12. Mengobati Luka Batin

Venna memalingkan wajahnya dari Brian yang menatapnya sendu dan terus berharap agar Venna bisa memaafkannya.

"Venna! Aku datang menemuimu untuk menyerahkan bunga ini kepadamu secara langsung. Dan kabar baiknya, orangtuamu sudah menerimaku dan pertemuan keluarga kita akan dilakukan Minggu depan untuk membahas tanggal pernikahan kita. Apakah kamu senang?" Tanya Brian hati-hati.

Venna tidak mau menanggapinya sama sekali. Ia terlihat memeluk bunga yang diberikan oleh calon suaminya itu. Brian hanya menarik nafasnya dalam dan hanya ingin secepatnya menikahi Venna dengan begitu ia bisa mengurus gadis ini sendiri selama satu bulan lebih ini sebelum Venna menjalani operasi sesar.

"Venna. Apakah kamu mau menikah denganku?"

Vena tetap tidak bergeming dan asyik dengan dunianya sendiri. Brian merasa sangat menyesal telah mendorong Venna masuk lagi ke dalam kegelapan. Brian berdiri hendak meninggalkan kamar Venna karena ia tidak ingin memaksakan kehendaknya lagi pada calon ibu anak-anaknya.

"Apakah Venna senang dengan kedatanganmu?" tanya nyonya Venny begitu Brian turun dari tangga.

"Iya Tante!"

"Panggil aku ibu sama seperti Venna!"

"Baik Bu. Aku pulang dulu. Aku titip Venna dan calon bayiku. Jika terjadi sesuatu pada Venna, jangan segan menghubungiku."

"Baik Brian. Titip salam untuk kedua orangtuamu."

"Terimakasih Bu."

Brian berjalan cepat menuju mobilnya dan Venna menatapnya dari atas balkon dengan sembunyi-sembunyi sambil memeluk bunga yang diberikan Brian untuknya.

"Apakah aku harus bersabar jika dia sudah menjadi milikku. Bagaimana mungkin? Melihat dia hamil saja si bird tidak mau kompromi. Sabar Brian, jangan terlalu memaksanya." Ucap Brian sambil melihat wajah cantik Venna dari spion mobilnya.

"Aku akan mendapatkan kamu secepatnya, sayang. Aku mau ke rumah kedua orangtuaku untuk meminta mereka melamarmu." Gumam Brian yang begitu berat hati meninggalkan Venna.

Venna mengambil Boneka pemberian Brian dan memeluknya. Entah mengapa hatinya tiba-tiba sedih saat melihat mobil Brian menghilang dari pandangannya.

Sementara itu, Brian menghubungi Calvin dan Claire untuk menemaninya menjumpai kedua orangtuanya membahas pernikahannya dengan Venna. Pasangan itu berjanji untuk membantu Brian karena pria tampan itu akan mendapatkan masalah nantinya jika orangtua mereka tahu Brian telah memperkosa gadis itu.

Di mansion utama, tempat tinggal masa kecil Brian dan Calvin dibesarkan. Nyonya Carine menyambut putra kembarnya dan juga menantunya Claire dengan senang hati.

"Tumben kalian datangnya kompak?" Sindir tuan Muller.

"Karena putramu sudah ada yang naksir, father." Ucap Calvin.

"Akhirnya kamu laku juga son." Timpal tuan Muller.

"Father, Brian datang ke sini untuk meminta restu dan kesediaan father dan mami untuk melamar gadis itu agar bisa menikahkan kami secepatnya sebelum bayi kami lahir." Ucap Brian.

"Apa...? Jadi gadis itu sudah hamil? Apakah kamu yakin dia hamil anakmu?"

"Iya father."

"Jangan cepat percaya padanya. Bisa saja dia ingin menjebakmu karena kamu tampan dan mapan." Cegah tuan Muller.

"Kenapa baru sekarang kasih tahu mau nikah kalau dia sudah hamil besar?" Tanya nyonya Carine.

"Anak yang saat ini yang sedang dikandung Venna adalah anaknya Brian father." Ucap Brian.

"Mengapa kamu begitu yakin dan percaya saja pada wanita itu kalau itu anakmu."

"Karena Brian yang telah memperkosanya dan saat itu gadis itu masih virgin," jawab Brian

Duarrrr....

"Apaa...? Kamu memperkosa gadis itu hingga hamil?"

