Dokter Claire dan suaminya sedang mencari cara untuk mempertemukan Venna dan Brian secara kebetulan. Mereka ingin melihat reaksi Brian saat bertemu dengan gadis yang sudah ia perkosa hingga hamil. Tuan Calvin sedikit dendam dengan saudara kembarnya itu karena hampir membuat hubungannya dengan istrinya Claire berantakan. Beruntungnya ia tidak pernah mengunjungi Indonesia di bulan sekitar kejadian perkosaan itu.
"Sayang...! Mengingat Venna itu merupakan cucu kandung dari tuan Max Wilson yang merupakan pengusaha pesawat jet pribadi dan juga desainer pesawat dan mobil mewah. Kelurga kita merupakan pelanggan tetap mobil branded itu, maka kita harus bermain cantik dengan keluarga itu agar Brian tidak terancam masuk penjara." Ucap Calvin.
"Brian benar-benar cari masalah. Dia cari lawan yang salah. Kenapa harus memilih gadis itu?" Keluh Claire.
"Mungkin ini adalah takdir mereka sayang. Di pertemukan dengan cara yang salah. Jadi, kita hanya bisa menyatukan mereka agar keduanya memiliki cinta yang tulus dan Brian sendiri yang akan mengobati trauma mendalam Venna." Ucap Calvin pada istrinya.
Calvin sendiri mengakui kecantikan yang dimiliki Venna. Gadis yang sangat cantik bahkan lebih cantik dari istrinya Claire. Diapun sempat terpesona dengan kecantikan seorang Venna walaupun gadis itu dalam keadaan gila tapi kecantikannya ditambah tatapan mata indahnya terlihat sendu dan menyimpan luka mendalam." Kamu beruntung sekali Brian jika bisa mendapatkan gadis itu walaupun caramu sangat memalukan." Batin Calvin.
"Kenapa jadi melamun sayang? Apakah kamu sedang memikirkan gadis itu atau saudara kembarmu Brian?" Tembak Claire.
"Apaan sih kamu Claire, kenapa kamu jadi sensi begitu, sayang?" Protes Calvin dengan wajahnya terlihat memerah karena ketahuan istrinya.
"Kenapa wajahmu memerah?"
"Jangan memulai lagi dengan kecemburuanmu, Claire!"
"Baiklah. Kalau begitu apa yang harus kita lakukan untuk mempertemukan Brian dengan Venna? Aku ingin Venna melahirkan bayinya dalam keadaan ia sudah sembuh."
"Baiklah. Aku akan meminta dia untuk mendatangimu dengan membawa barang atau apalah yang bisa menjadikan alasan agar ia mau ke rumah sakit mu. Dan persiapkan gadis itu agar mereka bisa bertemu." Ucap Calvin.
"Tapi, aku mohon jangan biarkan Brian menggunakan parfum itu untuk membangkitkan lagi memorinya! Karena jantung gadis itu tidak sehat."
"Ok, baby!" Calvin mengecup bibir istrinya dan keduanya mulai melakukan pemanasan awal yang akan berakhir pemanasan global, eh salah, pemanasan cinta yang lebih ekstrim.
Di tempat yang berbeda, khususnya apartemen milik Brian, pria ini sedang memikirkan gadis yang pernah ia perkosa. Ada rasa bersalah yang terus menghantuinya saat ini. Wajah Venna melekat kuat di hati dan pikirannya. Apalagi, usai saat mengetahui kalau Venna masih perawan. Brian hanya mendapati arloji Venna yang bertuliskan nama gadis itu.
"Bagaimana caraku untuk menemukan gadis itu? Aku sangat merindukannya. Aku ingin minta maaf padanya dan ingin menikahinya kalau bisa. Aku jatuh cinta padamu Venna. Namamu Venna, bukan? Kamu sangat cantik. Maafkan aku cantik. Saat itu aku...ahhhhkk...! Ini membuat aku gila. Aku merasakan semua aset milikmu saat kamu menangis sambil memohon untuk melepaskan mu. Tapi kenikmatan tubuhmu tidak bisa meredakan hasratku dengan rasa iba ku padamu. Di mana kamu. Aku sudah melacak keberadaanmu." Gumam Brian lirih.
Pria tampan ini tidak henti-hentinya meneguk minuman wine hingga pingsan. Hatinya terlalu sakit memikirkan rasa bersalahnya pada Venna. Di tambah lagi kerinduannya pada gadis itu membuat dirinya ingin menemukan keberadaan Venna.
...---------------- ...
