Seminggu berlalu, Brian dan Venna bisa membawa pulang bayi kembar mereka. Kedua orangtua mereka dan juga dokter Claire dan suaminya ikut menjemput baby twins itu. Claire menggendong Baby Seina dan Nyonya Venny menggendong baby Sean Sementara Brian dan Venna hanya duduk manis di dalam mobil mewah Limosin silver itu.
"Wah! Baby Seina sangat cantik. Apakah aku boleh membawanya pulang ke rumah kami, Brian?" Pinta Claire yang belum dianugerahi momongan.
"Jangan memisahkan diantara mereka!" Sahut Brian tegas.
"Kau itu pelit sekali. Aku hanya pinjam salah satu dari mereka. Bukan membawanya tinggal dengan kami." Sungut Claire.
"Nanti saja kalau mereka sudah besar, kamu baru bisa mengajak mereka menginap." Timpal Brian.
"Aiss! Lama sekali itu Brian."
"Tidak lama. Sekitar enam bulan usia. putriku, aku baru bisa mengijinkannya menginap di rumahmu."
Claire menarik nafas panjang. Ia tidak ingin lagi memaksa iparnya itu karena Brian memang sangat mengharapkan bayi kembarnya itu berada dengannya. Sementara nyonya Carine yang mengerti perasaan Claire berusaha menenangkan menantunya itu.
"Sabar Claire! Suatu saat kamu akan memiliki anak sendiri dan pasti langsung kembar tiga atau empat." Ucap Nyonya Carine menghibur menantunya.
"Kenapa Venna yang tidak menginginkan anak itu ada dirahimnya tidak keguguran juga saat itu sering berusaha mengeluarkan bayinya. Sementara aku yang sangat berharap tetap saja belum mendapatkan kesempatan itu. Baru sekali diperkosa, Venna langsung tokcer. Sementara aku di genjot tiap saat tidak ada tanda-tanda kehamilan sama sekali. Padahal kata dokter aku dan suamiku sehat-sehat saja sampai saat ini.," batin Claire.
Usai bercengkrama dengan keluarga besarnya, Brian mengajak istrinya itu untuk beristirahat. Venna memang sudah sepenuhnya pulih, tapi dirinya belum bisa beradaptasi dengan baik pada Brian. Venna merasa kalau Brian dan dirinya saat ini seperti sedang pacaran. Suka merasa malu-malu dengan hati yang terasa berdebar.
"Sayang."
"Hmm."
"Apakah kamu mencintaiku?" Tanya Brian saat mereka sudah ditempat tidur.
Venna tidak bisa menjawabnya. Namun hatinya terasa ada ribuan kupu-kupu menari indah di dalam sana." Tidak apa sayang. Tidak perlu menjawabnya. Tapi aku mohon kamu harus terus mencobanya untuk membuat hatimu jatuh cinta padaku."
"Kenapa dia menjadi seperti pengemis? Apakah dia kira aku tidak mencintainya? Dasar bodoh. Harusnya dia paham kalau aku sangat mencintainya. Kalau aku balas cintanya dengan perkataan, itu sangat membuat aku malu." Batin Venna.
"Kenapa sayang? Apakah kamu malu menyatakan perasaanmu padaku? apakah kamu mau kita pacaran dulu? ok. Tidak apa sayang. Aku tidak mau memaksamu lagi. Aku tidak mau kehilanganmu lagi. Mungkin penolakanmu adalah bentuk hukuman bagiku." Imbuh Brian sambil membelai lembut rambut istrinya.
Keduanya memilih tidur setelah seharian bercengkrama dengan keluarga mereka. Sementara di mansion mewah milik Calvin, Claire dan sang suami sedari tadi terus bergulat. Claire begitu berambisi ingin memiliki keturunan, hingga ia tidak lelah melayani suaminya yang terus terbakar dengan hasratnya.
"Buat aku hamil sayang! Aku sangat merindukan seorang bayi. Tidak perlu banyak, cukup satu saja yang akan membuat kita bahagia." Ujar Claire dengan nada sedikit putus asa.
"Aku yakin, kali ini kerja keras kita akan berhasil sayang. Kamu akan segera hamil. Anak-anak kita akan bermain dengan sepupu mereka. Aku jamin Claire. Kedatangan keponakan kita akan membawa keberkahan untuk kita." Ucap Calvin sambil mengaduk miliknya pada milik istrinya yang tidak pernah membuatnya bosan
Hingga beberapa menit kemudian keduanya sama-sama saling melepaskan cairan kenikmatan mereka bersama.
