Loveta membelalak. Nama yang dulu selalu menghiasi pikirannya semasa kecil, akhirnya didengarnya kembali. Nama yang setelah sekian lama tidak didengarnya, akhirnya didengarnya kembali.
Tentu saja itu membuat Loveta begitu terkejut. Pikirannya melayang membayangkan apakah pria bernama Liam itu adalah Liam-teman masa kecilnya.
“Mi.” Loveta memandang sang mami. Pertanyaan yang di kepalanya sekarang, apakah Liam yang dimaksud sang mami adalah Liam yang berasal dari panti asuhan.
“Cinta dengarkan Mami dulu.” Mami Neta jelas panik. Dia menyesali karena keceplosan memanggil Liam di hadapan sang anak.
“Aku Liam. Liam kecil yang selalu bersamamu saat di panti asuhan.” Liam menjelaskan pada Loveta di tengah-tengah kebingungan Loveta.
Liam sudah tahu jika hari ini akan terbongkar semua. Mengingat Mami Neta akan datang dan pastinya terkejut dengan keberadaanya.
Liam memang memanfaatkan momen ini, agar tidak perlu lama-lama Loveta tahu jika dirinya adalah Liam. Membuka rahasia yang selama ini disimpannya.
Loveta terpaku. Ternyata pria tampan di depannya itu adalah Liam yang dulu pergi ke luar negeri. Yang tidak mengabarinya sama sekali padanya.
Loveta nyaris lupa dengan Liam. Karena dia berusaha melupakannya sejauh mungkin. Rasa bencinya sewaktu kecil membuatnya tak mau mengingatnya kembali. Namun, Liam datang tiba-tiba dengan berbagai kejutan. Mulai menyewa apartemennya, sampai mengundangnya ke pembukaan toko.
Sejenak Loveta mengingat nama lengkap Liam. Pantas saja dia terasa tidak asing dengan nama itu saat mendengar. Ternyata nama itu adalah nama lengkap Liam.
“Apa kamu ingat aku, Cinta?” tanya Liam menatap Loveta.
“Bagaimana aku lupa jika aku begitu membencimu.” Loveta menatap tajam pada Liam. Kemarahannya sewaktu kecil kembali hadir di hatinya. “Jika aku tahu kamu adalah Liam. Aku tidak akan mau menyewakan apartemen dan datang ke acara ini.” Loveta yang kesal berlalu keluar toko sepatu milik Liam. Dia merasa kesal sekali dengan Liam yang datang justru mempermainkannya.
“Cinta.” Liam segera mengejar Loveta. Dia harus menjelaskan semuanya pada Loveta.
Mami Neta yang melihat kemarahan Loveta hanya bisa menyesali. Karena kecerobohannya, justru membuat semua terungkap.
“Jadi tadi Liam?” Papi Dathan yang berada di sebelah Mami Neta, bertanya. Menatap sang istri lekat.
“Iya, dia Liam.” Mami Neta membenarkan hal itu.
Papi Dathan tidak menyangka jika pria sukses itu adalah Liam. “Dia tumbuh dengan baik.” Papi Dathan memuji Liam yang hebat dalam berbisnis.
“Iya, dia tumbuh baik, tampan, dan pintar.” Mami Neta mengulas senyumnya ketika mendapati Liam tumbuh dengan baik sekali. “Tapi, apa dia benar pemilik toko ini?” tanya Mami Neta. Dia begitu penasaran sekali.
“Iya, seperti yang dijelaskan kemarin, dia adalah CEO Marlene Shoe.” Papi Dathan mengingat apa yang dijelaskan Liam kemarin.
Sejenak Mami Neta memikirkan sesuatu. “Pantas dia bilang jika dia tidak kesulitan ekonomi. Hanya ingin meminta haknya.” Mami Neta mengingat apa yang dikatakan Liam kala bertemu dengannya.
“Aku rasa jika disandingkan restoran Pak Josep tidak ada apa-apanya dengan saham perusahaan sepatu yang sudah membuka cabang di berbagai negara ini. Artinya ini bukan sekadar uang saja. Melainkan balas dendam atas apa yang pernah terjadi di masa lalu.” Papi Dathan menyimpulkan sedikit dari apa yang dilihatnya itu.
“Jika aksi balas dendam apa akan ada pertumpahan darah antar anggota keluarga?” Mami Neta menatap sang suami.
“Kamu pikir ini jaman kerajaan akan pertumpahan darah jika merebutkan kekuasaan.” Papi Dathan tertawa. Mencubit pipi sang istri. Merasa lucu sekali dengan yang dikatakan sang istri.
