13. Tetaplah Bersamaku

Usai menikah, Brian tidak bisa mengadakan resepsi pernikahan mereka karena keadaan Venna yang masih labil. Bisa menikahi gadis ini saja sudah membuat ia sangat bersyukur. Kini keduanya sudah tidur sekamar karena sudah sah menjadi suami istri.

Walaupun ini malam pengantinnya, Brian tidak berani lagi menyentuh Venna karena masih trauma saat terakhir kali nekat ingin bercinta dengan Venna. Brian hanya mengajak Venna istirahat. Brian membiarkan dadanya menjadi penyangga kepala Venna karena Venna lebih merasa nyaman seperti itu.

"Aku tidak akan pernah memaksamu lagi, sampai kamu sendiri meminta untuk disentuh sayang. Aku sangat mencintaimu Venna. Tetaplah bersamaku di dalam hidupku! Aku tidak peduli kondisimu saat ini karena aku hanya melihat Venna yang menjadi wanita terakhir yang kutemui di dunia ini." Ucap Brian dengan kesungguhan hatinya.

Semenjak Brian memperkosa Venna malam itu, pria tampan ini tidak pernah melihat wanita cantik manapun yang berusaha mencari perhatiannya. Hanya wajah Venna yang ada dalam pikirannya. Dan Brian merasa Venna adalah wanita terakhir didalam hidupnya.

Karena kelelahan keduanya akhirnya tertidur melewati mimpi indah bersama menyongsong hari baru menjadi sepasang suami-istri. Keesokan harinya, Brian yang sengaja mengambil cuti bulan madu menjadi cuti untuk merawat istrinya. Apapun yang dibutuhkan oleh Venna, Brian sendiri yang melayani istrinya. Bisa dibilang, Brian seperti ibu bagi Venna.

Mulai dari menyuapi gadis itu makanan hingga memandikan dan memakaikan baju untuk suaminya. Hampir satu bulan kehidupan pernikahan berjalan dengan baik dan Venna sudah mulai membuka hatinya kembali untuk Brian karena ketulusan cinta Brian untuknya.

Saat ini, Brian sedang mempersiapkan kebutuhan bayinya dan pakaian istrinya untuk berangkat ke rumah sakit.

"Sayang...! Sebentar lagi kamu akan melahirkan bayi kembar kita melalui proses persalinan secara Caesar. Aku mohon kamu harus siap menghadapi proses itu. Apakah kamu mau melihat bayi kembar kita?" Tanya Brian.

Venna mengangguk dan tersenyum manis pada suaminya dan terlihat sangat cantik." Astaga..! Senyum itu? Apakah kamu bisa memberikan senyum itu untuk aku dan keluarga kita saja?" Tanya Brian mulai posesif.

"Iya sayang." Jawab Venna lugas.

Degggg...

"Dia memanggil aku sayang?" Batin Brian sambil menyunggingkan senyum.

Brangkar Venna di dorong ke dalam ruang operasi. Brian ikut masuk ke dalam ruangan itu untuk menemani istrinya karena Venna tidak mau tinggal sendirian. Di saat melakukan operasi, yang awalnya Venna masih bisa mendengarkan cerita lucu dari Brian, tiba-tiba terlihat melemah dan wajah sangat pucat. Matanya lama-lama perlahan tertutup membuat Brian tersentak. Rupanya pompa jantung Venna yang mulai melemah bertepatan pengangkatan kedua bayinya.

"Venna."

"Vena..."

"Venna...!" Brian memanggil nama Venna berulang kali sambil menepuk pipi gadis itu.

"Dokter. Kesadaran Pasien menurun dan jantungnya mulai melemah." Ucap suster membuat dokter segera bertindak untuk memompa jantung Venna.

"Dokter....! Apa yang terjadi dokter? Kenapa istriku tiba-tiba pingsan?" Pekik Brian histeris membuat suster harus mengeluarkan Brian agar pekerjaan dokter tidak terganggu.

"Maaf tuan! Sebaiknya anda keluar. Saat ini bayi anda lahir dengan selamat, tapi ibunya mengalami serangan jantung." Ucap suster.

"Tidak...! Aku tidak mau keluar. Aku ingin bersama dengan istriku. Venna. Tetaplah bersamaku! Jangan pergi! Jangan tinggalkan aku dan anak-anak kita! Pinta Brian sambil menangis.

"Tuan. Mohon kerjasamanya! Tolong jangan menganggu kerja dokter! Pinta suster sambil mendorong tubuh Brian keluar dari ruangan operasi." Pinta suster tersebut.

