Pesona Sang Pewaris
“Siapa Anda?”
“Jason Wiliam Smith.” Liam memperkenalkan dirinya pada pria di depannya.
Tubuh Josep Smith lemas ketika mendengar nama itu. Dia langsung terduduk di sofa berbahan kulit miliknya. Tatapannya masih tertuju pada pria tampan di depannya. Matanya yang biru sama persis dengannya.
“Pa.” Sabela Smith, istri Josep langsung memegangi tubuh sang suami yang terduduk. Dia begitu khawatir dengan suaminya yang lemas.
Josep memandangi anaknya. Anaknya tumbuh dengan baik. Tubuh tinggi dengan paras tampan mengingatkan Josep pada masa mudanya. Rahang yang ditumbuhi bulu halus itu sama persis dengan dirinya.
Josep tidak pernah menyangka jika anaknya ada di depannya. Masih segar di ingatannya, bagaimana dia mengusir istri dan anaknya setelah menceraikan istrinya itu. Dia pikir istri dan anaknya itu tidak akan pernah kembali lagi di hadapannya. Namun, kini anaknya berdiri tepat di depannya.
“Sepertinya Anda begitu terkejut sekali.” Pria yang biasa dipanggil Liam itu tersenyum. Perlahan dia mendudukkan tubuhnya di sofa sambil menatap pria yang merupakan papa kandungnya itu. “Apa yang Anda sedang pikirkan? Apa Anda sedang berpikir jika saya tidak akan berada di hadapan Anda? Atau tidak akan pernah berani berdiri di depan Anda?” Liam tersenyum. Tentu saja senyuman itu mengandung cibiran pada pria yang sudah menelantarkannya itu.
Liam sudah mendengar cerita dari mamanya. Bagaimana sang papa yang begitu tega mengusir mamanya setelah menceraikan mamanya. Papanya itu menikah lagi dengan wanita yang merupakan pelayan di restoran milik mereka berdua. Padahal restoran itu dibangun dengan uang milik mamanya. Mamanya harus menitipkannya ke panti asuhan karena tidak punya cukup uang untuk kembali ke Italia. Sampai akhirnya lima tahun kemudian, mamanya baru menjemputnya kembali.
“Apa maumu ke sini?” Bela, biasa orang memanggil Sabela Smith. Berawal dari babu menjadi nyonya rumah di keluarga Smith.
“Astaga, apa bertemu dengan papaku adalah sesuatu yang tidak diizinkan?” Liam tersenyum. Merasa lucu sekali dengan wanita di depannya itu.
Bela masih memandangi Liam curiga. Dia yakin anak suaminya itu tidak datang karena ingin bertemu dengan suaminya saja.
Liam terus mengulas senyum di wajahnya. Tidak sama sekali dia menujukan kebenciannya.
“Di mana selama ini kalian tinggal?” Sebagai seorang ayah, masih ada rasa di hatinya ingin tahu sejauh apa anaknya tumbuh.
“Kami tinggal di Italia. Kembali ke kampung halaman.” Sejak mamanya menjemput dari panti asuhan, Liam tinggal di Italia. Bersama mamanya, Liam tumbuh dengan baik. Mamanya selalu memberikan yang terbaik.
“Jadi sekarang mamamu di Italia?” Suara Josep begitu penasaran sekali.
Bela begitu terkejut ketika suaminya menanyakan mantan istrinya itu. Ada rasa cemburu yang menelusup ke hatinya.
“Mama meninggal sebulan yang lalu.” Liam mengatakan keberadaan mamanya.
Tepat sebulan yang lalu mamanya meninggal. Liam masih berduka. Dia kehilangan orang yang begitu dicintainya. Rasa sakit itu masih terasa sampai sekarang. Karena pada akhirnya, dia benar-benar sendiri. Sama seperti ketika dia berusia lima tahun.
Sebelum meninggal Sang mama mengizinkannya untuk terbang ke Indonesia. Selama ini Liam memang memutus hubungan dengan segala hal yang berada di Indonesia. Termasuk dengan Loveta, gadis kecil yang menjadi cinta pertamanya. Mamanya tidak mau papanya mengganggu hidup mereka lagi. Bertahun-tahun Liam menuruti sang mama. Menghargai rasa sakit yang mamanya rasakan. Kini setelah mamanya mengizinkannya kembali ke Indonesia. Tentu saja kesempatan itu digunakan sebaik mungkin.
Josep begitu terkejut. Ternyata mantan istrinya lebih dulu pergi meninggalkan dunia ini. Ada rasa sakit yang terbesit di hatinya. Belum sempat dirinya meminta maaf, tetapi mantan istrinya sudah meninggal lebih dulu.
“Ini.” Liam meletakkan berkas di atas meja.
