11. Perjodohan Dari Bayi

Setelah mengantar pulang Venna ke kediaman Oma dan opanya, Claire menemui lagi Brian untuk menanyakan perihal gadis itu.

"Apa yang terjadi, Brian? Kenapa Venna terlihat murung, saat aku mengantarnya pulang tadi?"

"Aku mengajaknya bercinta. Rupanya dia masih trauma dan menolakku untuk bercinta." Ungkap Brian jujur.

"Ini yang gila kamu atau Venna, sih? Sudah tahu gadis itu baru sembuh, belum sepenuhnya pulih, kenapa malah mengajaknya bercinta, Brian?" Protes Claire.

"Tapi dia sangat mencintaiku, Claire. Itu sebabnya aku mengajaknya bercinta."

"Pernyataan cinta itu, tidak selamanya harus berakhir ditempat tidur dengan melakukan percintaan panas. Cukup menciumnya saja untuk melepaskan kerinduan kalian. Venna perlu waktu untuk mengembalikan kepercayaan dirinya. Ia butuh cinta kamu. Perhatian tulus kamu, bukan bercinta menjadi solusinya, Brian."

"Terus, apa yang harus aku lakukan untuk meyakinkan dirinya lagi kalau aku menyesal telah membuatnya kecewa?"

"Aku tidak tahu lagi untuk membantumu. Pikirkan sendiri untuk membuatnya kembali kepadamu."

"Tapi aku takut dia akan menolakku. Padahal aku ingin sekali menikahinya dalam waktu dekat ini sebelum bayi kembar kami lahir, Claire." Keluh Brian.

"Aku bingung mau ngomong apa lagi sama kamu, Brian. Coba kamu chatting saja sama dia. Syukur-syukur dia mau memaafkan mu. Kamu sudah sejauh ini mendapatkan hatinya tapi bukannya belajar untuk mengenal kepribadian kalian masing-masing dulu, eh malah kamu mulai berbuat ulah lagi. Kalian harus membuka diri kalian saat diantara kalian sudah merasa cocok satu sama lain," sambung Claire lagi.

"Terimakasih Claire! Maaf aku sudah merepotkan mu." Ucap Brian sendu.

"Menurut perkiraan dokter kandungan Venna, gadis itu akan melahirkan secara sesar dua bulan lagi. Dia tidak boleh melakukan persalinan normal karena jantungnya yang lemah."

"Apa...?" Sentak Brian mendengar berita baru lagi tentang Venna membuat hatinya kecut.

"Iya Brian. Jika bukan karena jantungnya yang bermasalah mungkin Venna akan mengugurkan kandungannya. Itulah sebabnya kenapa ia jadi gila karena ia sangat menderita saat mengetahui kalau dirinya hamil dari anak hasil pemerkosaan. Dia berulangkali mencoba untuk bunuh diri karena merasa jijik pada dirinya sendiri.

Gadis itu selama ini tidak pernah mau berhubungan dengan pria manapun karena ia punya kriteria pria idamannya tersendiri. Saat kamu memperkosa dirinya, ia baru mendapatkan gelar sarjana hukum. Profesinya sebagai seorang pengacara yang baru mau ia rintis harus terkubur karena ulahmu."

"Berarti aku tidak punya kesempatan lagi untuk mendapatkan dia kembali , Claire?"

"Usaha saja sendiri! Dan jangan pernah menyerah sampai kamu mendapatkannya lagi! Mungkin proses dari hasil ikhtiarmu itu akan membuat Venna luluh untuk menerima kamu kembali. Setidaknya, anak kembarmu itu lahir dengan mendapatkan nama ayah dibelakang nama mereka dan itupun syukur-syukur mereka tidak menyerahkan bayimu pada panti asuhan atau orang lain."

"Aku akan mengambil bayi kembarku kalau Venna berani menyerahkan bayinya pada orang lain aku tidak akan pernah memaafkan dirinya apalagi bertanggungjawab atas dirinya." Ucap Brian tegas.

Claire hanya bisa menarik nafas panjang. Istri Calvin ini berpamitan dengan Brian karena ia harus pulang sebelum suaminya tiba di rumah.

...----------------...

Untuk mendapatkan hati Venna kembali, Brian terang-terangan mendatangi rumah gadis itu saat kedua orangtuanya berada di rumah. Bukan hanya ingin bertemu dengan Venna saja, tapi dia ingin sekalian melamar Venna sebelum wanita itu lahir.

"Permisi Tuan, nyonya!"

"Ada apa Annie?"

"Ada yang ingin bertemu dengan anda Tuan?"

"Siapa?"

