2. Menolak Hamil

Venna menempati rumah besar Oma dan opa nya yang saat ini sudah berusia 65 tahun. Wajah Venna terlihat makin pucat karena sulit memejamkan matanya. Setiap kali memejamkan mata, mimpi buruk itu kembali menyapa. Hanya obat tidur yang bisa membuatnya tertidur.

Pagi itu nyonya Venny menyuapi putrinya sarapan. Venna merasakan sesuatu di makanan yang membuatnya tidak enak untuk menelannya. Ia bergegas masuk ke bathroom untuk memuntahkan lagi makanannya ke kloset.

Nyonya Venny merasa sudah tidak enak saat ini. Perasaannya mengatakan kalau putrinya mungkin sedang hamil. Ia segera menghubungi dokter untuk memeriksa keadaan putrinya untuk memastikan kecurigaannya.

Venna ditangani langsung oleh dokter spesialis kandungan dan ternyata apa yang dicurigai ibunya adalah kebenaran." Selamat nyonya..! Putri anda sedang hamil. Usia kandungannya sudah delapan Minggu."

Duarrrr....

"Tidak...! Aku tidak mau hamil. Keluarkan bayi ini. Aku tidak mau hamil anak bajingan itu. Aku tidak mau hamilll..!" Pekik Venna sambil membentur kepalanya ke tembok.

"Sayang...! Sayang..! Dengarkan ibu! kita akan mengugurkan nya. Jangan sakiti dirimu lagi. Kamu mengerti, hmm?" Nyonya Venny menenangkan putrinya.

Sementara hatinya sendiri sangat hancur. Dokter yang melihat itu merasa sangat bingung dengan dengan 8bu dan anak itu." Kenapa harus diaborsi? Apakah kekasihnya tidak mau bertanggungjawab?"

"Masalahnya putriku hamil karena diperkosa, dokter. Aku mohon tolong lakukan aborsi janinnya. Kami tidak bisa menerima aib ini." Pinta nyonya Venny membuat dokter merasa sangat kebingungan.

Jika menjadi ibu dari Venna atau Venna sendiri, perempuan manapun menolak hamil dari hasil perkosaan, tapi nyawa pasti menjadi taruhannya." Baiklah nyonya, saya akan membantu anda tapi, kita harus melakukan beberapa pemeriksaan medis apakah putri anda mengalami penyakit bawaan atau apapun yang bisa mengancam nyawanya." Pukas dokter Gabriel.

"Tolong lakukan yang terbaik dokter! Putriku sudah sangat depresi. Aku tidak mau putriku jadi gila." Nyonya Venny menangis meratapi nasib putrinya.

Tiga hari kemudian, dokter Gabriel mempersiapkan segalanya untuk melakukan aborsi pada janin Venna. Tapi sebelumnya itu, dokter Gabriel melakukan pemeriksaan secara mendetail pada tubuh Venna dan hasilnya sangat mengejutkan dokter Gabriel jika Venna menderita gagal jantung.

Dokter Gabriel menemui lagi Keluarga Venna dan menceritakan keadaan Venna membuat kedua orangtuanya Venna sangat syok masalahnya kehamilan Venna bukan hanya satu bayi tapi bayi kembar.

"Maafkan saya nyonya! Saya tidak bisa melakukannya karena ini menyangkut nyawa pasien. Kita terpaksa memantau kehamilannya dan juga kesehatan jantungnya sekaligus."

"Astaga...! Bagaimana ini, ayah! Venna pasti makin tertekan jika kandungnya dibiarkan tumbuh dalam rahimnya sampai anak ini lahir." Keluh nyonya Venny pada suaminya.

"Mungkin ini sudah bagian dari takdir Venna, ibu! Sebaiknya kita terima saja anak yang dikandungnya Venna atau kita akan kehilangan putri kita." Ucap tuan Gray membuat nyonya Venna makin hancur.

Keduanya sama-sama tenggelam dalam lamunan mereka sambil memperhatikan Venna yang sedang tertidur pulas karena pengaruh obat penenang.

Beberapa jam kemudian, Venna mulai mengerjapkan matanya. Ia menatap wajah ibunya dan ingin menanyakan sesuatu yang menyangkut kehamilannya.

"Apakah mereka sudah membuang iblis di dalam tubuh ku, ibu?" Tanya Venna.

"Sayang...! Jantungmu tidak cukup kuat untuk melakukan aborsi. Jika ibu nekat, maka kami juga akan kehilanganmu, nak. Apa lagi kamu mengandung bayi kembar yang akan membuat nyawamu terancam."

"Lebih baik aku mati ibu dari pada harus menanggung malu seperti ini dan anak-anak ini akan terus mengingatkan aku pada bajingan itu." Gumam Venna merasakan perutnya yang sedikit kelihatan membuncit.

