3. Kegilaan Makin Menjadi

Berjalannya waktu, usia kandungannya Venna memasuki tiga bulan membuat gadis ini masih berusaha melukai dirinya sendiri. Sang ibu yang tidak pernah sedikitpun meninggalkan dirinya, membuat Venna tidak bisa mengakhiri hidupnya.

Sekarang Venna mulai berbincang sendiri dan kerap tertawa sendirian. Selebihnya ia mulai meracau tidak karuan makin membuat nyonya Venny ikut setress. Seperti malam itu, nyonya Venny yang sedang menemani Venna tidur di kamar gadis itu, di kejutkan dengan suara pot bunga yang ada di balkon itu jatuh. Rupanya Venna sedang berusaha bunuh diri untuk melompat dari balkon.

"Venna...!" Sentak nyonya Venny saat melihat tempat tidur Venna sudah kosong.

Nyonya Venny berteriak histeris melihat Venna hendak menjatuhkan dirinya, membuat Venna ikut tersentak hingga ia mengurungkan niatnya untuk lompat.

"Pergi.....! Pergi kalian semua! Jangan dekati aku...!" Pekik Venna yang sudah tidak mengenali orangtuanya.

"Venna! Ini ibu sayang. Jika kamu mati, ayo kita mati bersama, nak. Ibu tidak sanggup hidup tanpamu di dunia ini. Tujuan hidup ibu hanya karena mu. Jadi, ibu mohon jangan melompat...!" Pinta nyonya Venny sambil berlutut.

Kakinya sudah tidak cukup kuat untuk menahan tubuhnya karena syok berat. Tuan Gray dan pelayannya masuk ke kamar Venna dan mendapati gadis itu mulai lagi dengan aksinya. Ia melihat lagi ke bawah.

"Venna mau terbang seperti burung. Tidak...! seperti kelelawar itu." Tunjuk Venna menatap ke udara sambil tertawa geli.

Di saat Venna lengah seperti itu, tuan Gray menarik bad cover untuk menutupi tubuh putrinya. Usaha tuan Gray berhasil di saat Venna ingin melompat, tubuhnya sudah di tutup dengan selimut tebal itu dan ayahnya langsung memeluknya dari belakang. Nyonya Venny bernapas lega dan langsung menghubungi rumah sakit jiwa untuk menjemput putrinya.

Tuan Grey menyetujui tindakan istrinya kali ini untuk mengirim putri mereka di tempat tersebut. Karena malam hari berangkat ke rumah sakit jiwa membuat keluarga itu merasa tenang karena tidak akan ada awak media yang menyoroti keadaan putri mereka yang terlihat hamil besar saat ini. Di dalam mobil ambulans itu, Venna sudah diberikan obat penenang agar gadis ini bisa tidur.

Keesokan harinya, Venna bangun dengan tubuh yang sudah mengenakan jaket penahan kedua tangannya yang sudah tidak bisa bergerak. Dokter Claire menangani pasiennya yang terlihat gelisah dengan mengajak gadis cantik dengan tubuh jenjang dan bermata biru ini untuk mengobrol. Venna tidak terlalu mengusai bahasa Perancis.

Akhirnya dokter Claire menggunakan bahasa Inggris." Apakah kamu mau berkenalan denganku, nona?"

"Aku siapa...?" Tanya Venna lagi.

"Apakah kamu tahu saat ini kamu hamil?"

"Hamil...? Aku hamil..? Tidak.....! Aku tidak hamil. Aku tidak mau hamil." Pekik Venna.

"Baiklah. Tenangkan dirimu Venna. Perkenalkan namaku dokter Claire dan ada dua temanku lagi yang akan mengobati kamu." Ucap dokter Claire yang merupakan dokter psikiater.

"Lihat bandulan ini, Venna! Dia akan membuat kamu mengantuk tapi tidak membuat kamu tidur. Aku akan mengajak kamu untuk mengingat sesuatu di bawah alam sadar mu. Jawablah pertanyaan ku dan jangan merasa tersiksa. Cobalah mengenali wajah orang yang telah menyakiti mu itu." Pinta dokter Claire.

Dalam dua menit, Venna akhirnya terhipnotis oleh dokter Claire. Keduanya saling memperkenalkan diri dan dokter Claire mulai menanyakan bagaimana pemerkosaan itu terjadi pada Vena.

"Ke mana kamu sebelumnya saat pemerkosaan itu terjadi Venna?"

