"Baby! katakan kepadaku! Apa yang terjadi saat aku tinggalkan kamu dan Calvin? Apakah dia mencoba merayumu?"
"Tidak ada sayang. Ayo kita pulang!"
"Kita akan langsung ke bandara sayang. Kita tidak pulang lagi ke rumah, apakah kamu lupa koper kita sudah dikirim ke bandara?"
"Kita mau bulan madu ke mana, Brian?"
"Negara mana yang kamu ingin kunjungi, baby? Jika masih wilayah Eropa berarti kita bisa naik kereta." Ucap Brian sambil mengelus rambut istrinya.
"Kita ke negara Asia tenggara saja. Ke negara Korea Selatan, Filipina, mungkin Indonesia. Apakah kamu mau coba makanan khas kuliner Indonesia?"
"Boleh. Itu ide yang sangat bagus. Ok, kita langsung ke bandara. Jangan pikirkan apapun dan nikmati perjalanan ini." Ucap Brian.
Venna tersenyum dan terlihat ceria lagi. Ia merasa bahwa saat ini dirinya adalah wanita yang paling bahagia di dunia ini. Petaka yang membawa berkah. Dalam sekejap mereka sudah berada di bandara. Pesawat jet pribadi milik Brian meninggalkan landasan pacu menuju negara Korea Selatan.
Brian memeluk tubuh polos Venna. Walaupun mereka tidak ingin bercinta di atas pesawat, namun Brian ingin memeluk tubuh polos istrinya dan mencium bibir istrinya dengan lembut.
"Venna. Aku jatuh cinta padamu dan aku merasa menjadi remaja yang baru mengenal cinta." Ucap Brian.
"Kalau masih remaja belum bisa buat anak, baby." Balas Venna membuat Brian terkekeh.
"Apakah kamu ingin hamil lagi anakku, sayang?" Tanya Brian.
"Iya Brian. Tapi tidak untuk saat ini karena aku tidak ingin bayi kembar kita kekurangan kasih sayang. Biarlah kita pacaran dulu."
"Baiklah sayang. Aku akan pakai pengaman."
"Jangan Brian. Aku sudah memasang alat pencegah kehamilan dua hari sebelum kita berangkat."
"Baiklah. Kalau begitu kita bisa bercinta sepuasnya nanti. Sekarang istirahatlah karena perbedaan waktu saat ini dengan negara yang dituju akan beda nantinya. Tapi aku mau tidur sambil menghisap ini." Tunjuk Brian pada dada sekang istrinya yang sudah tidak mengeluarkan ASI.
Venna menuruti permintaan suaminya. Tapi ada hal penting yang ingin ia tanyakan saat ini." Brian." Hmm!" Apakah aku boleh aku tanya sesuatu padamu?"
"Hmm."
"Aku ingin tahu mengapa malam itu kamu tega memperkosaku?"
Duaaarrr...
Brian menghentikan aksinya pada dada sang istri dengan jantung berdebar tak karuan." Astaga. Kenapa dia harus membahas sesuatu yang ingin aku lupakan?" Batin Brian.
Brian akhirnya duduk dan mengambil lengerie untuk menutupi tubuh Venna dari dinginnya AC pesawat. Ia menarik nafas dalam lalu menghempaskannya dengan lembut.
"Ada seseorang yang sedang menjebakku. Dia sepertinya menginginkan aku dengan menyuruh pelayan memberikan minuman yang sudah tercampur dengan obat perangsang.
Malam itu aku pikir aku sedang mabuk, tapi aku yakin aku hanya minum dua gelas Vodka saja. Saat tubuhku mulai terasa aneh dengan milikku yang mulai menegang, aku memutuskan untuk pulang ke hotel." Brian berhenti sesaat untuk tidak meneruskan ceritanya karena bagian selanjutnya akan membuat Venna kembali trauma.
"Terus apa yang terjadi selanjutnya? Bagaimana kamu bisa memilihku dan bukan gadis lain untuk kamu perkosa, Brian?" Suara Venna terdengar bergetar seakan sedang menahan amarah.
"Jika aku memperkosa gadis lain, mungkin saat ini yang ada hadapanku bukan seorang Venna, ibu dari bayi kembarku. Gadis yang membuat aku jatuh cinta." Sarkas Brian membuat Venna tercekat.
