Mereka bertiga menuju ke restoran yang berada di lingkungan apartemen. Loveta memberikan surat perjanjian sewa. Liam dengan senang hati menandatanganinya. Tak butuh waktu lama Liam pun membayar lunas uang sewa tersebut.
“Anda bekerja di mana?” Papi Dathan sedari tadi memerhatikan Liam. Tampak pria di depannya itu bukan orang biasa. Karena dari apa yang dipakai menjelaskan kelasnya.
“Saya memiliki usaha kecil-kecilan. Kebetulan sedang buka cabang di sini.” Liam tersenyum menjelaskan.
“Anda punya usaha apa?” tanya Loveta memastikan.
“Toko sepatu.” Liam tersenyum. Dia kemudian mengambil sesuatu di dalam tasnya. “Besok pembukaan toko, aku harap Pak Dathan dan Loveta bisa datang.” Dia memberikan undangan pembukaan tokonya.
Loveta langsung meraih undangan tersebut. Alangkah terkejutnya ketika melihat brand yang tertera di undangan tersebut.
“Anda pemilik toko sepatu Marlene?” Loveta membulatkan matanya. Dia tahu betul jika brand sepatu itu adalah brand terkenal.
“Iya.” Liam mengangguk.
“Itu toko sepatu terkenal, bagaimana bisa Anda bilang itu adalah usaha kecil-kecilan?” Loveta merasa Liam terlalu merendah sekali.
Liam hanya tersenyum tipis. Tidak mungkin dia memamerkan sesuatu. Takut orang tidak akan nyaman dengannya.
“Saya masih baru di dunia bisnis. Usaha ini adalah warisan dari mama. Jadi masih banyak belajar.”
“Bisnis tidak mengenal usia. Yang terpenting adalah usaha.” Papi Dathan memberikan sedikit nasihatnya. “Aku juga mewarisi usaha orang tuaku, dan kini usaha itu semakin besar.” Dia sedikit memberikan motivasi.
“Saya harap, bisa seperti Pak Dathan.” Liam tentu saja senang jika bisa kenal dengan Dathan Fabrizio.
“Berusahalah.” Papi Dathan tersenyum.
Mereka melanjutkan mengobrol. Liam dan Papi Dathan mengubah obrolan lebih santai. Apalagi sekarang Papi Dathan dan Liam mengobrol tentang bisnis. Jadi membuat mereka lebih dekat. Loveta jadi team mendengarkan. Belajar juga dari kedua orang yang sudah terjun lebih dulu di bisnis itu.
“Jangan lupa untuk datang ke acara pembukaan toko.” Sebelum Loveta dan papinya pergi dan mengakhiri pertemuan, Liam mengingatkan.
“Tentu saja kami akan datang.” Loveta begitu antusias sekali. Urusan fashion, tentu saja Loveta akan datang.
“Kami akan datang.” Papi Dathan pun mengangguk.
...****************...
“Apa kamu bisa datang menemani aku untuk ke acara pembukaan toko sepatu?” Loveta di seberang sana terdengar.
“Aku harus ke luar kota besok. Kamu lupa?” tanya Leo mengingatkan.
“Oh ... iya. Aku lupa. Aku akan pergi dengan mami dan papi saja.”
“Iya, pergilah dengan mereka.” Leo merasa jika ada baiknya Loveta tidak pergi sendiri.
“Kamu hati-hati di luar kota. Di sana jangan macam-macam.” Suara Loveta terdengar manja.
“Aku ke sana ingin bekerja. Bukan bermain.” Leo memutar matanya.
Terdengar tawa Loveta. “Iya, aku percaya padamu.”
Mereka mengobrol sebentar sebelum akhirnya sambungan telepon terhenti.
Leo menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur. Besok pagi-pagi sekali dia harus keluar kota mengecek restoran. Leo merasa masalah bertubi-tubi sekali datang ke keluarganya. Padahal sebelumnya keadaan baik-baik saja.
Suara ketukan pintu terdengar, Leo yang sedang asyik memandangi langit-langit kamar, mengalihkan pandangan.
Saat pintu dibuka, tampak sang mama yang masuk ke kamar.
“Kamu sudah mau tidur?” tanya Bella pada sang anak.
“Belum, Ma.” Leo segera berangsur bangun. Duduk di tempat tidur.
Bella menghampiri sang anak. Kemudian mendudukkan tubuhnya di tempat tidur. “Besok kamu jadi mengecek restoran?” tanya Bella memastikan.
“Jadi, Ma. Besok aku akan berangkat pagi-pagi.” Leo menganggukkan kepalanya ketika menjawab.
“Kamu fokuslah pada restoran. Jangan pedulikan semua yang terjadi. Mama dan papa yang akan mengurusnya. Semua akan baik-baik saja.” Bella membelai lembut rambut Leo.