"Ayo kita pulang sayang. Cobalah menerima keadaan ini, Venna! Kita akan menyerahkan bayi ini pada panti asuhan. Setelah itu kamu bisa melanjutkan hidupmu lagi sebagai pengacara handal." Ujar tuan Gray dengan entengnya.

Venna memejamkan matanya merasakan kehidupan dalam dirinya adalah benih bajingan yang tidak mau meninggalkan pikirannya.

"Tidak...! Aku tidak menginginkan anak kembar ini. Aku tidak mau bajingan itu mengetahui aku punya anak darinya. Bagaimana caranya aku membunuh mereka?" Venna terlihat gelisah.

Sepanjang perjalanan ia hanya mengulangi setiap adegan pemerkosaan itu. Entah bagaimana caranya agar ia bisa terbebas dari bayangan lelaki itu saat ini." Apakah aku bunuh diri saja, untuk mengakhiri penderitaan ku dengan dua iblis di dalam tubuhku ini?" Geram Venna dengan setumpuk rencana peliknya.

Nyonya Venny menggenggam tangan putrinya yang terlihat tenggelam dalam pikirannya sendiri." Venna...! Ada ibu dan ayah yang selalu mendukungmu. Jangan takut untuk menghadapi hidup. Masih banyak laki-laki diluar sana yang akan menerima keadaan mu, nak."

"Keadaan yang mana ibu? Pria yang mana yang mau dengan gadis bekas diperkosa orang lain? Apakah aku harus memaksakan diriku untuk menerima mereka karena mereka tertarik dengan hidupku yang naas ini? Mereka hanya mempermainkan aku ibu. Yang gadis saja mereka bisa mengkhianati apalagi. gadis yang sudah cacat statusnya, Bu." Keluh Venna.

"Jangan pesimis begitu sayang. Tuhan maha adil. Ia tidak akan membiarkan hambaNya menderita seumur hidupnya."

"Mengapa ibu bicara dengan sudut pandang ibu saja? Mengapa tidak mau merasakan kesakitan yang aku alami?"

"Terus ibu harus bagaimana nak?"

"Ijinkan aku mati. Bu!" Ucap Venna seraya membuka pintu mobil ingin melompat dari mobil saat mobil sedang melaju dalam kecepatan tinggi.

Sontak saja sang sopir gelagapan melihat keadaan itu hingga mobil berjalan secara zikzak dan terlihat oleng membuat nyonya Venna menarik baju putrinya.

"Vennaaaaa.....! Jangannnn....!"

"Lepaskan ibuuuu.....! Biarkan Venna mati ibu ..!" Pekik Venna yang ingin melompat

"Venna...! Jangan sayang...!" Teriak tuan Gray panik.

Sang sopir memelankan laju kendaraannya lalu menepi di jalan dengan menginjak sekencang mungkin. Sementara nyonya Venny berhasil mencengkram leher putrinya dengan lengannya seperti gaya sandera agar tangan Venna bisa melepaskan pintu geser mobil itu.

Mobil itu berhasil berhenti dengan keadaan wajah sang penumpang menegang lagi pucat. Nafas mereka terengah-engah disertai tubuh gemetar karena syok berat. Tapi tidak pada Venna yang terlihat depresi berat.

Tuan Gray yang tadi duduk di depan bersama sopir pindah ke jok belakang mengapit putrinya agar Venna tidak nekat lagi untuk bunuh diri.

"Venna...! sadar sayang..! Tolong jangan lakukan itu! Cobalah terima keadaan ini. Berpikirlah secara hukum jika kamu sebagai pengacara yang menghadapi klien mu yang mengalami kasus yang sama denganmu. Apa yang kamu lakukan untuk menenangkan dirinya sambil mencari pelaku pemerkosaan itu?" Imbuh tuan Gray.

"Ayah...! Aku hanya belajar teorinya. Aku tidak tahu rasanya sesakit ini menghadapi keadaan ini." Batin Venna tanpa ingin mengungkapkan kepada ayahnya.

Tuan Gray hanya bisa memeluk putrinya itu. Ia berniat untuk mengirim putrinya ke rumah sakit jiwa untuk ditangani kejiwaan putrinya secara serius sebelum Venna benar-benar sakit jiwa atau gila.

Terpopuler

Comments

Mira Erlan Sopi Erlan

Mira Erlan Sopi Erlan

lanjut tor aku suka ceritanya

2023-05-28

1

Windarti08

Windarti08

ya Allah... gak bisa bayangin ada di posisi Venna... pasti hancurlah😭😭😭
yg kuat Venna... ada keluarga yang sangat menyayangimu

2023-05-11

1

Ariestha Malelak

Ariestha Malelak

kasihan venna ..semoga dia dapat menerima kenyataan ..

2023-04-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!