Josep mengalihkan pandangan pada berkas itu. Dia bingung ketika melihat berkas yang diberikan anaknya itu.
“Apa ini?” Sambil mengambil berkas tersebut, Josep bertanya.
“Surat pengalihan restoran.” Liam menjelaskan apa isi berkas tersebut.
Josep membulatkan matanya. Dia segera membuka isi berkas tersebut. Alangkah terkejutnya ketika mengetahui jika isi berkas adalah pengalihan kepemilikan restoran miliknya.
Bela tak kalah terkejut. Sejak Liam datang, dia sudah yakin jika anak itu tidak datang hanya untuk berkunjung menemui papanya. Namun, ada maksud tertentu yang menjadi alasan kedatangannya.
“Apa-apaan ini?” Josep membanting berkas tersebut. Dia begitu kesal karena merasa jika Liam begitu lancang padanya.
“Mengambil hakku.” Liam masih tampak tenang. Di saat papanya murka, dia tidak terprovokasi sama sekali.
“Punya hak apa kamu mau mengambil restoran yang sudah aku kelola bertahun-tahun?” Josep menatap tajam anaknya tersebut. Padahal tadi, sudah ada kerinduan di dalam hatinya. Akan tetapi, justru sang anak dengan lancang ingin meminta restoran.
Liam hanya menanggapi dengan senyuman. “Seorang petani tanpa lahan, tidak akan pernah menjadi pemiliknya sekali pun dia menghasilkan banyak padi. Sama seperti Anda yang mengembangkan restoran dengan dana mamaku. Tetap saja Anda tidak akan disebut oleh pemilik.”
Josep terdiam. Ingatannya kembali pada pertama kali dia membangun bisnis restoran. Kala itu dia datang ke Indonesia untuk bekerja di sebuah perusahaan. Saat perusahaan itu tutup, Josep tidak kembali ke Italia. Dia dan mama Liam memutuskan membangun usaha. Berbekal uang milik sang istri, dia membangun restoran Italia. Istrinyalah yang menjadi chef di sana. Semua menu diciptakan sang istri. Restoran mulai berkembang. Orang-orang menyukai menu masakan restoran mereka.
Restoran mulai berkembang. Dari hanya mereka berdua yang membangun usaha itu, hingga akhirnya bisa merekrut karyawan. Di saat istrinya hamil, Josep mengurus penuh restoran. Hingga sampai bertahun-tahun restoran itu berkembang dengan berbagai cabang.
Sayangnya, Josep tergoda dengan pelayan di restoran tersebut. Hingga akhirnya memilih menceraikan istrinya dan mengambil alih semua usaha. Tak sepeser pun uang diberikan pada istrinya itu.
Jika ditelisik lagi, memang benar jika restoran ini atas dana mantan istrinya. Dirinya hanya mengelola saja.
“Saya, tidak akan terburu-buru. Anda bisa pikirkan dulu. Setelah itu Anda bisa serahkan restoran pada saya.” Liam merasa mungkin papanya butuh waktu.
“Tidak perlu butuh waktu. Restoran ini tidak akan pernah beralih ke siapa pun.” Bela menjawab ucapan Liam tersebut. Dia tidak rela jika restoran yang dibangun oleh suaminya diambil begitu saja.
Liam melihat Bela. Wanita itu yang menghancurkan rumah tangga mama dan papanya. Hingga mamanya harus bersusah payah berjuang. Tentu saja dia tidak akan membiarkan begitu saja.
“Silakan lakukan apa saja untuk mempertahankan restoran itu, tapi saya akan berusaha merebutnya.” Liam merasa restoran itu adalah milik mamanya. Jadi dia berhak mendapatkan kembali restoran itu.
Bela menatap kesal pada Liam. Dia tidak akan membiarkan itu terjadi.
“Kalau begitu saya permisi dulu.” Liam tak mau berlama-lama. Dia memilih untuk segera pergi. Tak mau berdebat lagi.
Bela melihat Liam yang pergi begitu saja. Saat anak suaminya itu pergi, dia mengalihkan pandangan pada suaminya.
“Pa, lakukan sesuatu. Jangan sampai anak mantan istrimu itu merebut restoran.” Bela menggoyangkan tubuh suaminya.
Josep hanya terdiam saja. Dia sendiri merasa bingung. Apa yang harus dilakukannya.
“Kita konsultasikan ini dengan pengacara dulu.” Josep harus meminta pendapat pengacara. Jadi tentu saja dia tidak bisa gegabah melakukan apa pun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments
Rahmi Rahmi
cukup bagus awal cerita nya thor
2024-07-11
0
Hera Puspita
awal yg menarik, baru mampir lagi di karya mu thor 🥰🥰
2024-06-08
0
Anonymous
keren
2024-05-07
0