“Iya, Ma.” Leo mengangguk. Dia yakin orang tuanya akan melakukan yang terbaik.
...****************...
Loveta mengajak serta maminya untuk ke acara pembukaan toko baru milik Liam.
“Kalau Mami diajak artinya kamu akan membelikan sepatu untuk Mami?” Mami Neta menoleh ke arah belakang. Di mana anaknya duduk.
“Kenapa aku yang harus membelikan?” Loveta mencibirkan bibirnya.
“Karena kamu yang mengajak. Lagi pula, kamu baru saja dapat uang sewa apartemen. Artinya kamu sedang banyak uang.” Mami Neta begitu berbinar.
“Memangnya uang yang diberikan Papi kurang? Sampai Mami minta aku?” Loveta menatap malas pada sang Mami.
“Enak saja. Papi selalu memberikan uang lebih untuk mamimu.” Papi Dathan yang sedang asyik menyetir pun tidak terima dituduh tidak memberikan uang.
“Kalau Papi berikan banyak uang, artinya Mami punya banyak uang. Jadi Mami beli sendiri saja.” Loveta tertawa.
“Dasat pelit.” Mami Neta menekuk bibirnya.
Melihat sang mami yang marah Loveta segera memeluk Mami Neta dari belakang. “Iya, nanti Lolo belikan.” Dia mendaratkan kecupan di pipi Mami Neta.
“Terima kasih.” Mami Neta berbinar. Tentu saja tidak sabar untuk melihat koleksi sepatu mahal yang diceritakan Loveta.
“Tapi, yang diskon saja.” Loveta tertawa.
Senyum Mami Neta surut ketika anaknya meminta membeli sepatu diskon. Namun, saat memikirkan sepatu yang akan dibeli anaknya adalah sepatu mahal, tentu saja tidak masalah jika diskon.
“Baiklah.” Neta pun mengangguk setuju.
Akhirnya mereka sampai di toko tersebut. Toko terdapat di dalam mal. Saat sampai sudah banyak orang yang datang. Mereka sedikit terlambat karena tidak ikut dalam pemotongan pita saat pembukaan toko. Namun, tidak mengurangi euforia ketika melihat koleksi sepatu.
“Wah ... ternyata koleksi sepatunya cantik-cantik sekali.” Loveta begitu antusias sekali ketika melihat sepatu yang berjajar di etalase.
“Jika seperti ini, Mami mau dibelikan Cinta dan Papi.” Mami Neta melihat sepatu benar-benar cantik. Membuatnya tergoda untuk membeli sepatu lebih dari satu. Dia melihat sang suami. Tatapannya penuh arti.
“Belilah.” Papi Dathan tentu tidak bisa menolak permintaan sang istri.
“Curang sekali.” Loveta melirik malas.
Mami Neta melihat-lihat sepatu. Mami Neta justru lebih antusias melihat sepatu dibanding Loveta.
“Sepertinya Mami akan kalap belanja.” Loveta mengomentari sang mami.
Papi Dathan hanya bisa menggeleng heran.
“Kalian sudah datang.” Liam menghampiri Loveta dan Papi Dathan.
Loveta langsung berbalik. Diikuti oleh papinya juga.
“Iya, kami sudah datang, tapi sedikit terlambat. Karena tidak melihat pemotongan pita.” Loveta merasa tidak enak dengan Liam.
“Tidak apa-apa. Yang penting kalian datang.” Liam mengulas senyumnya.
“Selamat untuk pembukaan tokonya.” Loveta mengulurkan tangan. Memberikan ucapan selamat.
“Terima kasih.” Liam menerima uluran tangan Loveta.
“Selamat atas pembukaan tokonya.” Papi Dathan ikut mengulurkan tangan. Memberikan ucapan selamat.
Loveta mencari sang mami yang tiba-tiba hilang dari pandangannya. Saat mengedarkan pandangan, ternyata sang mami sedang melihat-lihat sepatu.
“Permisi dulu.” Loveta segera menghampiri sang mami. “Mi, berikan ucapan selamat dulu.” Loveta langsung menarik tangan Mami Neta.
“Cinta, Mami sedang lihat sepatu itu. Nanti diambil orang.” Mami Neta protes ketika Loveta menarik tangannya.
“Berikan ucapan selamat dulu.” Loveta terus menarik sang mami.
Mami Neta berbalik. Berniat memberikan ucapan selamat. Namun, dia dikejutkan dengan siapa dia harus memberikan ucapan selamat.
“Liam.” Mami Neta spontan memanggil nama Liam tanpa menyadari ada Loveta di sebelahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments
Surtinah Tina
mami keceplosan dah...😂😂
2024-04-27
0
Retno Putri Astrini
hiyyaaaaaa mami keceplosan
2024-04-21
0
Susillah
hiya Lo...mami UPS...🤭... keceplosan 😁😁
2023-09-26
1