"Baiklah. Aku merubah pertanyaanku. Saat kamu sudah melampiaskan naf*su bejatmu, mengapa kamu tinggalkan aku di pinggir mobilku dalam keadaan tubuhku setengah telanjang? Bagaimana kalau ada laki-laki lain yang juga memperkosaku? Apa yang akan kamu lakukan, hah? Itulah yang membuat aku menjadi gila. Aku seperti wanita murahan bagimu. Aku ...?" Nafas Venna makin memburu membuat Brian sangat tertekan saat ini. Di jawab salah nggak dijawab makin membuat Venna meradang.
"Venna. Hentikan sayang! jangan bertanya lagi sesuatu yang tidak bisa aku jawab. Aku memang telah memperkosamu dan tega meninggalkan kamu di tempat parkir dalam keadaan pingsan. Tapi..?" Brian menghentikan perkataannya saat Venna mengatakan kalau tubuhnya hampir setengah telanjang dengan bagian tubuh banyak terdapat lebam.
"Tapi kenapa Brian?" Tanya Venna saat melihat raut wajah Brian mendadak diam seakan sedang memikirkan sesuatu.
"Tidak apa Venna. Sekarang tolong jangan bertanya lagi. Aku ingin kamu melupakan kejadian itu. Aku mohon maafkan aku. Karena aku juga sama gilanya sepertimu karena tidak kuat menahan beban rasa bersalahku padamu. Aku yang telah merenggut kesucianmu dan aku meninggalkan kamu begitu saja di tempat parkir itu karena aku takut ketahuan oleh orang-orang yang berada di sekitarnya."
Venna mengemas air matanya. Moodnya tiba-tiba hilang begitu saja pada suaminya yang tidak memperjelas keadaan. Venna akhirnya memilih tidur sementara Brian memikirkan sesuatu dari penuturan Venna.
"Aku hanya memperkosanya tanpa merobek pakaiannya. Kenapa Venna mengatakan aku yang melakukannya? Atau jangan-jangan, Venna diperkosa lagi oleh orang lain setelah aku memperkosa dirinya?" Dada Venna terasa sangat sesak membayangi itu semua.
"Venna. Apakah ada orang lain selain aku? lalu bagaimana dengan bayi itu? apakah bayi itu anakku? siapa ayah dari bayi anak itu? Aku harus melakukan tes DNA pada bayi kembar. Bagaimana kalau mereka bukan anak kandungku? Akkkkhhhh.....! Membayanginya saja membuat aku gila." Batin Brian.
Bulan madu yang awalnya dikira akan memberikan mereka kebahagiaan, justru menorehkan lagi luka yang mungkin tidak akan pernah sembuh. Brian akhirnya meminta kepada sang pilot untuk memutar lagi haluan pesawat agar kembali lagi ke Perancis.
Ia mengambil telepon yang ada di kamar pribadinya untuk menghubungi pilot." Hallo tuan Mackenzie!"
"Iya tuan Brian!"
"Putar haluan! Kita kembali ke Prancis."
"Emangnya ada apa Tuan?"
"Aku lupa kalau istriku memiliki riwayat jantung dan tidak boleh melakukan perjalanan jauh lebih dari lima jam."
"Baik Tuan. Saya akan menghubungi menara ATC untuk membantu kita mengarah titik lintas udara." Ucap tuan Mackenzie.
"Terimakasih atas kerjasamanya. Mohon maaf sudah menyusahkan kamu." Ucap Brian.
"Tidak apa tuan. Ini sudah menjadi tugas saya melayani anda."
"Saya mau istirahat sebentar sebelum pesawatnya tiba. Tolong bangunkan saya!"
"Siap tuan Brian . Sampaikan salam saya pada istri anda."
"Pasti." Brian mengakhiri pembicaraannya lalu tidur dengan hati yang terasa gundah.
Saat tiba lagi di bandara setempat, Venna sudah rapi dengan penampilannya dan tersenyum ceria siap turun dari pesawat. Saat turun dari tangga pesawat ia baru menyadari kalau mereka tidak berada di negara yang dituju.
"Brian! Kenapa kita balik lagi ke Bandara asal?"
"Pesawat tiba-tiba rusak pada mesinnya. Jadi, kita lupakan saja bulan madunya." Ucap Brian terdengar ketus.
"Apa...?" Venna masih tidak percaya dengan ucapan Brian yang terakhir.
"Melupakan saja bulan madunya?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
suti markonah
aku harap si kembar tetap anaknya brian seorang, jangan ada yang lain, kasihan venna takutnya kambuh lg trauma nya
2023-04-14
2
Ariestha Malelak
yaelah brian ..kamu tidak percaya sama venna...ya kasihan venna takutnya kambuh lagi traumanya..
2023-04-14
1
Aisyah ais
next
2023-04-14
1