Brian tidak langsung ke perusahaan. Rasa bersalahnya pada ibu dari bayi kembarnya itu, ingin ia tebus dengan waktunya.
Brian mempercepat laju kendaraannya. Ia ingin memeluk istri dan baby kembarnya. Persetan dengan meetingnya hari ini. Yang ia butuhkan saat ini hanya bercumbuan dengan istrinya.
"Maafkan aku Venna! Hampir saja aku membuat kesalahan lagi. Kenapa aku bisa meragukanmu di saat kamu sudah melewati badai yang sudah berlalu. Aku sudah mengembalikan rasa percaya dirimu, bahwa aku sangat mencintaimu. Mengikis semua mimpi buruk yang saat itu kamu alami. Aku sudah lelah berjuang sejauh ini untukmu, kenapa aku harus berhenti begitu saja dengan kecurigaan aku yang tidak jelas." Brian merutuki dirinya sendiri.
Brian melewati toko bunga. Ia segera menepikan mobilnya untuk membelinya. Karena bingung melihat rangkaian bunga yang semuanya bagus, Brian meminta untuk mengirim sepuluh buket bunga cantik sesuai kesukaannya.
Setibanya di rumah, Brian mengendap masuk ke kamarnya dan mendapati kamar itu kosong. Tidak lama, bunyi cipratan air membuat Brian menarik sudut bibirnya." Aku akan mandi lagi." Ucap Brian lalu masuk perlahan dengan tubuh polosnya.
Venna menikmati guyuran air yang mengalir ke tubuhnya. Ia kembali lagi masuk ke kamar mandi mengusap tubuh Venna dengan tangan yang gemetar.
Venna yang juga mengharapkan sentuhan suaminya mulai tergoda dengan membiarkan suaminya melahap bagian pangkal pahanya hingga satu kaki Venna sudah berada di pundaknya.
"Ahhhhh....Venna mende$ah nikmat merasakan kehangatan lidah suaminya yang memanjakan miliknya di bawah sana.
Kedua tangan Venna bertumpu pada wastafel merasakan kembali setiap kecupan hangat Brian merambah naik ke punggungnya saat ini.
Merasa tidak ada penolakan, Brian menancapkan benda perkasanya memasuki tempat yang sudah lama tidak bisa ia jangkau.
"Sayang. Bukankah kamu tadi sudah berangkat kerja?"
"Aku tidak bisa fokus bekerja sayang. Aku hanya memikirkan tubuhmu. Aku sangat merindukanmu. Terlebih ini." Ucap Brian ditanggapi senyum oleh Venna.
Saat mereka ingin melanjutkan permainan di kasur, suara ketukan pintu kamarnya, membuat Brian menggeram kesal. Ia memakai jubah mandinya dan langsung membuka pintu itu.
"Ada apa?" Bentak Brian kala kesenangannya tersendat.
"Maaf Tuan. Nona Seina demam tinggi."
"What...? Baik. Kembali ke kamar bayiku, aku dan istriku akan menyusul.
Venna yang mendengar ikut panik. Ia segera ke kamar ganti mengenakan pakaiannya lalu mengenakan mantel panjang karena saat ini sedang musim dingin.
"Venna. Kita segera bawa baby Seina ke rumah sakit." Ucap Brian seraya memakai baju dan celana panjangnya..
Di kamar bayinya kembarnya, baby Sena merengek lemah membuat Venna membawa dalam pelukannya. Sementara Sean masih tertidur pulas sambil menyedot jempolnya sendiri.
"Kami ke rumah sakit dulu. Tolong jaga Sean! Tolong telepon ibuku juga!" Ucap Brian pada Beby sitter bayinya.
"Baik Tuan."
Sang sopir mengendarai mobil itu membawa pasangan ideal itu menuju rumah sakit." Seina. Apakah sangat sakit sayang?" Tanya Venna sambil meneteskan air matanya.
"Sayang. Jangan nangis! Nanti Babynya makin cengeng kalau ibunya nangis."
"Aku takut Brian. Setiap kali mengingat kebodohanku yang ingin melenyapkan mereka, aku merasa sangat sesak."
"Sayang. Itu sangat manusiawi. Tidak ada wanita di dunia ini yang merelakan tubuhnya diperkosa kecuali demi uang."
"Maksudmu apa, Brian? mana ada gadis yang mau diperkosa demi uang?"
