Venna terkesima saat melihat seorang wanita cantik dan seksi keluar dari ruang kerja Brian. Gadis itu berjalan lenggak-lenggok memperlihatkan bokong seksinya. Debaran jantung Venna makin sulit dikendalikan karena saat ini tepat pukul delapan malam, Brian pasti sudah menyelesaikan pekerjaannya.
"Rupanya kau ingin menghindariku karena aku tidak bisa melayani mu di tempat tidur, Brian? hingga kamu berani membawa wanita itu agar bisa menghangatkan ranjangmu di perusahaan ini?" Gumam Venna geram.
Ia ingin melabrak Brian yang tidak kunjung keluar juga dari ruang kerjanya. Dengan menahan emosi segunung salju, Venna membuka pintu ruang kerja suaminya dengan kasar hingga membuat tiga orang klien Brian dan juga Brian sendiri tersentak.
Wajah Venna yang sedari awal terlihat garang berganti cooling down. Brian segera bangkit dari tempat duduknya menghampiri Venna terlihat sangat cantik malam ini hingga membuat mata klien suaminya menatapnya kagum.
"Baby!"
Brian yang sangat rindu pada istrinya itu langsung memeluk istrinya seraya mengecup bibir istrinya dengan sedikit melu**matnya.
Wajah Venna terlihat merona mendapatkan sambutan mesra dari suaminya." Ayo, sayang. Aku kenalkan dengan klienku."
"Sorry bro. Kenalkan ini istriku, Venna. Baby, kenalkan ini teman-temanku." Ucap Brian memperkenalkan Venna pada teman-temannya.
"Istrimu sangat cantik Brian? apakah dua seorang model?" Tanya Hacky.
"Tidak. Istriku seorang pengacara di negaranya di Indonesia. Ia lulusan universitas Amerika serikat." Ucap Brian .
"Wow! Keren sekali. Berarti kapan-kapan kami bisa menggunakan jasanya untuk konsultasi masalah hukum." Canda Tuan heaven.
"Aku tidak tertarik berurusan dengan kalian. Suamiku sudah cukup bagiku untuk menghidupiku dan juga anak-anak kami." Ucap Venna ketus.
"Apa...? Brian sudah memiliki anak. Dan nona Venna seperti masih gadis yang baru menikah." Ucap tuan Alex tidak percaya.
"Rasanya ini sudah malam. Sebaiknya kita sudahi meeting kita malam ini. Aku ingin pulang bersama istriku." Imbuh Brian memberi alasan.
"Ok Brian. Sampai jumpa besok."
Ketiga temannya mengerlingkan mata mereka ke arah Venna yang langsung melengos. Brian menutup pintu ruang kerjanya lalu menguncinya. Ia menghampiri Venna yang masih terlihat gusar.
"Baby. Mengapa tidak mengabari aku kalau mau ke perusahaan?" Tanya Brian.
"Kalau aku tidak mau mengabari kedatanganku ke sini, itu berartinya apa?" Tanya Venna sambil cemberut.
"Apakah kamu mau membuat kejutan untukku Baby?" Brian membuka mantel Venna namun Venna sedikit menolak karena hanya mengenakan lengerie.
"Kenapa tidak mau dibuka? Apakah kamu merasa kedinginan, baby?"
"Biarkan aku buka sendiri dan aku harap kamu mau membalikkan badanmu."
"Kamu kan hanya buka mantelmu. Kenapa aku harus membalikkan badan?"
"Turuti saja permintaanku dan jangan banyak tanya." Ucap Venna.
"Baiklah Baby." Brian membalikkan tubuhnya menghadap ke kaca sambil melihat ponselnya.
"Lihatlah aku!" pinta Venna.
Brian membalikkan tubuhnya sambil meletakkan ponselnya di atas meja kerjanya. Mata Brian terbelalak melihat Venna yang mengenakan lingerie merah membuatnya menelan salivanya dengan gugup.
"Baby. Kamu sangat cantik sekali. Apa arti semua ini, Venna?" Suara Brian terdengar serak saat melihat tampilan Venna yang sangat memukau malam ini.
Venna terlihat gugup. Padahal dari rumah ia sudah berlatih puluhan kali agar bisa menyampaikan keinginannya pada sang suami tapi, saat dieksekusi malah lidah rasanya seperti dirantai. Venna menundukkan wajahnya karena nyalinya sudah turun hingga nol derajat.
"Apakah kamu ingin kita bercinta sayang?" tanya Brian hati-hati. Bahkan pria tampan ini sangat takut membuat kesalahan lagi pada Venna.
