Aku Rindu

"Ya Allah apa ini? kenapa Kak Ahsan ada di sini? bagaimana jika istrinya tahu? bagaimana jika Kang Fajar juga tahu?"

"Ya Allah, tolong yakinkan aku bahwa semuanya akan baik-baik saja, genggam tanganku untuk melewati semuanya, termasuk menerima sesuatu yang tidak aku inginkan."

"Yang Maha membolak balikan hati, mungkin air mataku sering menetes, tapi sungguh aku tidak pernah menyesali takdir, mungkin keluhku sering kali terdengar tapi sungguh aku tidak pernah mengutuk apa yang ada. Aku tahu semua yang terjadi atas kendali-Mu, maka tolong peluk aku jika sesuatu terjadi tidak seperti yang aku inginkan."

Liani bermunajat dalam hatinya, belum ada sepatah kata pun yang mampu terucap oleh lisannya. Dia benar-benar masih syok dengan kehadiran orang yang selama ini hanya ada di hati dan pikirannya.

"Aku....."

"Assalamu'alaikum" belum sempat Liani menjawab pertanyaan yang dilontarkan Ahsan padanya, ucapan salam seseorang yang tidak asing di telinga Liani pun menyapa.

"Wa'alaikumsalam" Ahsan dan Liani kompak menjawab, mereka pun langsung menoleh ke arah sumber suara.

"Kang Ahsan kapan datang? Maaf saya tidak tahu jika kami akan kedatangan tamu istimewa." Fajar datang dengan wajah sumringah, heran sekaligus senang karena kedatangan tamu istimewa yang merupakan kolega atasannya.

Tidak ingin terlihat canggung Ahsan pun segera mengalihkan fokusnya ke arah Fajar yang baru datang, dia menerima uluran tangan Fajar untuk bersalaman. Obrolan pun akhirnya terjadi antara keduanya, tentu dengan Liani yang berada di antara mereka.

Derrt....derrt....derrt....

Ponsel Ahsan bergetar, setelah melihat nama Tama terpampang yang menghubunginya Ahsan pun meminta izin untuk terlebih dahulu menerima panggilan.

Tak lama, dia pun pamit untuk menemui Tama yang saat ini sudah berada di ruangannya.

"Jika mati satu tumbuh seribu, lantas mengapa seribu yang datang tidak dapat menggantikan satu yang hilang." batin Liani, dia menatap kepergian Ahsan dengan hati yang terasa hampa.

☘️☘️☘️

Matahari semakin merangkak naik, suasana hari yang cerah di akhir pekan memberi energi semangat yang luar biasa bagi para karyawan yang sebentar lagi akan mengakhiri waktu kerjanya dan menghabiskan weekend dengan orang-orang terkasih. Untuk hari Sabtu kantor yayasan hanya beroperasional sampai pukul empat belas, tentu para karyawan punya waktu luang untuk dihabiskan dengan orang-orang terkasih.

Setelah pertemuannya dengan Ahsan yang secara tiba-tiba pagi tadi, Liani belum mampu mengusir pikirannya tentang laki-laki itu. Dia merasa usahanya selama hampir tiga tahun ini nyatanya sia-sia, melupakan orang yang pertama kali singgah di hatinya dan belum mampu tergantikan itu ternyata sangatlah tidak mudah bagi seorang Liani.

Belum pernah merasa jatuh cinta, dan di saat jatuh cinta ternyata seolah bertepuk sebelah tangan. Sakit, ingin mengakhiri tanpa membenci namun cinta yang dimiliki jauh mengalahkan semuanya. Terbukti saat bertemu, hatinya masih merasakan hal yang sama seperti beberapa tahun yang lalu.

"Sedang apa Kak? Aku lihat sejak tadi kakak melamun aja. Ada masalah? Mau cerita? Siapa tahu aku bisa bantu, ya...minimal jadi pendengar yang baiklah" cerosos Naura yang saat ini tengah bersama Liani menikmati makan siang di ruang makan karyawan.

"Hah...gimana gimana?" Liani terlihat gugup, walau tampak sedang menikmati makanannya namun pikirannya tidak bisa beralih begitu saja.

"Tuh kan kakak melamun lagi" Naura mengerucutkan bibirnya karena omongannya yang panjang kali lebar ternyata tidak didengar oleh Liani.

"Hehe...maaf maaf. Apa tadi? Coba ulangi!" pinta Liani dengan menampilkan wajah penuh sesal karena sudah mengabaikan rekan yang sudah dianggap seperti adiknya sendiri itu.

"Kakak kenapa melamun, ayo cerita sama aku" ulang Naura di persingkat dengan wajah yang masih cemberut membuat Liani terkekeh.

"Kakak gak apa-apa, hanya kepikiran tentang pekerjaan aja" bohong Liani, dia tidak ingin masalah pribadinya diketahui orang lain.

"Oh...baiklah. Oya Kak, hari ini Kak Shanum dan Kak Akhtar mau datang ke Jakarta lho" ujar Naura mengalihkan pembahasan.

"Oya?" tanya Liani sedikit tersentak, hatinya kembali menerka.

"Shanum, Kak Ahsan, apa mereka janjian bertemu di sini?" terka Liani dalam hatinya.

"Kata Kak Shanum nanti malam ada undangan resepsi pernikahan temannya di sini." jelas Naura lagi,

"Oh begitu" tanggapan Liani singkat,

Sore hari kembali Liani mengisi waktu senggangnya berada di taman yang tidak jauh dari area masjid, hari libur suasana yayasan memang tampak sepi. Hanya beberapa karyawan yang memilih mukim yang tetap berada di lingkungan yayasan termasuk salah satunya Liani. Biasanya Liani selalu bersama Naura, tapi sore ini gadis itu bilang ada kegiatan di luar yayasan.