"Maksudku, artis film-film panas itu yang mau diperkosa karena ada uangnya. Selain dapat kenikmatan dapat duit juga." Timpal Brian mengusik ketegangan antara mereka.
"Ya ampun. Kenapa kita jadi bahas ini padahal baby Seina sedang sakit." Ucap Venna.
"Semoga keadaan baby Seina tidak apa." Brian menghibur Venna yang berusaha tenang dihadapannya.
Di rumah sakit, Saina langsung ditangani oleh dokter spesialis anak. Seina mengalami radang tenggorokan dan juga mau tumbuh gigi.
"Apakah mau dirawat tuan?" tanya dokter Gabriel.
"Kalau merasa putri saya butuh perawatan, silahkan saja dokter." Ucap Brian.
"Ya sudah. Kalau begitu kita persiapkan kamar inapnya."
Brian memeluk Venna yang masih terlihat tegang. Air mata gadis itu seakan ditahan sedemikian rupa.
"Sayang. Sudah tegangnya. Bukankah dokter bilang Seina tidak apa. Ayolah. Aku tidak ingin kamu merasa bersalah." Ucap Brian.
"Jika terjadi apa-apa pada mereka, aku tidak akan memaafkan diriku."
"Venna. Kesalahan kamu lakukan berawal dari diriku. Jika kamu merasa sedih karena ulahmu, lampiaskan kepadaku. Jangan menyimpannya sendiri. Kalau ditanggung semuanya sendiri, memtalmu kembali terganggu. Tersenyumlah sayang. Bayi kembar kita akan tumbuh sehat. Saudara-saudara mereka sedang otw." Canda Brian.
Venna menarik kedua sudut bibirnya. Hatinya merasa belum lega. Keduanya sudah duduk di sisi brangkar bayi mereka. Tubuh bayi montok itu membuat Brian sangat gemas.
"Hei Baby. Cepatlah besar! Ayah ingin kamu menjadi gadis cantik yang akan menghabiskan uang ayah. Ayah yang akan memilih jodoh untukmu. Semoga kamu terhindar dari hal-hal yang buruk selama perjalanan hidupmu." Ucap Brian.
Brian memperhatikan wajah putrinya sangat mirip dengan Venna. Ia menjadi ayah yang posesif saat ini. Saat makan siang, Brian memesan makanan di restoran tidak jauh dari rumah sakit.
Kedua mertuanya Venna dan juga Claire, menjenguk baby Seina. Claire yang sudah menganggap bayi cantik itu seperti miliknya, tidak tahan menahan air matanya." Oh, kesayangannya aunty." Claire menggendong bayi yang sudah berusia tujuh bulan ini.
Baby Seina mencebikkan bibinya saat melihat Claire seakan sedang mencari perhatian tantenya itu." Mau aunty Claire gendong?" Claire mengangkat kedua tangannya di sambut senyum Seina yang begitu menggemaskan pada Claire. Brian dan Venna terkekeh melihat adegan lucu itu.
"Sepertinya kita harus lebih kerja keras lagi sayang." Ucap Brian setengah berbisik.
"Kerja keras apa?"
"Mencetak generasi penerus kita. Apakah kamu tidak lihat contoh hasil produk kita terlihat sangat tampan dan cantik." Goda Brian di sambut Venna dengan cubitan pada perutnya Brian.
"Sayang. Juniorku langsung bangun saat mendapatkan rangsangan darimu. Apakah kamu sedang memberikan kode sayang?' Goda Brian lagi makin membuat wajah Venna merona merah.
"Apa sih nih orang berdua? bikin aku iri aja." Sungut Claire.
"Biasa Claire, jatah harian aku kurang. Makanya lagi ditagih, buat ngingetin Venna." Ucap Brian begitu frontal yang langsung mendapatkan plototan dari Venna.
"Astaga Brian. Apakah diotakmu hanya ada itu saja?" Claire menepuk jidatnya.
"Habis enak sih Claire. Kalau tahu enak begitu, aku akan menikah dari dulu." Timpal Brian.
"Jika kamu nikah dari dulu, belum tentu kamu dapat wanita secantik Venna. Perawan lagi. Mana ada di negara ini gadis seusia Venna masih perawan." Goda Claire, membuat gadis itu lupa kalau mantan pasiennya itu diperkosa bukan dari hasil pernikahan normal sebelumnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
suti markonah
kayak nya hr ini lebih pendek ketimbang biasa nya atau aku yg ngelunjak mau banyak ya thorrrr
2023-04-15
1