Tidak ada yang salah dengan rasa mencintai, semua orang yang memilikinya tidak dapat mengelak dari rasa yang sudah Allah titipkan untuk tumbuh di hati setiap insan. Hanya saja ada yang mampu mengekspresikannya dengan ungkapan langsung, ada juga yang menunjukkannya hanya dengan perbuatan, tetapi ada juga yang tetap memilih menyimpannya, karena berpikir rasa itu akan tetap indah tanpa harus diungkapkan.
Fajar menghembuskan nafasnya perlahan, beberapa detik tubuhnya seperti tidak menginjak bumi. Kesadarannya mulai kembali ketika Naura kembali menyadarkannya dari lamunannya.
"Ustadz tidak perlu menjawab sekarang, ada proses yang harus dilalui dari pengambilan sebuah keputusan. Saya sengaja mengajak Halimah untuk menjadi saksi saat saya mengatakan ini. Ke depannya, apapun jawaban ustadz saya pastikan saya akan baik-baik saja, Halimah yang akan menjadi saksinya."
"Kalau begitu kami permisi, maaf sudah mengganggu waktu berharga Ustadz" Naura menggandeng lengan Halimah, mengajaknya berdiri bersama untuk segera keluar dari ruangan yang sudah membuatnya terasa sesak sekaligus lega dadanya itu.
"Tunggu!" baru saja Naura dan Halimah beranjak dari duduknya, Fajar bersuara dengan mencegah kedua gadis yang akan pergi itu.
"Silahkan duduk dulu, kita selesaikan masalah ini sekarang juga" lanjut Fajar dengan nada bicara formal dan serius.
Naura dan Halimah pun duduk, wajah tegang dari kedua gadis itu sangat terlihat jelas. Kedua duduk dengan badan hang tegak menunggu jawaban yang akan menjadi keputusan Fajar.
Fajar menarik nafasnya dalam, dengan intens dia menatap gadis cantik yang dulu pernah mencuri hatinya, namun dia sadar diri siapa dirinya. Dengan usaha yang kuat diapun menepis dari rasa yang hadir dalam hatinya untuk gadis itu. Tapi bagaimana bisa sekarang justru gadis itu yang datang sendiri padanya, mengungkapkan rasa gang dulu juga pernah dia miliki untuk gadis itu.
Andai apa yang terjadi hari ini terjadi di masa lalu betapa dia menjadi laki-laki yang sangat beruntung, ternyata rasanya tidak hanya sepihak. Tapi sekarang dia sudah terlanjur memantapkan diri untuk segera melamar gadis lain.
"Naura, terima kasih atas kejujuran kamu dan keberanian kamu mengatakan semuanya. Saya tahu itu tidak mudah, saya sangat merasa tersanjung sekali." Fajar berbicara dengan menatap Naura lekat,
"Tapi..." seperti ada sesuatu yang menghalanginya untuk berucap, Fajar kembali terdiam.
Naura yang sejak tadi menunduk karena sadar Fajar sedang menatapnya seketika mendongak ketika laki-laki itu menghentikan bicaranya.
"Tapi apa Ustadz?" Naura tidak mau digantung, dirinya butuh kepastian. Sejak awal dia sudah menyiapkan hati akan berbagai kemungkinan yang terjadi, apapun jawaban Fajar dia akan siap menerima dan ikhlas.
"Tapi sudah ada gadis lain yang menjadi tujuanku dan sebentar lagi aku akan melamarnya. Maaf Naura" ucap Fajar dengan perasaan tidak enak, sungguh dia tidak tega mengatakannya namun inilah kenyataannya. Fajar tidak mau memberi harapan dengan menunda jawaban, diapun tidak ingin hal ini berpengaruh pada rencananya dengan Liani.
Naura memejamkan matanya, dia pun kembali menunduk. Jawaban Fajar sudah ada dalam perhitungannya, tetapi tetap saja ada rasa sakit yang menyelinap dalam dada dan ternyata tak mampu untuk dia redam.
Kenyataan yang baru didengarnya sedikit mengejutkannya, Naura tidak menyangka jika Fajar sudah punya tambatan hati. Selama ini gadis itu mengenal Fajar dengan baik, mereka bahkan sering bersama. Belum pernah sekali pun Naura melihat Fajar dengan seorang wanita, tapi ternyata dia akan segera melamar gadis tambatan hatinya itu. Kenyataan yang selain mengejutkan ternyata menyakitkan untuknya yang baru saja mengerahkan segenap keberaniannya untuk mengungkapkan isi hatinya pada laki-laki itu.
