Di Bawah Langit Jingga
"Kepada malam, ajari aku untuk tetap mencintainya dalam diam, ajari aku untuk tetap bertahan dalam penantian jika dia memang takdirku, namun tolong lepaskanlah semua rasa untuknya dari hatiku jika ternyata dia tidak tertakdir untukku"
Langit yang pekat menjadi saksi, lolosnya air mata yang sudah tak mampu dia tahan. Monolog di hatinya terus berlanjut, bermunajat pada Sang Pencipta.
Liani Salsabila, kepergiannya ke negeri asing tidak lantas membuatnya mampu melupakan cintanya pada lelaki yang sudah berhasil mencuri hatinya.
Memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di negeri orang, bermaksud menghindar dari semua kenangan yang tak mampu membuat dirinya keluar dari rasa mencinta yang begitu dalam hingga menimbulkan luka yang menganga tatkala tak terbalas.
"Selamat menikmati sebuah kerinduan, tanpa adanya pertemuan"
Mungkin itu adalah ungkapan yang tepat untuknya selama dua tahun ini. Sibuknya rutinitas akademik yang ditempuhnya nyatanya tidak mampu membuatnya melupakan nama yang sangat ingin dia hapus dari hati dan pikirannya.
Semakin lama semakin terkenang setiap perhatian yang pernah diberikan oleh sang lelaki. Setiap kali ada yang mendekati, pikirannya langsung membandingkan. Lagi-lagi sang lelaki, Muhammad Ahsanul Amal menjadi standarnya.
"Kamu merindukannya?" pertanyaan seseorang semakin memantik rasa rindunya. Dia hanya mampu mengangguk lemah sebagai jawaban.
"Keindahan yang menyesakkan dada, namun percayalah setiap orang memiliki proses masing-masing untuk menuju akhir yang bahagia" wanita paruh baya yang terlihat awet muda itu merengkuh gadis berhijab jingga yang kini bergetar bahunya.
"Sudah dua tahun Umma, tapi kenapa di hati ini masih ada namanya?" bahu Liani kembali terguncang, mengingat betapa sulit dirinya untuk melupakan sosok yang dengan susah payah dia hindari dan tinggalkan.
"Bukalah hati dan pikiranmu. Sadari hikmah dari setiap hal yang tertakdir untukmu. Ingat, beban tidak akan salah memilih pundak, semuanya sudah diatur apik oleh Sang Pembuat Skenario"
"Sekarang cobalah membuka diri, mulai dari menentukan kriteria seperti apa yang kau harapkan untuk seseorang yang akan mendampingimu. Harus selektif memilih, dia tidak hanya akan menjadi teman hidupmu tetapi menjadi partner ibadahmu" nasihat dan pesan tulus kembali terlontar dari perempuan yang sudah dianggapnya sebagai ibu itu.
Selama di perantauan, Liani bersyukur sudah dipertemukan dengan orang yang seiman dan sefrekuensi dengannya. Jadilah kini mereka begitu dekat, saling mencintai dan menyayangi karena Allah hingga menumbuhkan saling peduli dan saling menjaga.
Wanita yang dipanggil umma itu pun mengurai pelukannya sesaat setelah Liani terlihat lebih tenang. Hari-hari santai yang dilaluinya menjelang kepulangan selalu dibumbui dengan tangis yang tak mampu ditahannya hanya karena sebuah kerinduan. Dan umma selalu menjadi pendengar yang baik untuk setiap kata yang terucap karena keresahan yang melanda hatinya.
"Mulai sekarang, simpan rindumu, simpan sampai pada saatnya Allah mengirimkan seseorang yang akan menerima dan merawat rindumu dengan sangat baik" Umma mengakhiri sesi sharing and caringnya, dia menghapus air mata yang masih tersisa di sudut mata Liani.
Malam ini adalah malam terakhir dia berada di negeri orang. Tiket pesawat pemberangkatan menuju Jakarta sudah siap mengantarnya ke tanah air tercinta.
"Mengenalmu tanpa sengaja, mencintaimu secara tiba-tiba, mengikhlaskanmu secara terpaksa, lalu melupakanmu dengan air mata. Itulah yang aku rasakan tentangmu Kak" Liani kembali bermonolog dalam hatinya.
Pagi waktu di sana telah menyapa, Liani sudah bersiap untuk pergi ke bandara. Umma dan teman se-asramanya siap mengantar Liani menuju bandara.
"Hiduplah dengan baik, sebuah sekolah sudah menanti baktimu. Nanti akan ada keponakan umma yang menjemputmu di bandara sana. Dia dipercaya orang baik untuk mengelola yayasan miliknya di Jakarta, semoga kamu bisa menemukan hidup barumu di tempat itu" ucap umma dengan penuh kelembutan sambil merangkul Liani dan berjalan beriringan menuju mobil yang sudah siap membawa mereka ke bandara.
Sebelumnya Liani disodorkan dua pilihan, dia menjadi pengajar di universitas tempatnya menuntut ilmu dan tetap berada di negeri orang atau kembali ke tanah air dan mengamalkan ilmunya untuk turut mengelola sebuah yayasan yang juga menjadi salah satu sponsor beasiswanya.
