“Pi, kenapa harus sampai menikah? Kami hanya berciuman saja. Jangan terlalu dibesar-besarkan. Kami terlalu muda untuk menikah.” Loveta mencoba menjelaskan pada papinya. Menurutnya permintaan sang papi terlalu aneh. Hanya karena ciuman saja mereka dinikahkan.
“Papi tidak mau dengar alasan apa-apa.” Papi Dathan teguh dengan keputusannya. Tak mau goyah sama sekali.
“Baiklah, saya akan membawa orang tua saya, tapi tolong berikan waktu.” Leo menatap Papi Dathan. Masih ada masalah yang harus diselesaikan keluarganya. Jadi tentu saja belum saatnya memikirkan melamar Loveta.
Papi Dathan menimbang apa yang dikatakan oleh Leo.
Mami Neta yang mendengar langsung menyenggol suaminya. Dia sudah tahu masalah Leo. Jadi merasa jika mereka harus memberikan waktu pada Leo.
Papi Dathan langsung mengerti kode yang diberikan oleh sang istri. “Baiklah, aku akan menunggu.”
Setelah drama yang baru saja terjadi, akhirnya Leo berpamitan. Leo tidak punya pilihan lain, selain bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Karena pada intinya, dia merasa bersalah.
“Maaf.” Satu kata yang keluar dari mulut Loveta. Kepalanya tertunduk karena merasa jika sudah membuat kesalahan dengan mencium Leo.
Leo menatap Loveta. “Sudahlah, mungkin takdir mengariskan kita bersama.” Leo tersenyum tipis nyaris tak terlihat. “Aku akan mengatakan pada orang tuaku setelah masalah kami selesai.” Leo menarik dagu Loveta agar dapat melihat wajah cantik Loveta.
Loveta mengulas senyumnya. “Aku akan menunggu.”
“Aku pulang dulu.” Leo langsung berpamitan. Dia segera masuk ke mobilnya.
Leo melajukan mobilnya ke rumah. Karena sudah jauh lebih tenang, dia ingin bertemu dengan orang tuanya.
“Sayang, kamu akhirnya pulang juga.” Bella begitu senang saat anaknya pulang. Dia pikir anaknya tidak akan pulang karena tadi siang, dia mendapat informasi jika Leo tidak ke kantor.
“Aku pulang karena harus mendengarkan penjelasan mama dan papa.” Leo belum puas mendengar cerita tadi siang. Jadi dia ingin mendengar langsung.
Bella hanya bisa menatap anaknya. Entah apa yang harus dijelaskan.
“Papa akan jelaskan.” Josep langsung menyambar permintaan Leo. Dia akan menjelaskan semuanya.
Leo cukup senang ketika sang papa mau menjelaskan. Paling dia akan tahu semuanya. Dia segera duduk di ruang keluarga. Menyusul papanya yang lebih dulu duduk.
“Aku memang pernah menikah dan memiliki anak. Jadi yang kamu temui tadi adalah kakak tirimu. Pernikahan kami sudah tidak sehat sejak awal. Jadi bukan mamamu yang merusak pernikahanku. Sejak bercerai, aku justru tidak tahu ke mana mereka pergi. Karena saat aku memutuskan bercerai, dia memutuskan pergi.” Josep menjelaskan lebih dulu. Bagaimana bisa menikah dengan Bella.
“Sayang, percayalah. Kami tidak seburuk yang kamu pikirkan.” Bella mencoba meyakinkan Leo. “Dia sengaja datang ingin merusak kebahagiaan kita. Dia hanya tidak terima Mama bahagia dengan papamu.” Bella menitikkan air mata. Sedih dengan apa yang dilakukan Liam.
Leo masih ragu untuk percaya. Namun, mereka adalah orang tuanya. Pada siapa lagi jika bukan pada mereka dirinya percaya.
“Lalu jika dia meminta restoran, apa Papa akan memberikannya?” Leo menatap papanya.
“Aku membangun susah payah restoran itu, tentu saja aku tidak akan membiarkannya.” Josep tetap tidak rela restoran itu jatuh ke Liam.
“Bukankah dia punya hak?” Leo masih tidak habis pikir dengan yang dipikirkan papanya.
“Iya, papa akan memberikan haknya. Sejumlah uang yang dipakai mamanya untuk membangun restoran. Anggap saja itu adalah modal awal yang kita pinjam.” Tadi Josep sudah berkonsultasi perihal itu dengan pengacara. Tentu saja itu adalah cara ampuh untuk mempertahankan restoran.
