Loveta segera pergi ke hotel Maxton untuk mengantarkan kemeja milik pria yang ditemuinya di restoran kemarin. Kemarin sepulang dari restoran, Loveta membawa kemeja itu ke laundry. Tadi pagi sebelum berangkat dia mengambilnya. Namun, niatnya ke hotel Maxton harus pupus ketika Leo menghubunginya. Dia memutar balik mobilnya ke apartemen Leo untuk menemui kekasihnya itu lebih dulu.
“Permisi, saya ingin menitipkan ini untuk tamu bernama Jason Wiliam.” Loveta memberikan paper bag pada resepsionis.
“Dengan Nona Loveta?” Resepsionis memastikan pada Loveta.
Loveta sedikit bingung ketika resepsionis mengenali namanya. “Iya.” Dia mengangguk. Membenarkan ucapan resepsionis.
“Tadi Pak Jason sudah berpesan. Jika Anda datang diminta untuk menunggu di restoran.” Resepsionis menyampaikan apa yang disampaikan Liam melalui sambunga telepon tadi.
“Oh ... begitu.” Loveta pikir, dia akan memberikan kemeja itu lewat resepsionis saja. Namun, ternyata justru pria itu memintanya menemui sendiri.
“Saya akan sampaikan pada Pak Jason jika Anda sudah datang. Silakan Anda menunggu di restoran.”
Mendapati permintaan resepsionis, akhirnya Loveta memilih untuk segera menuju ke restoran. Menunggu pria yang diketahui bernama Jason itu. Padahal, Loveta ingin buru-buru ke apartemen Kro lagi. Namun, harus menunggu pria kemarin.
Loveta memilih satu meja untuk menunggu pria kemarin. Beruntung restoran tidak terlalu ramai. Jadi Loveta nyaman menunggu sendirian.
Beberapa saat Liam datang. Pria itu melihat Loveta dari kejauhan. Ada terselip rasa bahagia ketika melihat jika akhirnya Loveta datang. Liam pikir, dia akan bertemu Loveta beberapa hari lagi. Namun, ternyata jauh lebih cepat.
Dengan wajah semringah, Liam menghampiri Loveta yang duduk sendirian di satu meja.
“Maaf membuat kamu menunggu.” Liam mengulurkan tangan pada Loveta. Senyum manisnya diukir di wajah tampanya.
Loveta menoleh ke arah Liam. Dilihatnya pria di depannya cukup tampan dengan jambang tipis di rahangnya.
Apa karena aku fokus pada kemejanya sampai tidak menyadari jika dia tampan?
Loveta hanya dapat memuji ketampanan itu dari dalam hati.
“Tidak apa-apa.” Loveta menerima uluran tangan Liam.
Liam segera menarik kursi dan mendudukkan tubuhnya di kursi. Berhadapan dengan Loveta.
“Apa kamu sudah pesan minuman?” tanya Liam.
“Aku sedang buru-buru, jadi aku hanya ingin memberikan ini saja.” Loveta meletakkan paper bag di atas meja. Menyodorkannya pada Liam.
Liam pikir akan dapat berlama-lama dengan Loveta, tetapi ternyata tidak bisa. Tentu saja itu membuatnya sedikit kecewa.
“Baiklah, jika begitu.” Liam tidak bisa memaksa Loveta. Yang ada Loveta tidak akan nyaman dengannya.
Liam meraih paper bag. Secara impulsif dia membuka paper bag dan mengambil kemeja di dalamnya. Kemeja itu tidak terlalu bersih seperti yang diharapkannya. Masih meninggalkan sisa noda di sana.
“Sepertinya nodanya tidak hilang.” Liam menunjukkan noda merah yang masih berada di kemeja.
Loveta membulatkan matanya ketika melihat masih terdapat noda merah. “Astaga, kenapa masih menyisakan noda.” Loveta meraih kemeja tersebut untuk melihat noda itu.
“Noda ini seharusnya dicuci tangan. Jika dicuci mesin memang tidak akan hilang.” Liam memberitahu Loveta. “Aku bisa mencucinya lagi nanti.” Liam berusaha meraih kemeja tersebut.
“Aku akan mencucinya lagi saja.” Loveta menjauhkan kemeja dari tangan Liam yang hendak meraih kemeja tersebut. Dia merasa tidak enak sekali ketika baju mahal itu terkena noda. Satu kemeja itu harganya puluhan juta. Karena memang keluaran brand Italia terkenal.
Liam terdiam sejenak. Memikirkan peluang bertemu dengan Loveta lagi jika kemeja itu dicuci.