Tiga hari kemudian, Calvin mendatangi perusahaan milik saudara kembarnya itu. Calvin adalah seorang pengusaha berlian dan real estate. Sang Mafia nampak sibuk dengan pekerjaannya.
Ketukan pintu dari luar menyadarkan dirinya untuk membuka pintu ruang kerjanya dengan remote control.
Calvin masuk dengan senyum menawannya menghampiri saudara kembarnya itu untuk bersalaman.
"Hei.. Calvin! Tumben kamu mampir? Apakah ada yang sesuatu yang membawamu kemari?"
"Aku butuh bantuan mu Brian."
"Bantuan apa?"
"Aku ingin buat kejutan untuk istriku. Apakah kamu bisa menjemputnya di rumah sakit?"
"Kenapa harus aku..? Bukankah kamu punya asisten? minta saja mereka menjemputmu." Tolak Brian jengah.
"Aisss..! Dengar dulu penjelasan ku! Aku hanya ingin kamu menggantikan tempatku, dengan cara menjadi diriku. Kamu harus berpenampilan seperti diriku dengan begitu, aku ingin tahu apakah Claire bisa membedakan kita atau tidak. Jika dua bisa membedakan kita berdua, tolong antarkan dua padaku di tempat yang sudah aku siapkan untuk merayakan ultahnya." Tutur Calvin.
"Bagaimana kalau dia mengira aku adalah kamu dan mencium ku? Apakah boleh aku terima?" Ledek Calvin.
"Kau....! Awas saja kalau kamu berani macam-macam dengan istriku! Aku menyuruhmu untuk memancing perasaannya yang masih peka yang mampu mengenali kita berdua, bukan menyuruhmu untuk menggantikan tempatku!" Omel Calvin.
"Cih...! Kau ini pemarah sekali. Akukan hanya bercanda. Istrimu itu bukan tipeku. Aku punya wanita impianku sendiri." Timpal Brian.
"Sekarang, mau bantu aku atau tidak?" Tanya Calvin lagi dengan segudang rencananya untuk menjebak Brian.
"Baiklah. Apa yang harus aku lakukan?"
"Tunggu sebentar!"
Calvin mengambil paper bag yang berisikan pakaian miliknya beserta aksesorisnya. Tidak lupa parfum dengan aroma yang berbeda yang lebih terasa menenangkan. Brian melihat parfum itu membuat ia menolaknya.
"Kenapa harus parfum ini? Aku sudah pakai parfum keluaran baru dari perusahaan kita." Tolak Brian lagi.
"Jika kamu pakai parfum ini, ada seorang pasien Claire yang langsung mengamuk padaku." Ucap Calvin sengaja menggantungkan kalimatnya.
"Emangnya kenapa dia mengamuk?"
"Dia mengira aku adalah pria yang telah memperkosa dirinya dan itu berhasil membuat aku dan Claire bertengkar gara-gara salah paham dengan pengakuan gadis itu. Apa lagi saat ini dia sedang hamil dari hasil perkosaan itu. Menyedihkan sekali nasib gadis cantik itu." Ucap Calvin sambil memperhatikan wajah saudara kembarnya itu.
Deggggg...
Brian terlihat gugup sambil menelan salivanya dengan susah payah." Aku harap gadis yang diceritakan oleh Calvin adalah gadis yang sama yang saat ini sedang aku cari." Harap Brian.
"Ok. Sekarang biarkan aku menjemput Claire." Ucap Brian sangat semangat namun juga terlihat gugup karena ia ingin buru-buru bertemu dengan gadis yang diceritakan oleh Calvin.
"Buket bunga dan coklat ada di asistenku. Jangan lupa serahkan pada istriku!" Ucap Calvin.
"Iya bawel!" Brian melangkah cepat menuju pintu lift. Ingin rasanya ia cepat tiba di rumah sakit jiwa tersebut.
Sementara Calvin merasa rencana ia dan istrinya berhasil dijalankan. Calvin menghubungi istrinya untuk melancarkan skenario yang sudah mereka susun.
"Sayang...! Persiapkan gadis itu untuk menemui target!" Titah Calvin pada istrinya.
"Baik sayang. Dengan senang hati. Semoga rencana kita berhasil membuat keduanya bisa bersatu. Terimakasih sudah membantuku menyelesaikan permasalahan gadis itu. Doakan semoga Venna cepat sembuh." Ucap Claire.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Aisyah ais
next
2023-04-05
1
suti markonah
semoga saja trauma venna cpt sembuh dan berjodoh sm brian~
2023-04-05
1
Ariestha Malelak
aku penasaran reaksinya venna saat liat brian..
2023-04-05
1