“Papamu sudah berkonsultasi dengan pengacara. Jadi percayalah jika itu adalah jalan terbaik. Jadi papamu tetap akan memberikan hak anak itu, tanpa menyerahkan restoran.” Bella mencoba meyakinkan anaknya kembali. Berharap anaknya percaya.
Bella merasa tidak rela jika restoran diambil oleh anak mantan istri suaminya. Bella merasa sudah turut membantu mengembangkan bisnis. Jadi anaknya yang lebih berhak. Jadi memberikan sejumlah uang pada Liam adalah keputusan benar. Beruntung suaminya mau menurutinya. Jadi tidak ada yang perlu Bella takutkan lagi.
Masih ada keraguan di hati Leo tentang keputusan itu. Namun, mengingat papanya yang sudah puluhan tahun mengembangkan usaha, tentu saja tidak adil jika kakak tirinya main merebut.
“Apa dia akan menerima?” tanya Leo.
“Kita akan temui dia untuk tahu dia menerima atau tidak.” Josep berharap anaknya itu menerima. Jika sejak awal yang diincar uang, tentu saja harusnya Liam menerima. Karena sudah jauh-jauh datang, jadi pasti tidak mau sia-sia, tanpa mendapatkan apa pun.
Leo penasaran sekali. Apakah kakak tirinya itu akan menerima atau tidak.
...****************...
“Ini adalah pengacara yang saya ingin kenalkan.”
Bobby-asisten Liam mengenalkan Liam pada pengacara. Asistennya itu sudah lama di Indonesia. Liam tidak mengenal kota ini, tentu saja dia butuh bantuan orang lain.
“Saya akan berusaha membantu sebisa mungkin.” Pengacara menjabat tangan Liam.
“Terima kasih, Pak. Saya harap kerja samanya. Ini beberapa berkas yang dapat membantu nanti.” Liam datang tidak dengan tangan kosong. Mamanya menyimpan semua transaksi pembangunan restoran selama sang mama yang kelola. Lima tahun selama dikelola suaminya pun data itu masih disimpan oleh mama Liam. Walaupun pada akhirnya semua dana dibekukan dan diambil suaminya semua.
“Bukti ini pasti sangat cukup untuk membuat restoran kembali pada Anda.” Pengacara begitu percaya dirinya.
Liam mengangguk. Dia berharap jika semua akan beres.
“Kalau begitu saya permisi dulu.” Pengacara segera berpamitan.
Liam kembali menikmati secangkir kopinya. Pertemuan ini memang dilakukan di restoran hotel sambil menikmati pagi.
“Apa persiapannya sudah selesai?” Liam menatap asistennya itu.
“Sudah, Pak. Apa Pak Liam mau mengecek?” tanya Bobby.
“Aku belum bisa mengecek sekarang. Mungkin besok aku baru bisa.” Hari ini Liam berniat untuk ke panti asuhan. Sejak kemarin, dia belum pergi ke panti asuhan. Jadinya, dia harus segera ke sana.
“Baik kalau begitu, Pak.”
Setelah urusannya selesai, Liam segera pergi. Liam memang belum terlalu hafal jalanan. Karena itu dia mengandalkan layanan pemetaan web. Teknologi yang sudah canggih memang memudahkan untuk mencapai tempat.
Mobil Liam berhenti di seberang panti asuhan. Sengaja Liam memarkirkan mobilnya di seberang agar dapat melihat-lihat dulu keadaan panti asuhan.
Melihat panti asuhan dari kejauhan membuat Liam begitu merindukan Bu Kania. Liam berharap jika Bu Kania masih hidup.
Liam segera mengayunkan langkahnya untuk menyeberang ke panti asuhan. Di depan panti asuhan, Liam melihat anak-anak bermain. Hal itu mengingatkannya pada masa kecilnya.
Dengan segera Liam masuk ke panti. Walaupun pintu dibuka, tetap saja Liam tidak mau langsung masuk.
“Permisi.” Liam mengetuk pintu.
“Iya.” Seseorang keluar dari dalam rumah panti.
Alangkah terkejutnya Liam melihat siapa yang keluar dari dalam rumah panti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments
Hera Puspita
neta kah yg jumpa dgn liam 🤔🤔
2024-06-08
0
Surtinah Tina
ide bela itu ..
2024-04-27
0
Surtinah Tina
g kebalik itu pak Josep... menyebalkan
2024-04-27
0