7. Jauhi Aku..!

Setibanya di rumah sakit jiwa itu, kaki Brian tidak sanggup lagi melangkah. Rasa bersalahnya pada Vena yang telah menyebabkan gadis itu gila dan juga dalam keadaan hamil.

"Apakah dia bisa mengenali wajahku?" Gumam Brian terlihat makin gelisah.

Sementara dokter Claire sedang mengajak Venna berjalan-jalan di taman sambil menunggu kedatangan Brian. Claire tersenyum saat melihat kedatangan Brian. Sandiwara pun dimulai oleh Claire yang pura-pura menganggap Brian adalah suaminya.

"Hai sayang...!" Sapa Brian menunggu reaksi Claire tapi matanya tertuju pada wanita hamil yang berdiri sebelah Claire dengan tatapan kosong.

"Brian...!" Sapa Claire sambil cipika cipiki pada Brian yang tidak lagi fokus pada istri dari saudara kembarnya ini.

"Siapa gadis itu Claire?" Tanya Brian tanpa mengalihkan tatapannya pada wajah wanita yang pernah membuatnya mende**h semalaman.

"Oh, ini adalah salah satu pasienku. Namanya Venna." Claire mulai memainkan dramanya.

deggg ..

"Astaga. namanya sama yang terdapat di jam tangannya." batin Brian.

"Venna...! apakah kamu ingin mengenal adik ipar ku?" Tanya Claire sambil memperhatikan ekspresi wajah Venna.

Venna menatap wajah dokter Claire lalu beralih pada Brian. kepala Venna sedikit miring mengamati wajah Brian dan Brian menatap wajah cantik Venna yang terlihat makin pucat dan kini beralih ke perutnya yang terlihat sudah sangat membesar. Dokter Claire yang melihat dahi Brian mengkerut yang merasa aneh karena kehamilan Venna tidak seperti wanita biasa, iapun langsung menjelaskan keadaan Venna.

"Vena sedang hamil bayi kembar, Brian."

Duaaarrr...

Tubuh Brian semakin gemetar melihat wanita yang sudah ia hancurkan hidupnya, harus mengandung kembar pula. Rasanya ia ingin memeluk wanita itu sambil memohon maaf tapi, tubuhnya terasa kaku dengan lidah yang begitu kelu.

"Ada apa Brian? Apakah kamu mengenal gadis ini...?" Tanya Claire penasaran.

"A...aku...! Bisakah aku bicara dengannya sebentar, Claire?" Bisik Brian lirih pada Claire yang sudah menangkap pelaku pemerkosaan terhadap Venna.

"Brian ..! Jangan katakan kalau kau adalah pria yang telah membuat gadis ini hamil dan gila!"

Mata Brian sudah berkaca-kaca. Ia tidak sanggup lagi menahan dirinya untuk tidak memeluk wanita yang terus memperhatikan wajahnya tanpa berkedip.

"Kau benar-benar sangat cantik, baby!" Peluk Brian tanpa ingin membuka suaranya.

Entah mengapa Venna merasakan kenyamanan berada dalam pelukan pria pemerkosa itu. Sementara Brian merasakan calon bayinya ikut merasakan kehadirannya yang menendang perutnya.

"Maafkan aku...!" Lirih Brian dengan air mata yang sudah mengalir bak menganak sungai.

"Sebaiknya kita ajak masuk lagi dia ke dalam Brian! Tidak enak diperhatikan yang lain." Ucap Claire diangguki Brian.

Brian menautkan tangannya pada tangan Venna, namun gadis itu masih terdiam. Rupanya ada sepasang mata yang sedang mengikuti gerak-gerik keduanya dengan penuh tanya di kepalanya.

"Apakah pria itu ayah dari bayinya Venna? Bukankah itu suaminya dokter Claire? Kalau suaminya mengapa dokter Claire membiarkan suaminya menggandeng tangan Venna?" Lirih dokter Carlos merasa bingung dengan interaksi ketiganya.

Setibanya di kamar rawat Venna, Brian menggendong tubuh Venna membaringkan gadis itu di ranjangnya. Dokter Claire tetap mengawasi keduanya karena Brian belum membuka suaranya. Ia sudah siap-siap memegang suntikan obat penenang jika Vena tiba-tiba mengamuk.

"Venna. Aku minta maaf. Jika aku bisa menebus kesalahanku aku ingin menikahimu sekarang juga." Ucapan tulus Brian menjadi pemicu ingatan Venna pada malam itu.