"Baik Ustadz, terima kasih atas jawabannya. Kalau begitu saya permisi. Ayo Halimah kita pergi" Naura berusaha bersikap biasa, dengan wajah tenang dan senyum manis di bibirnya dia pamit dan hanya dijawab dengan anggukan kepala oleh Fajar. Dalam hati ada perasaan tidak enak yang semakin menggebu. Rasanya dia seperti sudah sangat menyakiti hati Naura. Dengan tatapan sendu Fajar mengantar kepergian Naura yang semakin menjauh hingga menghilang di balik pintu ruangan kerjanya.
Cinta, entah siapa yang merasakannya dia tetap menjadi misteri.
☘️☘️☘️
Sementara di waktu yang bersamaan namun tempat yang berbeda, Ahsan tengah menikmati secangkir kopi yang dipesannya di kafe yang masih menjadi bagian dari usaha yayasan.
Kafe itu adalah salah satu cabang toko kue Rahma yang sekarang tidak hanya menyediakan aneka kue namun juga kopi dan aneka minuman lainnya. Setelah menikah dengan Tama, Rahma memang hanya fokus pada usaha toko kuenya, dia pun melebarkan usahanya dengan membangun toko kue itu menjadi kafe yang banyak diminati oleh para kaula muda.
Saat ini sudah ada dua cabang yang dibangunnya, salah satunya di komplek yayasan dan yang satunya lagi di Bandung.
Ahsan duduk seorang diri, dia memainkan bibir cangkir kopi yang masih mengepul asap itu. Hari ini dia ada jadwal kelas sore, sengaja datang lebih awal karena akan bertemu dulu dengan sahabatnya Arga, sengaja memilih kafe itu untuk tempat pertemuan mereka.
Di sela-sela menunggu tanpa sengaja dia melihat Liani ada di sebrang kafe itu. Gadis itu tampak tersenyum manis, memakai warna favoritnya, gamis hitam dengan kerudung merah marun membuat gadis itu semakin terlihat cantik di mata Ahsan. Dia berjalan bersama beberapa rekannya, sepertinya mereka pun akan menuju tempat yang sama.
Benar saja, Liani dan rombongan kini tengah memasuki kafe itu, Liani terdengar menjelaskan tentang kafe itu, rupanya rombongan itu adalah tamu yang sedang melakukan studi banding ke yayasan mereka.
Meja panjang dengan banyak kursi pun sudah tersedia di sana untuk menyambut tamu yang Liani bawa. Di sana mereka pun disuguhi aneka makanan dan minuman yang menjadi best seller kafe itu.
Band pengiring pun mulai memainkan musiknya untuk menemani para tamu. Sebuah lagu yang entah sadar atau tidak telah membuat Ahsan terhanyut pada penyesalan yang mendalam.
Kalau harus ku mengingatmu lagi
Aku takkan sanggup dengan yang terjadi pada kita
Jika melupakanmu hal yang mudah
Ini takkan berat, takkan membuat hatiku lelah
Kalah, kuakui aku kalah
Cinta ini pahit dan tak harus memiliki
Jika aku bisa, ku akan kembali
Ku akan merubah takdir cinta yang kupilih
Meskipun tak mungkin, walaupun ku mau
Membawa kamu lewat mesin waktu
Jika melupakanmu hal yang mudah
Ini takkan berat, takkan membuat hatiku lelah
Panjang perjalanan yang harus kulalui
Merelakanmu
Jika aku bisa, ku akan kembali
Ku akan merubah takdir cinta yang kupilih
Meskipun tak mungkin, walaupun ku mau
Membawa kamu lewat mesin waktu, ho-uh-oh
Wo-uh-oh
Jika aku bisa, ku akan kembali
Ku akan merubah takdir cinta yang kupilih
Meskipun tak mungkin, walaupun ku mau
Membawa kamu, oh-oh
Jika aku bisa, ku akan kembali
Ku akan merubah takdir cinta yang kupilih
Meskipun tak mungkin, walaupun ku mau
Membawa kamu lewat mesin waktu
Sumber: Musixmatch
Tanpa sadar, sejak kedatangan Liani ke kafe itu Ahsan tidak mengalihkan pandangannya dari gadis berkerudung merah marun itu. Ada rasa tenang di hati Ahsan saat menatapnya, rasa yang selalu dia rasakan ketika bersama Liani sejak dulu.
Ahsan tidak mengerti mengapa dirinya baru menyadari jika di hatinya sebenarnya sudah dipenuhi gadis itu sejak dulu.
Aah...lagi-lagi, cinta itu adalah misteri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
mama oca
saya baca sambil nyanyi jadinya kak...ssedih banget seandainya waktu bisa diulang ..semua mungkin ga seperti sekkarang...tapi seemua harus diijalani dengan iklas, benerkan kang ahsan?
2023-08-03
2
Yhanie Shalue
aku jd tambah baper kak Laila gara 2 laguy mesin waktu 😌liani jodohnya sm ahsan aj kak kasian blm nikah sdr temen2nya udh smua loh😀
2023-08-03
1
Evi Ambon
makasih upnya thor
2023-08-03
1