“Baiklah, kamu bisa mencucinya dulu. Aku juga masih menunggu kemejamu yang sedang di laundry. Nanti kita bisa bertukar.” Liam Merasa ini adalah peluang emas bertemu dengan Loveta lagi.
“Oh ... kemeja kemarin.” Loveta tertawa. “Kemeja itu murah, jadi tidak dikembalikan juga tidak apa-apa.” Jelas Loveta malu karena kemeja yang dibelinya bersama Leo kemarin hanya berharga ratusan ribu saja.
“Jadi aku tidak perlu mengembalikannya?” tanya Liam.
“Tidak perlu, lagi pula tidak ada yang memakai kemeja itu.” Leo sudah tidak mau kemeja itu, jadi Loveta tidak masalah jika kemeja itu diberikan pada Liam.
“Baiklah.” Liam tersenyum.
Melihat senyum Liam seketika jantung Loveta berdebar.
Astaga, aku kenapa aku terpesona? Ini tidak boleh. Namanya aku selingkuh hati. Memuji pria lain padahal aku punya kekasih.
Loveta merutuki kebodohannya itu. Karena merasa jika terpesona oleh Liam.
“Kalau begitu saya pergi dulu Pak Jason.” Loveta segera berdiri. Dia tidak mau semakin terhipnotis dengan pesona Liam.
Ternyata dia tidak mengenali aku.
Panggilan yang diberikan Loveta menandakan jika Loveta tidak ingat dengannya sama sekali. Padahal kemarin dia sudah memberitahu nama lengkapnya.
Mungkin karena kami berpisah saat Loveta usia lima tahun. Memori tentang aku pasti sudah terhapus.
Liam hanya bisa berbicara dalam hatinya sendiri. Memikirkan kemungkinan yang terjadi pada Loveta.
“Tunggu.” Liam menghentikan langkah Loveta yang hendak pergi. Dia segera berdiri untuk menyejajarkan tubuhnya dengan Loveta. “Aku tidak selalu di hotel. Jadi bisakah kamu menghubungi aku dulu sebelum datang.” Liam melancarkan aksinya. Dia merasa harus mendapatkan kontak Loveta, agar dapat dekat dengan gadis pujaan hatinya itu.
Loveta ragu memberikan nomor teleponnya pada pria asing. Namun, melihat pria di depannya adalah pria yang sopan, tentu saja dia tidak keberatan.
“Baiklah.” Loveta mengangguk.
Liam merogoh kantung celananya untuk mengambil ponsel. Bersiap untuk mencatat nomor telepon Loveta.
“08xxxxxxxx.” Loveta menyebut nomor ponselnya.
Saat menyebutkan nomor teleponnya. Liam mencatat nomor tersebut. Liam melakukan panggilan telepon agar nomornya dapat masuk ke ponsel milik Loveta. Bersamaan dengan itu suara ponsel Loveta terdengar.
“Aku akan menyimpannya.” Loveta membuka tas yang tergantung di bahunya untuk melihat ponsel miliknya. Tertera nomor asing masuk ke ponselnya dan nomor itu adalah nomor Liam. Dengan segera dia menyimpan nomor itu. “Jason—“ Loveta mengetik nama pria di depannya itu.
“Simpanlah dengan nama Wiliam. Aku lebih suka orang memanggil itu.” Liam memotong aksi Loveta yang menyimpan namanya di ponsel.
Loveta mengalihkan pandangan pada Liam. “Baiklah.” Loveta menghapus nama Jason dan menggantinya. “Wiliam.” Dia menulis nama itu seraya membacanya. “Aku serasa dejavu mendengar nama itu.” Sambil menulis Loveta tersenyum.
“Apa nama itu mengingatkanmu pada seseorang?” tanya Liam memastikan.
“Iya, tapi aku lupa di mana.” Loveta tersenyum seraya menggeleng.
Senyum Loveta membuat hati Liam semakin terluka. Ternyata memang Loveta tidak ingat sama sekali dengan dirinya.
“Kalau begitu aku permisi dulu.” Loveta kembali berpamitan.
Liam hanya mengangguk saja. Melihat Loveta yang perlahan menghilang dari pandangannya.
“Jika kamu tidak mengingat aku. Maka aku akan mengingatkanmu.” Liam tidak akan tinggal diam saja. Dia tentu saja akan membuat Loveta ingat padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments
Syamsiah Cia
laim kamu kan ada fhoto sm lolo waktu jd pengirim pengantin knp ndk diliatkan ke lolo siapa tau dgn itu lolo bs ingat siapa kamu
2024-08-18
0
Surtinah Tina
betul liam..buat lolo ingat sama kamu
2024-04-27
0
Surtinah Tina
iya liam..kan masih kecil dulu lolo
2024-04-27
0