Bayangan wajah. Brian yang seperti adegan film dengan gambar yang terlihat buyar namun suara Brian mampu ia kenali dengan baik. Pria yang tega merenggut kesuciannya padahal ia sudah berulangkali memohon agar Brian tidak menyentuhnya. Tiba-tiba tubuh Venna mulai menegang dengan keringat dingin membasahi wajah dan tubuhnya. Brian mencoba menggangam tangan Venna yang terasa sangat dingin itu sambil mengajak Venna mengobrol.

"Venna. Aku tahu aku salah dan tidak pantas mendapatkan maaf darimu, tapi aku tidak ingin melihatmu seperti ini dengan kondisimu yang sedang mengandung anak-anak kita." Ucap Brian makin membuat Vena ketakutan.

"Kau.... kau! Kau yang telah menodaiku. Suaramu masih sama. Jauhi aku! Pergi kamu dari sini!" Teriak Venna histeris.

"Dokter....! Keluarkan orang ini dari sini! Pinta Venna karena kepalanya terus berdenyut rasanya ingin pecah.

"Tinggalkan dia Brian!" Pinta dokter Claire sambil menarik lengan Brian.

"Tidak Claire! Aku masih ingin bersamanya. Aku bisa mengatasinya. Aku janji padamu. Kalau dia aman bersamaku. Tolong tinggalkan kami Claire! beri aku kesempatan untuk menyembuhkan jiwanya demi calon bayi kembar kami!" Pinta Brian sambil memelas.

"Baiklah. Aku tinggalkan kalian. Tapi jika dia tidak menginginkan kamu, jangan memaksanya! Dan panggil aku dengan menekan tombol nurse call itu." Ucap dokter Claire sambil berjalan mundur menuju pintu kamar rawat milik Venna.

Sementara itu, Venna sudah duduk di sisi brangkar dengan kaki tertekuk dengan tubuh yang bergoyang ke depan belakang disertai nafas yang memburu ketakutan. Wajah itu makin pucat melihat wajah tampan Brian. Jika dibandingkan dengan Calvin Brian lebih tampan dan kharismatik walaupun keduanya kembar identik.

"Tinggalkan aku! Jangan memperkosa aku lagi." Pinta Venna seakan takut diperkosa lagi oleh Brian.

"Tidak Venna! Aku tidak akan melakukan hal yang menjijikkan itu lagi. Maafkan aku. Ku mohon. Aku ingin menyembuhkan sendiri trauma mu karena diriku!" Pinta Brian penuh harap dengan cinta tulusnya.

Venna belum bisa mempercayai perkataan Brian begitu saja. Ia masih begitu takut pada Brian. Namun Brian terlihat sangat sabar menghadapi Venna.

"Tidak apa kalau kamu tidak ingin mendekatiku. Tapi, aku mohon jangan sakiti calon bayi kembar kita. Mereka tidak bersalah. Aku yang salah padamu. Kamu bisa menghukum aku untuk itu. Sekarang berikan tanganmu. Kemarilah! Biarkan aku memelukmu!" Pinta Brian sambil merentangkan kedua tangannya berharap Venna mau menghampirinya.

Batin Venna menerima ketulusan perhatian Brian padanya, namun tidak dengan pikirannya. Ia masih di hantui oleh adegan mengerikan itu. Brian bisa merasakan kegalauan hati Venna yang saat ini sedang mempertimbangkan tawarannya.

"Apakah kamu mau aku pergi, hmm?" Tanya Brian untuk melihat reaksi Venna.

Venna masih memalingkan wajahnya. Brian bergegas berdiri dan Venna melirik pria tampan yang saat ini sedang menghancurkan tembok pembatas antara dirinya dan pria tampan yang masih menatapnya penuh kasih sayang bahkan kerinduannya pada Venna bukan lagi dikuasai syahwat tapi lebih kepada rasa cinta dan sayang.

"Baik Venna. Jika kamu tidak menginginkan aku di sini, aku akan pergi. Tapi apakah aku boleh datang lagi besok untuk melihatmu?" Tanya Brian membuat Venna tidak bisa memilih apa yang terbaik untuk dirinya saat ini.

Brian akhirnya keluar dari kamar Venna membuat Venna ingin memanggilnya tapi dia tidak tahu bagaimana caranya. Saat pintu kamar itu tertutup, Venna merasakan ada sesuatu yang terasa hilang dalam dirinya. Hatinya merasa sangat sedih ditinggal oleh Brian. Tapi ia tidak bisa melakukan apapun karena batinnya masih berperang di dalam sana.

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

MNA TK KEMBAR, BRIAN BRGEN KEMBAR...

2023-07-12

0

suti markonah

suti markonah

mudah²an venna cepet sembuh

2023-04-06

1

Ariestha Malelak

Ariestha Malelak

lanjut thor ...

2023-04-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!