Mami Neta hanya tertawa. Bayangannya terlalu jauh.
...****************...
Loveta mengayunkan langkahnya meninggalkan mal. Dia benar-benar kesal sekali dibohongi seperti ini.
“Cinta.” Liam mengejar Loveta seraya memanggil gadis itu.
Loveta yang melihat Liam mengejar memilih untuk berbelok ke taman. Bersembunyi di sana. Loveta tahu jika Liam baru di sini. Tentu saja hal itu akan membuatnya kesulitan menemukan.
Benar saja. Saat berbelok ke taman, justru Liam kehilangan jejak Loveta. Gadis itu tiba-tiba hilang.
“Ke mana dia?” tanya Liam pada dirinya sendiri.
Saat kehilangan jejak Loveta, Liam tidak punya pilihan lain. Dia memilih untuk pergi.
Mendapati Liam pergi, Loveta segera keluar dari persembunyiannya.
“Menyebalkan sekali. Dia datang tanpa berdosa sama sekali.” Loveta menggerutu. Kesal ketika mengingat bagaimana Liam tidak memberikan kabar.
Mengingat Liam sudah pergi, Loveta berjalan dengan tenang. Dia akan pulang lebih dulu. Meninggalkan mami dan papinya di toko Liam.
Baru saja langkahnya diayunkan beberapa langkah, tiba-tiba Liam muncul di hadapan Loveta.
Loveta membulatkan matanya. Dia benar-benar terkejut ketika melihat Liam ada di depannya. Padahal tadi jelas tadi dia melihat Liam tidak ada.
Liam menatap Loveta dengan senyum di wajahnya. Tebakannya benar jika Loveta bersembunyi. Karena itu, dia ikut bersembunyi juga. Benar saja, setelah bersembunyi tiba-tiba Loveta keluar.
“Aku pikir kamu sudah tidak suka main petak umpet.” Liam mengulas senyumnya.
Loveta kesal sekali dengan senyum Liam. Walaupun tidak dipungkiri senyuman Liam begitu memesona.
“Siapa yang main petak umpet!” Loveta memutar bola matanya malas. Tidak ada niatnya sama sekali main petak umpet dengan Liam.
Liam melihat kekesalan yang terpancar dari wajah Loveta, dan itu dipahami Liam. Wajar jika Loveta marah padanya.
“Maaf.” Satu kata yang keluar dari mulut Liam. Kata singkat itu tulus dari dalam hatinya.
Loveta menatap Liam yang melontarkan permintaan maaf. Walaupun kata itu tampak tulus, tetap saja tidak akan semudah itu dia memaafkan Liam.
“Apa kamu pikir hanya kata maaf bisa menyelesaikan masalah?” tanya Loveta semakin kesal.
“Katakan apa yang dapat aku lakukan selain kata maaf.” Liam berusaha untuk membujuk Loveta.
“Cukup jangan muncul lagi di hadapanku itu sudah cukup.” Loveta menerobos tubuh Liam, bersiap meninggalkan Liam.
Seketika Liam meraih tangan Liam. “Aku tidak akan pernah pergi. Aku ingin tetap tinggal denganmu. Menebus kesalahan yang sudah aku lakukan.” Liam menatap Loveta yang membelakanginya.
Loveta berusaha menahan tangisnya. Jika diberikan pilihan, tentu saja dia tidak mau Liam pergi lagi. Namun, rasa kecewanya terlalu dalam.
Loveta berbalik agar dapat melihat Liam. “Menebus kesalahan kamu bilang?” tanya Loveta. “Kamu pergi saat aku berusia lima tahun. Sekarang usiaku sudah dua puluh empat tahun. Artinya ada sembilan belas tahun waktu di mana kamu tidak memberikan kabar. Ada banyak cerita yang harusnya aku bisa bagikan setiap saat. Lalu apa kamu bisa mengganti kesalahanmu selama itu?” Air mata Loveta jatuh juga. Dia benar-benar merasa kecewa dengan Liam yang pergi dari hidupnya di saat dia butuh Liam untuk teman bercerita.
Melihat Loveta yang menangis, membuat Liam segera menarik tubuh gadis itu ke dalam pelukannya. Dia tahu bagaimana kecewanya Loveta padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments
Surtinah Tina
😂😂😂😂😂😂
2024-04-27
0
Susillah
makin kecewa LG cinta klo tau Liam kakak dari Leo yg kty akan merebut restauran milik keluarga leo
2023-09-26
0
sakura🇵🇸
🤣🤣🤣🤣 ketangkap....
liam sepertinya terlalu hafal dengan kelakuanmu dulu yg mungkin masih sama aja baginya
2023-07-06
0