“Aku ingin mencari tempat tinggal. Apa kamu punya rekomendasi? Aku sudah terlalu lama tinggal di hotel. Jadi aku butuh tempat tinggal.” Liam menyampaikan apa yang menjadi alasannya untuk meminta tolong Loveta.
“Tempat tinggal?” Loveta berpikir sejenak. “Saya punya apartemen, Anda bisa menyewanya jika mau.” Loveta berbinar. Memang saat ini dia sedang mencari penyewa apartemennya. Jadi tidak ada salahnya jika menawari Liam untuk tinggal di sana.
Liam berbinar. Ini yang ditunggunya. Tadi sewaktu bertemu dengan Neta, dia sudah ditawari untuk tinggal di apartemen Loveta yang kosong. Alih-alih menerima tawaran dari Neta, dia justru memancing Loveta. Dengan menjadi penyewa apartemen miliki Loveta, dia bisa dekat dengan Loveta.
“Pas sekali. Aku mau menyewanya jika kamu mengizinkan.” Liam bersemangat sekali menjawab.
“Baiklah, besok siang kita bertemu. Saya akan tunjukkan apartemennya. Anda bisa lihat dulu. Jika cocok kita buat surat perjanjian sewa.” Loveta juga senang sekali akhirnya ada yang menyewa apartemennya. Paling tidak, dia akan dapat uang dari penyewaan ini.
“Baiklah.” Liam mengangguk.
Kopi habis dalam lima belas menit. Itu pun sertai dengan obrolan ringan tentang apartemen yang akan ditinggali Liam. Setelah kopi habis, Loveta pun memilih berpamitan. Tidak mau berlama-lama dengan Liam
...****************...
“Apartemen akan aku sewakan, Pi.” Loveta menceritakan di sela-sela mereka menonton televisi sehabis makan malam.
“Kamu sudah mendapatkan penyewa?” Papi Dathan menatap anaknya.
“Iya, sudah. Rencananya besok aku akan mengantarkan penyewa melihat apartemen.” Loveta begitu bersemangat sekali bercerita.
“Yang menyewa laki-laki atau perempuan?” tanya Papi Dathan penasaran.
“Laki-laki,” jawah Loveta.
“Jika laki-laki, besok Papi akan temani.” Papi Dathan jelas takut jika sampai terjadi apa-apa pada anaknya jika mengecek apartemen berdua saja.
“Baiklah, besok aku bertemu dengan penyewa jam sebelas sebelum makan siang.” Loveta memang sudah tahu jika papinya over protektif. Jadi wajar jika sang papi selalu tidak mau anaknya dalam bahaya.
“Papi akan datang besok ke apartemenmu.” Dengan penuh keyakinan Papi Dathan menjawab.
“Baiklah.” Loveta mengangguk. “Aku ke kamar dulu kalau begitu.” Loveta pun memilih untuk berpamitan. “Selamat malam.” Dia melambaikan tangan seraya mengayunkan langkahnya ke kamar.
“Kamu selalu saja protektif.” Mami Neta tersenyum melihat sang suami.
“Jelas aku protektif. Apalagi dia anak perempuan. Memang seharusnya dijaga.” Papi Dathan tersenyum.
“Iya, aku tahu, tapi jangan terlalu berlebihan. Biarkan mereka berusaha menyelesaikan masalah mereka. Besok saat bertemu penyewa. Awasi saja. Biarkan Cinta membuat perjanjian sendiri dengan penyewa.” Mami Neta melingkarkan tangannya di lengan sang suami. Memberikan sedikit pesan untuk sang suami.
“Iya, aku hanya akan mengawasi saja.” Papi Dathan mencubit pipi sang istri. Selalu saja sang istri cerewet sekali.
Mami Neta hanya tersenyum ketika melihat sang suami mencubitnya.
“Bagaimana keadaan panti asuhan? Apa Bu Kania baik-baik saja?” Sehari-hari sang istri sibuk di panti asuhan. Di saat berdua seperti ini adalah waktu yang pas untuk bercerita.
“Keadaan panti asuhan baik-baik saja dan Bu Kania baik-baik saja.” Mami Neta mengulas senyumnya.
Papi Dathan ikut senang saat keadaan baik-baik saja.
“Ada yang aku mau ceritakan.” Mami Neta yang teringat dengan Liam, seketika langsung berniat bercerita. Dia memutar tubuhnya menghadap sang suami agar dapat melihat sang suami.
“Apa?” Papi Dathan melihat istrinya tampak begitu serius sekali.
“Liam sudah kembali ke Indonesia.” Mami Neta menceritakan apa yang ingin diceritakan.