Brian akhirnya menurut juga. Ia harus bergabung dengan kedua orangtuanya dan mertuanya serta saudara kembar dan istri dari Calvin yang tidak lain adalah Claire.

"Apa yang terjadi Brian? Kenapa kamu menangis?" Tanya Nyonya Venny.

"Bu. Jantung Venna lemah Bu, usai melahirkan si kembar."

"Apa jenis kelamin mereka Brian?"

"Mereka sepasang Bu. Laki-laki dan perempuan."

"Syukurlah. Tenang saja son! Venna baik-baik saja. Berdoa saja agar Venna selamat." Ucap tuan Muller.

Nyonya Carine memeluk putranya itu. Mereka sangat paham jika Brian sangat mencintai Venna. Selama ini mereka tahu kalau Brian bukan seorang pemain wanita. Bisa dibilang Venna adalah cinta pertama dan terakhirnya Brian.

"Venna. Jangan pergi sayang! Atau aku tidak akan memaafkan diriku." Lirih Brian seperti anak kecil ketakutan ditinggalkan ibunya.

Tidak lama kemudian, dokter keluar menemui keluarga itu. Wajah tegang nampak terlihat diantara mereka terutama Brian. Ia langsung menghampiri dokter untuk mengetahui keadaan istrinya.

"Dokter. Bagaimana dengan istri saya?"

"Nona Venna selamat setelah melewati masa kritisnya. Ia ingin bertemu dengan suaminya. Tapi, tunggu saja sebentar lagi pasien akan dipindahkan ke kamar inapnya. Sementara bayinya harus dimasukkan ke inkubator karena berat badan mereka karena prematur. Selamat untuk kalian semua." Ucap dokter lalu kembali ke dalam ruang operasi.

...-------------...

Di ruang inap, Brian sedang menemani istrinya usai keluarga mereka memberikan ucapan selamat pada Venna. Venna terlihat bahagia walaupun masih malu-malu pada Brian. Melihat sikap Venna, Brian menyimpulkan kalau keadaan istrinya saat ini sudah mulai normal seperti manusia lainnya.

"Apakah istriku sudah waras?" Batin Brian sambil menatap wajah cantik Venna.

Brian mengecup kening Venna lebih dalam." Terimakasih sayang, udah melahirkan bayi kembar kita."

"Di mana mereka?" Tanya Venna penasaran.

"Saat ini mereka berada di tabung inkubator karena mereka lahir prematur." Ujar Brian.

"Aku ingin melihat keadaan mereka."

"Nanti saja sayang. Kamu baru selesai menjalani operasi sesar. Aku sudah mengambil foto dan video mereka."

Brian menunjukkan foto dan video bayi kembar mereka pada Venna. Air mata Venna merebak melihat bayi kembarnya yang hampir saja ia bunuh.

"Mereka sangat tampan dan cantik." Ucap Venna dengan bibir bergetar karena merasa bersalah.

"Yang perempuan sangat mirip denganku dan yang laki-laki sangat mirip denganmu, Brian." Ucap Venna.

"Maafkan aku. Mendatangkan mereka dengan cara yang salah Venna." Batin Brian.

Brian memeluk Venna dan keduanya saling meneteskan air mata." Aku mohon, semoga kamu cepat sembuh sayang supaya bisa merawat bayi kembar kita. Mereka sangat membutuhkanmu." Pinta Brian lirih.

Venna tidak ingin mengomentari perkataan suaminya. Ia hanya ingin memeluk suaminya saat ini. Brian terlihat sangat bahagia dengan respon Venna yang memeluknya begitu posesif.

Tiga hari kemudian, Venna diperbolehkan pulang oleh dokter sementara bayinya masih perlu di rawat di inkubator. Venna melihat bayinya itu sebelum meninggalkan rumah sakit.

"Apakah aku yang telah menyebabkan mereka masuk inkubator, Brian?" Tanya Venna dengan rasa bersalah.

"Bukan sayang. Karena jantungmu yang bermasalah yang menyebabkan kamu harus menjalani operasi sesar secepatnya. Itu yang dikatakan oleh dokter." Ucap Brian.

"Kapan bayiku akan dibawa pulang? Aku ingin menyusui mereka."

"Mungkin satu pekan lagi mereka baru boleh dibawa pulang. Untuk sementara ASI mu bisa di antarkan setiap hari untuk mereka setelah dipompa." Ujar Brian.

Terpopuler

Comments

Aisyah ais

Aisyah ais

next

2023-04-11

1

suti markonah

suti markonah

secangkir kopi untukmu thor buat buka puasa biar semangat ngetik nya

2023-04-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!