"Gara-gara pemerkosaan itu, Venna menjadi gila dan hampir bunuh diri karena tidak sanggup menerima kenyataan dirinya di jamah oleh pria yang tidak ia kenal dalam keadaan mabuk." Timpal Claire membuat wajah kedua orangtuanya tercengang.

"Memalukan! Apakah kamu ingin menjatuhkan reputasi keluarga kita karena naf*su bejadmu itu, hah?" Amarah tuan Muller seketika mencuat menghardik putranya Brian.

"Sudah father. Semuanya sudah terjadi. Tugas kita untuk secepatnya menikahkan Brian dan gadis malang itu."

"Apakah kamu sudah menemui gadis itu dan keluarganya untuk minta maaf?" Tanya tuan Muller.

Brian menceritakan semuanya kepada kedua orangtuanya dengan dibantu oleh Claire. Tuan Muller dan istrinya hanya bisa mendengus kesal mendengar cerita putranya.

"Yang penting, Brian bertanggungjawab atas perbuatannya pada putri dari keluarga tuan Grayson Anderson Cooper."

"Anderson Cooper? Bukankah itu sahabatnya ayah?" Gumam tuan Muller.

"Iya ayah. Venna adalah cucunya opa Anderson Cooper." Timpal Brian.

"Astaga. Apakah ini permainan takdir? Di mana mendiang ayah dan tuan Anderson sangat ingin menjodohkan kedua cucu mereka yaitu Brian dan Venna." Ucap tuan Muller yang ingat betul di saat-saat terakhirnya ayahnya masih meminta dirinya menenumui tuan Anderson untuk melamar cucu sahabatnya itu di Indonesia.

Sayangnya saat itu mereka lupa pesan terakhir tuan McCartney itu karena kesibukan mereka." Sepertinya ayahku mengingatkan aku dengan cara yang tidak di sangka-sangka." Batin tuan Muller.

"Kalau begitu, tidak usah menunggu minggu depan untuk melamar gadis itu. Besok malam kita harus ke rumah tuan McCartney untuk melamar cucunya. Tolong kabarin keluarga calon istrimu Brian!" Titah tuan Muller.

"Baik ayah. Tapi, kapan aku bisa menikahi Venna ayah?"

"Minggu depan." Timpal nyonya Carine.

Brian begitu bahagia karena ia bisa bersama dengan Venna setiap saat. Apalagi bulan depan Venna harus menjalani operasi sesar. Brian menghubungi tuan Gray untuk menyampaikan pesan pada mereka kalau keluarganya akan datang melamar Venna besok malam.

"Kenapa cepat sekali, Brian?" Tanya tuan Gray.

"Karena kedua orangtuaku sudah tahu Venna adalah putrinya ayah." Ucap Brian.

"Baiklah. Kami tunggu kedatangan kalian."

Keesokan malamnya, Venna sudah di dandanin secantik mungkin dengan gaun hamil yang sangat indah. Walaupun pikiran gadis itu belum pulih namun dia tidak mengamuk seperti yang sudah-sudah. Brian sudah memberitahukan keadaan Venna pada kedua orangtuanya, namun keluarga itu tidak mempermasalahkannya.

Tuan Anderson dan istrinya nyonya Leticia sangat bahagia saat mengetahui cucu mereka akhirnya bersanding juga dengan cucu sahabatnya. Peristiwa pemerkosaan itu sedikit terobati dengan berita baik ini.

Beberapa menit kemudian, keluarga Brian sudah tiba di kediaman Venna dan di sambut oleh keluarga Venna di mana tuan Anderson juga berada di situ. Rasa harunya tidak bisa ia sembunyikan karena ia tidak menyangka impian ia dan mendiang sahabatnya akan terwujud. Tuan Muller memeluk sahabat ayahnya itu.

"Akhirnya kita berbesan juga. Andai saja ayahmu masih hidup dia yang mungkin paling girang diantara kita karena dia yang melamar sendiri cucuku yang masih berada di dalam kandungan." Ucap tuan Anderson.

Nyonya Venny mengajak putrinya turun menemui calon mertuanya. Venna menuruti permintaan ibunya dengan pikirannya kosong. Dokter Claire juga ikut mendampingi gadis itu dengan segala persiapan medisnya.

Jantung Brian berdegup kencang saat melihat aura kecantikan Venna yang membuatnya terpakau. Terimakasih opa sudah memilih calon istriku dari gadis ini masih dalam kandungan." Batin Brian.

Terpopuler

Comments

Aisyah ais

Aisyah ais

next

2023-04-10

1

suti markonah

suti markonah

semangat thorr~

2023-04-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!