih dahulu kenyataan sebenarnya.
Bella mengalihkan pandangan pada anaknya. Mulutnya membisu. Diam seribu bahasa. Dia tidak berani menjawab apa-apa karena memang kenyataannya.
“Apa benar jika restoran itu milik mama dari pria bernama Wiliam itu, Pa?” Leo beralih pada sang papa.
Kali ini Josep pun memilih diam. Karena dia tidak bisa membela diri.
“Dengar, Leo. Sekali pun restoran itu dari uang orang lain, tapi papamu yang mengembangkannya puluhan tahu. Tentu saja itu adalah milik kita.” Bella mencoba memberitahu sang anak. Dia tak mau sampai anaknya membenci suaminya.
“Jika restoran itu dibangun oleh orang lain, artinya restoran itu bukan milik kita. Kita hanya pekerja. Sebesar apa usaha kita membuat restoran itu besar, kita tidak akan pernah menjadi pemiliknya, Ma.” Leo kecewa dengan pemikiran sang mama.
“Tapi, ada perjuangan papamu. Harusnya kamu tahu itu, dan Mama tidak akan biarkan orang lain mengambil begitu saja.” Bella masih tetap dengan pendiriannya.
Josep hanya terdiam. Dia merasa bingung. Tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
Leo semakin kecewa dengan pikiran sang mama. Hal itu membuat Leo memilih pergi. Menghindari perdebatan yang tidak akan ada ujungnya.
“Terserah pikiran, Mama.” Leo berlalu begitu saja.
“Leo ... Leo ... dengarkan penjelasan Mama dulu.” Bella berusaha untuk memanggil anaknya.
Sayangnya, Leo terus berjalan. Memasuki mobilnya dan melajukannya. Meninggalkan rumah. Leo benar-benar kecewa dengan masa lalu sang mama.
Sambil melajukan mobilnya, Leo menghubungi seseorang.
“Bisakah kamu temui aku di tempat biasa.”
Setelah menghubungi seseorang tersebut, Leo segera melajukan mobilnya. Tempat yang dituju adalah apartemen. Liam memiliki apartemen untuk sekadar menenangkan pikirannya ketika dia bertengkar dengan sang mama.
...****************...
Bunyi pintu dibuka menandakan orang yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Leo melihat orang yang ditunggunya sudah datang, segera menghampirinya.
Satu pelukan diberikan Leo. Dia ingin sebuah ketenangan dan hanya didapatkan dari gadis cantik di depannya.
“Kamu bertengkar dengan mama?” Loveta membelai lembut punggung Leo. Dia selalu tahu, jika Leo akan pergi ke apartemen untuk menenangkan diri setiap bertengkar dengan sang mama.
Leo memang dingin. Jika orang tidak mengenalnya, orang akan berpikir jika Leo tidak begitu mencintai Loveta. Namun, sejujurnya apa pun yang terjadi pada Leo. Leo akan mencari Loveta. Itu yang membuat Loveta begitu mencintai Leo. Karena menjadikannya orang yang selalu dibutuhkan.
“Jangan berikan aku pertanyaan dulu. Aku butuh pelukan dulu.” Leo mengeratkan pelukannya. Mencari kedamaian dari kehangatan Loveta.
Loveta memilih membiarkan sang kekasih melakukan apa yang ingin dilakukannya. Menunggu sampai Leo akan jauh lebih tenang.
Saat sudah lebih tenang, barulah Leo melepaskan pelukan itu.
“Ayo duduk.” Loveta mengajak Liam untuk duduk. “Ada apa?” tanya Loveta meraih tangan Leo.
“Papa ternyata punya anak sebelum aku.” Leo menceritakan pada Loveta.
Loveta masih bingung dengan cerita yang diberikan Leo. Dia masih sulit untuk mencernanya.
“Maksudnya bagaimana?” tanya Loveta.
“Ternyata sebelum mama dan papa menikah, papa pernah menikah, dan papa memiliki seorang anak laki-laki. Mungkin usianya sekitar dua puluh delapan atau dua puluh sembilan tahun.” Leo mencoba menjelaskan dengan lebih rinci.
Loveta cukup terkejut. Karena setahunya, Leo tidak memiliki saudara.
“Jadi kalian berasal dari ibu yang berbeda? Seperti aku dan Nessia atau Danish?” tanya Loveta menjelaskan.
“Iya, sama persis.” Leo membenarkan ucapan Loveta.
“Lalu masalahnya di mana? Bukankah kamu lihat aku dan adik-adikku akur. Kami tidak pernah merasa jika lahir dari rahim yang berbeda.” Loveta memberikan pendapatnya.
“Tetap beda, dia datang ke sini untuk merebut restoran. Karena merasa mamanya yang membangun restoran itu. Dia sedang menabuh genderang perang.” Leo mengusap wajahnya. Seandainya kakak tirinya datang bukan berniat merebut restoran, mungkin dia akan bisa seperti Loveta dan adik-adiknya.
“Wah ... jahat sekali. Kenapa datang-datang ingin merebut restoran? Apa dia tidak sadar jika Paman Josep sudah membuat restoran menjadi besar.” Loveta tidak habis pikir ada orang seperti itu. Dia juga ikut kesal mendengar semua itu.
“Entahlah, aku bingung.” Leo mengembuskan napasnya. Merasa tidak tahu harus berbuat apa.
“Tenangkan dirimu dulu saja. Nanti kita pikiran cara untuk menyelesaikan semua ini.” Untuk saat ini, tentu saja Loveta hanya bisa menenangkan Leo.
“Aku akan di sini dulu. Menangkan diri.” Leo menyandarkan tubuhnya ke sofa. Dia tidak fokus bekerja. Jadi butuh waktu dulu.
“Baiklah, lebih baik kamu di sini dulu.” Loveta setuju dengan ide Leo.
“Apa kamu mau menemani aku di sini?” tanya Leo menatap Loveta.
“Aku ada pekerjaan sebentar. Nanti setelah itu aku akan ke sini.” Tadi Loveta sudah menghubungi Liam untuk mengantarkan kemeja milik Liam, jadi dia harus ke hotel dulu. Loveta tidak menceritakan apa yang akan dilakukannya ini, mengingat Leo sedang punya banyak pikiran. Lagi pula, urusan menumpahkan minuman kemarin hanya hal sepele.
“Baiklah, pergilah dulu.” Leo mengangguk. Mengizinkan kekasihnya pergi.
“Aku akan segera kembali setelah urusanku selesai.” Loveta segera pergi untuk menyelesaikan urusannya dulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments
Syamsiah Cia
leo baik walaupun lahir dr seorang pelakor liam jg baik
2024-08-18
0
Adin Da
rda tgang jg bc ny
2024-07-14
0
Surtinah Tina
emang ya bela pinginnya kaya aja
2024-04-27
1