Venna mengangguk sambil tersipu malu seperti anak ABG yang baru kenal cinta. Senyum Brian terbit sempurna. Venna merasakan saat ini dia sedang jatuh cinta pada suaminya. Brian menggendong istrinya dengan berkoala di pinggangnya. Ia membawa wanitanya itu sambil menatap wajah cantik Venna yang juga menatapnya dengan senyum.
"Aku merindukanmu, Brian," ucap Venna dengan wajah bersemu merah.
"Aku juga, baby. Setiap saat tidak berhenti merindukanmu."
"Sentuh aku Brian! Bawalah aku malam ini ke atas langit."
"Iya Baby! Brian membaringkan tubuh Venna. Memagut bibir yang dipoles dengan lipstik nude itu. Keduanya saling berdecak merebut Saliva. Lidah keduanya bertautan dengan tangan yang sudah membelai indah.
Brian segera mencopot semua kain penghalang tubuhnya tanpa tersisa agar Venna bisa meraih miliknya yang sudah tegak sempurna. Permainan panas itu berlangsung seru karena masing-masing mereka memberikan pelayanan terbaiknya pada tubuh pasangan.
Erangan nikmat bertalu merdu hingga akhirnya Brian memasuki lembah basah sang istri yang sudah mengijinkan dirinya untuk menyentuhnya. Pekik kesakitan terdengar dari bibir Venna sambil meringis kala Brian mendorong miliknya yang sedikit sulit di masuki.
"Venna. Kamu seperti perawan lagi sayang." Puji Brian mengagumi milik Venna sambil mendorong perlahan miliknya hingga terbenam sempurna di dalam sana.
Venna menyerahkan jiwa raganya sepenuh hati. Jiwanya telah berdamai dengan masalalunya dengan pria yang sama yang saat ini sudah resmi menjadi suaminya. Ayah dari bayi kembarnya.
Brian merasa malam ini sangat bahagia yang tak terukur nilainya dengan kekayaan yang ia miliki. Bukan milik Venna yang membuatnya bahagia tapi maafnya Venna yang sudah mendatangi dirinya dengan suka rela demi cinta, itu yang sangat membuatnya takjub.
Jika bisa di minta, ia ingin membayar kebahagiaan ini dengan kesetiaan dan rasa cinta yang besar yang ia punya saat ini." Ooohh!" Lenguhan panjang terdengar indah dari mulut Venna yang terus menerus meracau kala Brian berulang kali memompa tubuhnya dengan gerakan cepat hingga keduanya bisa mencapai kenikmatan itu bersamaan.
"Baby. Milikmu sangat nikmat, baby." Brian menarik tubuh Venna dalam pelukannya walaupun tubuh keduanya sudah bermandikan peluh.
"Aku mencintaimu, Brian." Gumam Venna lirih.
"Aku lebih dari itu baby."
Setelah istirahat berapa lama, Venna kembali meminta pada suaminya.
"Brian. Sentuh aku lagi sayang!" pinta Venna malu-malu.
"Jadi sudah tahu barang enak ya Baby? Sekarang kamu jadi ketagihan, baby?" Goda Brian dengan seringai mesum pada Venna yang merasa berdebar lagi.
Wajah Venna bersemu merah saat Brian membisikkan sesuatu padanya." Puaskan aku Baby! Aku ingin melihat bagaimana kamu mengusai permainan ini?"
"Tapi aku belum begitu paham Brian."
"Ikuti instingmu, Baby! kita harus sama-sama belajar walaupun kita bukan pemain yang hebat. Karena aku dan kamu adalah perawan dan perjaka tulen." Ucap Brian.
"Apakah aku adalah wanita pertama yang kamu sentuh, Brian?"
"Menurutmu?"
"Tapi, kamu sangat lihai tadi saat kita bercinta."
"Sayang. Jika hanya menonton film blue, mungkin setiap orang bisa dan mempraktekkannya. Tapi tidak dengan diriku yang baru sekedar menonton dan langsung mempraktekkan dengan kamu." Sahut Brian.
"Baiklah. Aku yang akan memimpin permainan ini."
Keduanya kembali memberikan rangsangan pada titik-titik yang membangkitkan hasrat keduanya. Venna menaiki tubuh suaminya dengan membenamkan milik Brian dan mulai menggoyangkan pinggulnya sambil menikmati permainan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Ernakoe Alvabell
pagi2 hareudang
2023-04-13
1
suti markonah
lanjut thorrr~
2023-04-13
1