Dengan berbagai pertimbangan juga mendapatkan masukan dari beberapa orang yang memang cukup dekat dengannya, Liani akhirnya memutuskan untuk kembali ke tanah air. Dia memilih akan menetap di Jakarta dan mengabdi di sebuah yayasan yang sudah merekrutnya. Berharap semua hal yang pernah dilaluinya di masa lalu tidak ditemukan di tempat baru nanti.
"Terima kasih banyak umma, terima kasih atas semua kebaikan umma padaku selama ini. Semoga Allah selalu menjaga dan melindungi umma dimanapun berada" do'a tulus Liani ucapkan untuk orang yang selalu bersama dan memahaminya selama berada di negeri asing itu.
"Aamiin, do'a yang sama untukmu juga putriku" mereka saling berpelukan, umma memang tidak akan mengantar sampai bandara karena harus menerima kunjungan tamu yang akan datang ke asrama.
"Hati-hati di jalan ya, jaga diri baik-baik" pesan terakhir umma pun mengantar kepergian Liani bersama empat orang rekannya yang akan turut mengantar ke bandara.
Tepat menjelang senja Liani pesawat yang membawa Liani mendarat di tanah air. Dengan menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan Liani mulai berjalan, menginjakan kembali kakinya untuk pertama kali di tanah air tercinta setelah dua tahun berada di negeri orang. Dia berjalan menarik koper dan menggendong ranselnya menuju pintu keluar dimana orang yang menjemputnya sudah menunggu.
"Mbak Liani Salsabila?" seorang pemuda tampan berperawakan tinggi tegap dan berpakaian formal jas lengkap dengan dasinya datang menghampiri.
"Iya, saya Liani Salsabila. Anda...?" Liani membenarkan ucapan pemuda itu,
"Alhamdulillah, saya Fajar Mbak. Saya diminta Bu Aisyah untuk menjemput Mbak" jawab pemuda itu sopan, Liani mengira pasti pemuda di hadapannya itu lebih muda darinya.
"Mas Fajar ini keponakan Umma Aisyah ya?" Liani bertanya untuk sekedar memastikan, sebenarnya dia sudah tahu jika orang yang akan menjemputnya adalah keponakan Bu Aisyah, wanita yang lebih akrab dipanggilnya Umma.
"Benar Mbak, saya keponakannya Uwa Aisyah" jawab Fajar sambil meraih gagang koper milik Liani yang ada di hadapannya.
"Oh iya, terima kasih ya sudah menjemput dan membantu saya" Liani berterima kasih sekali pada Fajar, dia bersyukur selalu dipertemukan dengan orang-orang baik dimanapun dia berada.
"Sama-sama, Mbak. Saya senang akhirnya orang baru yang dijanjikan pihak yayasan sudah datang. Pembangunan asrama putri sudah hampir selesai, beberapa minggu lagi target peresmiannya. Kedatangan Mbak Liani sangat pas sekali" Fajar terlihat mengakrabkan diri dengan Liani, sebelumnya dia sudah mendengar banyak hal tentang gadis yang berdiri di hadapannya itu dari uwanya, sehingga merasa sudah cukup mengenal Liani. (uwa panggilan di Sunda untuk kakak dari ibu atau ayah kita)
"Alhamdulillah, semoga ke depannya kita bisa bekerja sama dengan baik dan tidak menyia-nyiakan kepercayaan pihak yayasan" ucap Liani dengan mengulas senyum,
"Aamiin" balas Fajar yang juga tersenyum menatap Liani.
Mereka pun berjalan beriringan menuju tempat mobil yang dikendarai Fajar diparkirkan.
"Semoga kepulanganku ini adalah keputusan yang tepat. Aku yakin sesalah apapun keputusan, tanggung jawab akan membuatnya lebih baik. Aku harus siap menerima apapun konsekuensi dari keputusanku untuk kembali ke tanah air. Seberat apapun sebuah konsekuensi, tekad yang kuat akan membuatnya lebih ringan. Karena serumit apapun persoalan hidup, kebijaksanaan akan membuatnya lebih sederhana dan sebesar apapun sebuah tantangan hidup keberanian akan membuatnya lebih kecil. Sebanyak apapun masalah yang kelak akan aku hadapi, kedewasaan akan mampu memaknainya dengan indah. Laa takhaf walaa tahzan, innallaha ma'ana."
Liani terus menyugesti dirinya, dia tidak mau hatinya kembali lemah. Tekadnya kuat, akan meninggalkan masa lalunya untuk tetap di belakang dan dia akan fokus pada masa depan yang membentang di hadapannya.
"New life, new hope!" serunya pelan,
☘️☘️☘️
Mampukan kali ini Liani benar-benar melupakan masa lalunya dan memulai kehidupan baru di tempat baru dengan orang-orang baru?
Nantikan kisah Liani dan Ahsan selanjutnya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
SUKARDI HULU
Nih sudah mampir kk, jangan lupa mampir juga y❣️🫰🙏
2023-09-19
1
🥑⃟Riana~
Wah,baru baca bab pertama,kek nya bakal seru..
2023-08-05
1
@ £I£I$ Mυɳҽҽყ☪️
assalamualaikum kak author, mampir di sini
kok bab nya sudah panjang yah...😀😀
enak sih jadi bisa baca maraton 😁
2023-07-20
1