"Sepertinya dia seorang pengusaha ternama Tuan. Tapi aku lupa namanya, namun wajahnya sangat familiar di media." Ujar Anne, pelayan keluarga tuan Gray.

"Suruh dia masuk!"

"Baik Tuan!"

"Selamat malam Tuan, nyonya!" Sapa Brian sambil membawa buket bunga.

"Kau...! Ngapain kamu ke sini?"

"Aku ingin melamar Venna Tuan."

"Putriku tidak akan mau menerima bajingan sepertimu untuk menjadi suaminya. Pergilah dari sini!"

"Aku tidak akan pergi sebelum mendengarnya langsung dari mulut Venna sendiri."

"Kamu kira kamu siapa, hah? Berani-beraninya kamu memaksaku untuk menikahkan putriku denganmu."

"Tidak peduli dia terima aku atau tidak. Yang jelas aku ingin menebus kesalahanku dan mau bertanggungjawab atas perbuatanku padanya sebelum bayi kembar kami lahir. Aku ingin menutup aib keluarga ini yang telah aku sebabkan.

Jika suatu hari Venna nanti dia tidak ingin hidup bersamaku, aku siap berpisah dengannya. Aku hanya ingin menyelamatkan reputasi keluarga anda Tuan karena aku sangat tahu siapa anda Tuan." Ucap Brian panjang lebar.

Mendengar tutur kata yang tulus dari Brian, membuat hati tuan Gray tersentuh.

"Ayah. Aku rasa apa yang dikatakan Brian ada benarnya. Apa salahnya menikahkan Venna dengannya untuk menyelamatkan aib keluarga ini. Kita tidak mungkin menyembunyikan fakta putri kita hamil di luar nikah, apa lagi hasil pemerkosaan." Timpal Nyonya Venny sambil berbisik-bisik pada suaminya yang sedang mengerutkan dahinya untuk mencerna ucapan Brian dan istrinya.

"Baiklah. Sebelum aku terima pinangan kamu pada putriku, aku ingin tahu siapa kamu dan keluarga besar mu." Ucap tuan Gray.

"Namaku Brian McCartney. Putra dari...-"

"Kamu adalah putranya Muller McCartney?" Potong tuan Brian yang tidak menyangka cucu dari sahabat ayahnya yang merupakan pemilik tambang berlian dan pengusaha parfum termahal di dunia itu, yang akan menjadi menantunya.

"Iya Tuan. Aku cucu dari McCartney." Ungkap Brian.

"Astaga...! Jadi apa yang dicita-citakan kakek kalian untuk menjodohkan kalian saat ibu kalian hamil, akhirnya terwujud juga. Ibumu hamil duluan. Tiga tahun kemudian baru Venna lahir." Ucap tuan Gray yang merasa kesal dan malu dengan kemarahannya sendiri.

Karena sudah lama tidak pernah bertemu lagi dengan keluarga itu semenjak kakek nenek Brian meninggal sepuluh tahun yang lalu karena kecelakaan. Perjodohan itu hilang begitu saja sejalannya waktu.

"Mungkin ini adalah takdir kalian yang sudah berjodoh dari sebelum kalian lahir, jadi walaupun kakekmu sudah tiada tapi harapannya tetap terkabul walaupun harus ditempuh dengan cara yang salah." Ucap tuan Gray yang sudah terlihat jinak.

Brian menarik nafas lega saat mengetahui kalau dia dan Venna sudah berjodoh sejak masih dalam kandungan.

"Baiklah. Ajak kedua orangtuamu untuk membahas pernikahan ini. Kebetulan orangtuaku masih ada. Dia past akan sangat senang mendengar kabar ini. Tapi, bukankah kamu punya saudara kembar yang bernama Calvin?"

"Iya Tuan. Calvin menikah dengan dokter Claire yang menjadi dokter psikiater Venna. Rumah sakit jiwa itu milik keluarga Claire." Ucap Brian.

"Kalau begitu, kamu boleh ketemu Venna sekarang. Dia ada di kamarnya. Hati-hati Brian. Keadaannya belum stabil. Bujuk dia secara perlahan!" Pinta tuan Gray.

"Terimakasih Tuan. Aku permisi dulu ke kamar Venna."

Brian menekan handle pintu secara perlahan. Ia melihat Venna yang sedang duduk menghadap kejendela sambil berdendang namun tatapannya kembali kosong dengan tubuh yang diayunkan kedepan-belakang.

"Ya Tuhan apakah dia gila lagi?" Batin Brian yang memperhatikan Venna saat dekat dengan gadis itu.

"Venna ...!"

Venna menghentikan tubuhnya saat mendengar suara Brian." Siapa kamu..?" Tanya Venna sambil tersenyum aneh membuat Brian merinding.

Duarrrr....

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***