4. Parfum Itu!

Carlos mengenal Venna saat masih kuliah di kampus yang sama dengan Venna hanya beda fakultas. Sudah beberapa kali Carlos berusaha mendekati Venna saat gadis ini pernah terluka dan Carlos yang menolong mengobati luka Venna saat gadis itu jatuh dari tangga darurat di rumah sakit tempat Carlos magang.

Saat itu, Venna menjenguk sahabatnya yang dirawat di rumah sakit itu karena kecelakaan. Dari situlah Carlos tahu Venna satu kampus dengannya.

Carlos pernah mengajak Venna kencan, namun gadis kutub ini tidak menanggapi ajakan Carlos. Bahkan Carlos tidak pernah melihat Venna dekat dengan siapapun. Dan mereka baru-baru wisuda empat bulan yang lalu. Kenapa tiba-tiba saat ini Venna bisa terdampar di rumah sakit jiwa dalam keadaan hamil? Itu yang menjadi pertanyaan besar dalam ruang otak Carlos.

"Venna...!" Sapa Carlos namun ditanggapi dingin Venna yang sudah tidak mengenali Carlos.

Saat mendengar namanya dipanggil Venna merasa keadaannya terancam karena setiap pria yang dilihatnya berniat ingin memperkosanya." Venna...! Tenanglah Venna! Aku dokter mu saat ini dan kita berdua adalah teman. Kita pernah kuliah di kampus yang sama." Ucap Carlos.

Seakan sedang mendeteksi suara yang sama dengan pria pemerkosanya, Venna merasa tenang karena pria yang di depannya saat ini bukan pelakunya. Carlos menyelesaikan tugasnya untuk memeriksa keadaan jantung Venna yang ternyata cukup lemah.

"Venna...! Siapa ayah dari anakmu? Apakah pria itu tidak mau bertanggungjawab padamu hingga membuat kamu depresi seperti ini? Setahuku kamu bahkan tidak memiliki kekasih. Mengapa sekarang kamu ...-"

"Dokter Carlos...!" Tegur dokter Claire yang mengetahui Carlos sengaja mengorek keterangan pasien melalui CCTV.

"Iya Dokter!"

"Anda di sini tugasnya memeriksa keadaan pasien bukan bertanya sesuatu yang bukan bidang anda." Sindir dokter Claire membuat Carlos gugup.

"Maaf dokter Claire. Aku sangat mengenal pasien ini. Itulah sebabnya aku mengajaknya bicara." Sahut dokter Carlos.

"Aku tidak peduli kamu temannya atau bukan yang jelas, perlakuan nona Venna di sini sebagai pasien dan jangan melibatkan perasaan pribadi anda pada pasien!"

"Baiklah dokter Claire. Maafkan saya." Ucap dokter Carlos beranjak keluar dari kamar rawat Venna.

Walaupun diusir secara halus oleh dokter Claire, dokter Carlos begitu penasaran dengan kasus Venna. Ia ingin sekali mencari tahu apa yang terjadi pada Venna, tapi bingung harus memulainya dari mana karena rumah sakit itu dilarang karyawannya untuk bergosip tentang pasien.

Ponsel mereka selalu di pantau setiap kali sudah masuk ke area rumah sakit untuk beraktivitas. Kerahasiaan pasien benar-benar terjamin, mengingat pasien yang di R.S tersebut rata-rata para keluarga konglomerat yang depresi berat seperti Venna.

Dua hari kemudian, dokter Claire kembali melakukan pemeriksaan terhadap Venna. Seperti Venna sudah mulai tenang dan tidak mudah panik karena pengobatan yang diberikan rumah sakit itu benar-benar optimal.

"Apakah kamu sudah merasa lebih baik Venna?" Tanya dokter Claire namun ditanggapi dingin oleh Venna.

Venna hanya menatap pintu keluar itu seakan ingin bebas dari tempat itu karena dinding rumah sakit itu semuanya berbusa kecuali toilet.

"Apakah kamu ingin jalan-jalan, Venna?" Tunjuk dokter Claire ke arah pintu membuat Venna mengangguk dengan cepat.

"Mau pakai kursi roda? Atau berjalan sendiri." Dokter Claire memperlihatkan kursi roda pada Venna.

Venna menyetujui untuk duduk di atas kursi roda karena ia juga malas untuk melangkahkan kakinya. Tidak lama, dokter Claire keluar dari kamar rawat Venna sambil mendorong kursi roda gadis itu.

Venna begitu girang karena bisa menghirup udara segar di sekitarnya karena rumah sakit itu letaknya tidak jauh berada di kaki bukit. Dokter Carlos melihat wajah cantik Venna dari kejauhan. Ingin sekali ia menemani gadis itu, tapi dokter Claire selalu mencegahnya.