...----------------...
Tidak terasa, usia baby kembar sudah mencapai tiga bulan. Kecantikan Venna dengan tubuh yang terlihat kembali ramping, membuat suaminya setiap saat hanya bisa menelan salivanya karena tidak kuat menatap kemolekan tubuh Venna.
Untuk menggoda istrinya, kadang Brian sengaja membuka handuk begitu saja usai mandi dengan kejantanan kokoh memberi hormat pada sang istri yang terlihat gelisah menatapnya.
"Venna. Ayo sayang. Apakah kamu tidak tergoda sedikitpun untuk menycioinya?" batin Brian penuh harap agar Venna mau menyentuhnya.
Jika Brian menganggap Venna masih trauma, Brian salah besar saat ini. Jika ia mau, rasanya ia ingin suaminya yang mendatanginya lebih dulu bukan dirinya. Rasanya cukup menyiksa dengan pemikiran yang bertolak belakang ini.
Venna yang sudah memberi lampu hijau pada suaminya dengan sengaja mengenakan baju-baju yang menggoda Brian. Namun sang suami begitu takut menyentuh sang istri karena takut membuat Venna depresi hanya karena kurang sabar menghadapinya.
Karena sama-sama menyimpan hasrat, Brian mulai sedikit menjauhi istrinya dengan sibuk bekerja. Jika pulang kerja, ia lebih memilih pulang malam dan mendapati istrinya sudah tidur.
Jika memasuki pagi, Brian sepertinya buru-buru berangkat seakan menghindari istrinya.
"Kenapa akhir-akhir ini Brian seperti menghindari aku? apakah aku tidak cantik dan menarik?" Venna terlihat sedih dengan memendam kecewa di dalam hatinya.
"Venna. Mungkin aku malam ini tidak pulang karena banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan. Sampai jumpa besok malam ya sayang." Ucap Brian lalu mengecup kening istrinya.
"Hmm."
Air mata Venna lolos begitu saja saat mobil suaminya sudah meninggalkan mansion miliknya." Ternyata apa yang dia katakan kepadaku adalah kebohongan. Dia tidak mencintaiku sama sekali. Dia hanya mementingkan pekerjaannya daripada diriku." Umpat Venna.
"Nona...! Makan malam sudah siap. Apakah nona mau makan di kamar atau di ruang makan?" tanya pelayan dengan wajah tertunduk.
"Nanti aku akan turun makan." ucap Venna berusaha menahan perasaannya.
Venna fokus pada bayi kembarnya untuk memberikan anak-anaknya asupan gizi dengan maksimal. Sementara Brian hanya menghabiskan Vodka di tangannya karena ia sangat merindukan untuk menyentuh sang istri
Sang asisten, Hendrik bingung memberikan saran pada sang bos yang terlihat sangat frustrasi saat ini. Tapi, selama bekerja dengan Brian, pria yang sangat tampan ini tidak pernah sekalipun bersinggungan dengan wanita cantik maupun seksi.
Kadang Hendrik berpikir Brian memiliki orientasi sek**ual yang menyimpang. Tapi melihat Brian dan Venna yang sudah memiliki bayi kembar membuat Hendrik bingung sendiri dengan pemikirannya.
Karena kurangnya komunikasi antara Brian dan Venna, membuat hubungan mereka mulai hambar. Hati Venna yang tidak bisa lagi menahan kerinduannya pada sang suami membuat ia nekat mendatangi perusahaan Brian. Ia mulai curiga jika Brian memiliki selingkuhan dan membawanya ke perusahaan.
Seperti malam ini, Venna sengaja mengenakan lengerie merah hanya untuk menggoda sang suami. Ia tidak ingin mengabarkan kedatangannya ke perusahaan itu. Namun sayang rencana Venna yang ingin memberikan kejutan pada suaminya harus terhalang karena kesalahpahaman lagi. Brian yang malam itu bertemu dengan kliennya yang membawa pasangan yang dikira Venna itu adalah selingkuhan suaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
SAMA2 SALAH FAHAM,, BRIAN KIRA, VENNA MSH TRAUMA, SDGKN VENNA KIRA, BRIAN GK MNCINTAI DIA, MKANYA GK MAU MNYENTUHNYA, TPI HRSNYA BRIAN LBH PEKA SBAGAI SUAMI & LAKI2..
2023-07-12
0
Aisyah ais
nwxt
2023-04-12
0
suti markonah
lanjut thor~
2023-04-12
1