"Aku ke rumah temanku yang saat itu sedang berulang tahun. Saat sudah larut malam aku pamit pulang. Dalam perjalanan aku berpikir untuk menonton film midnight karena ku pikir pasti sudah sepi.

Film usai aku menuju tempat parkir yang tertinggal beberapa mobil di sana. Saat hendak masuk ke mobilku, tiba-tiba ada seseorang yang menarik tubuhku sambil membekap mulutku dan masuk ke mobilnya.

Ia dengan tega mengoyak bajuku dan mengangkat rokku lalu merenggut kesucianku dengan begitu garang membuat aku sempat pingsan."

"Apakah ada sesuatu yang hilang dari tubuhmu seperti perhiasan mungkin?"

"Ada."

"Apa itu..?"

"Arloji."

"Apakah ada tanda kepemilikan arloji itu?"

"Ada tulisan namaku dibelakangnya, Venna. Itu hadiah dari ayah saat usiaku 17 tahun."

" Berapa usiamu sekarang ini Venna?"

"Dua puluh satu tahun."

"Apakah kamu ingat wajah pria itu?"

"Wajahnya tidak jelas namun aku hanya ingat aroma parfumnya. Hanya orang-orang terkaya memakai parfum mahal itu." Lanjut Venna.

"Cobalah mengingat pria itu Venna. Entah mata, hidung, bibir atau apapun yang bisa kamu ingat darinya!"

Venna kembali lagi mengembara ke dalam ingatannya. Ia berusaha mengingat wajah pria itu namun sangat sulit. Tapi, ia bisa mengenali suara pria itu andai saja bisa dipertemukan kembali.

"Apakah kamu tidak ingat apapun, sayang?" Tanya Claire yang jauh lebih tua tujuh tahun dari usia Venna.

"Aku tidak mengingatnya sama sekali, dokter."

Venna mulai berkeringat dingin. Ia terlihat kembali gelisah membuat dokter Claire segera menyadarkan gadis malang itu.

"Baiklah Venna! Kalau begitu pengobatan kita cukup hari ini saja. Dua hari lagi kita akan bertemu lagi." Ucap Claire.

Venna yang sudah sadar kembali lagi menatap nanar wajah Claire yang terlihat sangat cantik." Kamu dokter...?" Tanya Venna.

"Iya Venna. Aku sudah berkeluarga dan belum memiliki keturunan. Kalau kamu tidak menginginkan anakmu, aku bisa merawat mereka. Apakah kamu mau memberikan anakmu ini padaku?" Tanya Claire.

"Anak...? Anak siapa?" Tanya Venna membuat dokter Claire hanya menggelengkan kepalanya.

"Bicara dengan orang tidak waras, akan membuat aku jadi seperti mereka." Tawa kecil Claire sambil menulis laporan kesehatan Venna.

Tidak lama seorang dokter muda masuk menemui Venna. Dia adalah dokter Cristin yang merupakan dokter spesialis kandungan untuk memeriksa kandungan Venna. Dokter Claire ikut mengawasi keduanya karena takut terjadi apa-apa pada Venna karena kandungannya sudah cukup besar.

"Pastikan makanannya yang mengandung zat yang bergizi untuk pertumbuhan janinnya." Ucap dokter Cristin."

"Baik dokter terimakasih atas bantuannya."

"Kasihan gadis malang itu. Dia tidak menginginkan bayinya. Jika nanti dia sudah lahir, ia akan lebih menerima bayinya." Ucap dokter Cristin.

"Mungkin aku yang akan mengadopsi bayinya, dokter Cristin." Imbuh dokter Claire.

"Apakah keluarganya tidak mau menerimanya?"

"Sepertinya begitu. Mereka tidak mau menerima anak dari hasil perkosaan." Jelas dokter Claire.

"Kamu orang yang beruntung bisa menerima bayi kembar itu sekaligus." Canda dokter Cristin.

Tidak lama kemudian, dokter spesialis jantung, bernama Carlos masuk ke ruang rawat Venna. Dua dokter wanita sudah tidak ada lagi di ruangan itu.

Venna yang tidur membelakangi, dokter Carlos, di sapa oleh dokter tampan itu. Iapun memanggil Venna dengan sebutan nona. Saat Venna membalikkan tubuhnya, betapa kagetnya Carlos melihat wajah cantik Venna.

"Kau....?"

Terpopuler

Comments

Tarmi Widodo

Tarmi Widodo

dokter itu

2023-11-01

0

Windarti08

Windarti08

Jangan-jangan dokter Carlos yang memperkosa Venna

2023-05-11

1

Aisyah ais

Aisyah ais

next

2023-04-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!