“Liam sudah kembali?” Papi Dathan yang terkejut sampai setengah berteriak ketika diberitahu sang istri.
“Jangan kencang-kencang.” Mami Neta memberikan isyarat jari di depan bibirnya untuk meminta sang suami tidak kencang-kencang.
“Sejak kapan dia di sini?” Papi Dathan menurunkan nada suaranya setengah berbisik.
“Empat hari lalu. Waktu itu, Loveta cerita jika Kakak Leo datang untuk merebut restoran. Karena itu aku menunggu di panti asuhan, dan benar saja. Tadi dia datang ke panti asuhan. Dia menceritakan jika akan meminta haknya atas restoran itu karena restoran itu dibangun dari uang mamanya.” Mami Neta menceritakan itu semua.
Papi Dathan mulai mengerti. “Jadi ini yang jadi alasan Leo untuk meminta waktu melamar Cinta?” Papi Dathan menggabungkan beberapa hal dan menyimpulkan satu hal itu.
“Iya.” Mami Neta mengangguk.
“Lalu apa Pak Josep berniat memberikan hak Liam?” tanya Papi Dathan penasaran.
“Sepertinya tidak, karena Pak Josep memilih jalur hukum.”
Mendapati cerita itu Papi Dathan merasa masalah akan rumit. “Kita kenal keduanya, tentu saja kita tidak bisa memihak salah satu.”
“Iya, benar. Aku pun berpikir seperti itu.” Mami Neta membenarkan.
“Sebaiknya kita biarkan dulu mereka menyelesaikannya. Jika memang kita perlu ikut campur, paling tidak kita hanya jadi penengah.”
Mami Neta mengangguk. Setuju dengan yang dikatakan sang suami. Untuk saat ini mereka tidak bisa melakukan apa pun.
...****************...
Hari ini Loveta dan Papi Dathan bertemu dengan penyewa apartemen. Papi Dathan dan Loveta menunggu penyewa itu datang.
“Itu penyewanya.” Loveta menunjuk ke seseorang yang baru saja masuk ke lobi apartemen.
Papi Dathan melihat pria keturunan asing yang begitu tampan. Rahangnya ditumbuhi rambut halus dengan betuk wajah yang bagus. Tinggi tubuhnya memang cukup tinggi, berbeda dengan warga lokal.
Liam dari kejauhan melihat jelas jika Loveta tidak sendiri. Liam jelas kenal siapa yang datang bersama Loveta. Siapa lagi jika bukan Dathan Fabrizio.
“Maaf saya terlambat.” Liam mengulas senyumnya seraya mengulurkan tangannya.
“Kami belum lama datang, jadi Anda tidak bisa dikategorikan terlambat.” Loveta menerima uluran tangan dari Liam. “Kenalkan, ini Papiku.” Loveta mengenalkan Papi Dathan pada Liam.
Liam segera mengalihkan tangannya pada Dathan Fabrizio. “Wiliam.” Dia memperkenalkan namanya.
“Dathan Fabrizio.” Papi Dathan memperkenalkan diri.
“Ayo, kita lihat apartemennya.” Loveta pun segera mengajak Liam dan papinya ke apartemen miliknya.
Apartemen ini dibangun oleh Adion Company. Karena Dathan Fabrizio mengenal pemiliknya, dia membelikan beberapa untuk anaknya. Sayangnya, anak-anak memilih tinggal di rumah, dibanding di apartemen.
Saat melihat apartemen yang tidak terlalu besar membuat Liam merasa jika apartemen ini pas sekali untuknya. Apalagi pemandangan kota yang indah dari ketinggian menjadi daya tarik tersendiri.
Loveta menujukan beberapa ruangan. Dari kamar tidur, toilet, balkon, dapur, dan laundry room. Sambil memperlihatkan itu, dia menjelaskan beberapa fasilitas yang diberikan apartemen ini. Termasuk sistem keamanan yang baik.
“Saya suka dengan apartemen ini.” Liam langsung setuju dengan yang dilihatnya.
Loveta berbinar, akhirnya ada orang yang mau menyewa apartemennya. “Baiklah, kita bisa tandatangani surat perjanjian sewa seraya makan siang.” Loveta langsung memberikan ide pada Liam.
“Tentu saja.” Liam langsung setuju.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments
Syamsiah Cia
apa dathan jg ndk mengenali liam
2024-08-18
0
Susillah
love ajh terpesona dgn ketampanan Liam...papi dhatan pasti terkejut klo tau Wiliam adalah Liam...
2023-09-26
2
anonim
papa Dathan tidak mengenali wajah William 🤔🤔
2023-07-08
0