...----------------...

Usia kandungan Venna memasuki enam bulan. Venna saat ini sudah mau di kunjungi oleh kedua orangtuanya. Ibunya membawa susu untuk ibu hamil dan Vena mau meminumnya.

"Venna...! Apakah kamu tidak merindukan ibu, sayang?"

"Venna pingin pulang." Pinta Venna yang sudah tidak betah berada di rumah sakit itu karena tangannya selalu di pakai jaket pengaman.

"Nanti kalau kamu sudah sembuh, ayah dan ibu akan membawa pulang kamu ke rumah Oma." Hibur nyonya Venny.

"Venna ingin pulang." Ulang Venna dengan perkataan yang sama membuat nyonya Venny merasa putrinya akan lama berada di rumah sakit tersebut.

Nyonya Venny akhirnya pamit pulang pada putrinya setelah menyuapi makanan untuk putrinya yang terlihat sangat lahap. Maklumlah, karena saat ini Venna sedang mengandung bayi kembar. Venna merengek pada ibunya untuk ikut pulang.

Dokter Claire harus memenangkan Venna yang terlihat sangat gusar seperti anak kecil yang ditinggal oleh ibunya." Ibu...! Venna ikut ibu. Venna tidak mau di sini. Mereka selalu mengurung Venna." Pekik Venna yang terlihat mulai merasa sesak membuat dokter menghubungi Carlos untuk memeriksa keadaan jantung Venna.

"Bagaimana dokter Carlos?"

"Jangan terlalu sering mengurungnya. Emosinya tidak stabil dan itu akan membuat nafasnya terasa sesak karena daya pacu jantungnya tidak cukup memompa oksigen ke otaknya." Jelas dokter Carlos secara medis pada dokter Claire.

Setelah diberikan obat penenang oleh dokter Carlos, Venna kembali ke tertidur. Carlos begitu prihatin pada nasib wanita yang sangat ia kagumi dulu hingga kini masih tak berubah.

Beberapa jam kemudian, Venna kembali mengerjapkan matanya dan posisi tangannya tidak lagi mengenakan jaket pengaman. Venna merentangkan tangannya dan meregangkan otot-ototnya yang terasa sangat pegal selama mengenakan jaket penyiksaan itu.

Saat masuk senja, Venna ingin sekali jalan-jalan lagi ke taman rumah sakit. Dokter Claire yang mengerti keinginan Venna kembali mengajak Venna jalan-jalan ke taman.

Keduanya sudah duduk di taman. Saat sedang asyik menatap bunga di taman, suami Claire menghubungi istrinya.

"Kamu di mana sayang?" Tanya Calvin.

"Lagi temani pasien duduk di taman."

"Baiklah. Aku ke sana. Aku sudah di area rumah sakit."

"Baik. Aku tunggu di sini ya, sayang."

Tidak lama, suami dokter Claire memanggil istrinya. Ia menghampiri istrinya yang langsung berdiri menyambutnya. Keduanya saling berciuman dan tidak mempedulikan ada Venna yang masih asyik menghirup udara kebebasannya.

Namun Indra penciumannya menangkap bau parfum pria yang sangat familiar baginya." Parfum itu, dia...dia di sini...?" Venna terlihat gemetar dan panik.

"Dia...dia pria pemerkosa itu. Dia,...!" Pekik Venna membuat Claire dan Calvin serentak melepaskan ciuman mereka.

"Sebentar Calvin! Sepertinya pasien ku kambuh." Ucap Claire mendekati Venna yang tidak ingin melihat wajah suaminya Claire.

"Ada apa Venna?" Tanya Claire.

"Pemilik parfum itu ada di belakang ku. " Ucap Venna membuat Claire tersentak.

"Tapi itu suamiku Venna." Bantah Claire.

"Parfum itu persis seperti parfum pria itu." Ucap Venna sambil menangis.

"Semua orang pasti punya parfum itu, Venna. Coba kamu lihat wajah suamiku. Pasti kamu salah orang, Venna."

Venna hati-hati membalikkan tubuhnya untuk melihat suaminya Claire dan wajah terlihat makin pucat dengan mata melebar.

"Benar...! Dialah pria yang telah memperkosaku, dokter Claire." Ucap Venna terbata-bata membuat Claire tersentak.

Duarrrr.....

Terpopuler

Comments

Tarmi Widodo

Tarmi Widodo

seru

2023-11-01

0

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

TK DISANGKA, SUAMI DOKTER CLAIRE PMERKOSA VENNA..

2023-07-12

1

Enung Samsiah

Enung Samsiah

kirain Carlos eeehhh mlh calvin

2023-05-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!