"Sendirian?" suara seseorang kembali mengagetkan Liani yang sedang fokus dengan laptopnya, jantungnya berdetak kencang, selain karena kaget juga karena dia tahu siapa pemilik suara yang menyapanya barusan.

"Kak Ahsan belum pulang?" tanya Liani berbasa basi, suasana hatinya kembali kacau saat mereka kini berdekatan.

"Bagaimana aku bisa pulang, sedangkan tujuan utamaku belum tercapai." jawab Ahsan santai dengan senyum khasnya.

"Kenapa kakak ada di sini?" Liani akhirnya bisa menguasai keadaan hatinya. Dia berusaha menyembunyikan keterkejutan dan kegugupannya saat ini.

"Aku? Jelas untuk menemui kamu" jawab Ahsan tetap santai, dia masih tak mengalihkan pandangannya dari gadis yang selama ini dicarinya.

"Jangan bercanda Kak, aku tidak sepenting itu." gumam Liani pelan tanpa mengalihkan tatapannya dari layar laptop, namun terdengar jelas di telinga Ahsan membuat pria itu terkekeh.

"Siapa bilang, kamu sangat penting" ujar Ahsan menanggapi Liani yang kentara kegugupannya itu dengan santai.

"Maksudku, dari mana kakak tahu aku berada di sini?" tanya Liani lagi, melihat Ahsan yang tampak santai Liani pun mulai santai menyikapinya.

"Langkah kakiku yang telah membawaku ke tempat ini. Selama ini arahku tidak jelas, kemana pun kakiku melangkah tak juga kutemukan keberadaanmu di sana. Sekarang, semesta rupanya berpihak kepadaku hingga akhirnya aku bisa menemukanmu" jawab Ahsan panjang lebar, sejak dulu laki-laki itu memang sangat pandai merangkai kata. Tak jarang banyak wanita yang salah faham karena selalu diperlakukan baik olehnya.

"Ckk .." Liani berdecak, sekesal apapun dirinya pada Ahsan dia tetap tidak bisa lepas dari pesonanya.

"Kenapa? Kangen ya?" Ahsan semakin menggoda Liani,

"iih...apaan sih kak" elak Liani, dia kembali berwajah datar dan sedikit ketus berbicara.

"Oh tidak ya? Jadi hanya aku aja yang kangen?" Ahsan semakin menggoda Liani, walaupun sejujurnya memang itu yang dia rasakan.

Deg ... Candaan Ahsan kembali berhasil membuat degup jantung Liani bertambah dua kali lipat, dia tak menyangka Ahsan akan menjawab seperti itu. Entah jujur atau sekedar bercanda tapi yang pasti mampu membuat Liani berdebar tak karuan.

"Kak, jangan bercanda. Sekarang katakan kenapa kakak ada di sini? dan ada keperluan apa?" Liani kembali berbicara serius dia berkata tegas dengan tatapan yang kini tertuju pada Ahsan.

"Aku tidak bercanda, kedatanganku ke tempat ini untuk menemuimu. Aku mengetahui keberadaanmu dari seorang teman setelah sebelumnya kita sudah pernah bertemu. Eumh...tepatnya aku yang melihatmu. Aku melihatmu di pesta pernikahan Tama dan Rahma waktu itu." jelas Ahsan membuat Liani membulatkan matanya, ternyata bukan hanya dia yang melihat Ahsan tapi juga Ahsan pun melihat dirinya.

"Waktu itu aku tidak langsung menyapa, karena kamu pergi begitu saja. Naura bilang kalau keadaan kamu sedang kurang enak badan jadi pulang suluan." Ahsan menjelaskan informasi yang didapatkannya saat itu.

"Sekarang aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, aku mau bertanya kenapa waktu itu kamu pergi tanpa pamit padaku? Apa setidak berharga itukah aku buat kamu?" pertanyaan Ahsan sontak membuat Liani tersentak, dia mendongak dan menatap laki-laki itu penuh tanya.

"Kamu mau balas dendam dengan meninggalkan dan bersembunyi dari aku? Sekarang cukup ya sembunyinya." Ahsan masih terus berbicara, dia bisa menangkap keterkejutan Liani karena ucapannya.

"Maksud Kakak apa?" tanya Liani yang masih bengong,

"Kamu tahu, selama ini aku menunggumu, menunggumu dengan cara tidak mengganggu. Sekarang jawab pertanyaanku, kenapa kamu pergi tanpa pamit padaku?" ucap Ahsan lagi, dia mengubah posisi duduknya menjadi menyamping dari Liani,

Liani menarik nafasnya dalam, sejenak dia memejamkan mata. Dalam hati dia berkata, mungkin inilah saatnya untuk memperjelas semua.

"Aku pergi, karena ada mimpi yang harus aku kubur. Ada harapan dan keinginan yang juga harus aku lepaskan. Aku ingin bebas, bebas dari segala rasa yang menyakitkan." Liani tertunduk, menyembunyikan wajah yang tiba-tiba memanas, air mata tak mampu dibendungnya, hingga menetes membasahi buku yang ada di atas pangkuannya.

"Huft...." Ahsan membuang nafasnya kasar, sekilas melirik Liani dengan air matanya, hatinya sakit.

"Sebenarnya banyak hal yang ingin aku tanyakan dan katakan padamu saat kita bertemu, tapi sepertinya lidahku kelu" karena Liani tak kunjung melanjutkan pembicaraan, Ahsan akhirnya kembali bersuara.

"Jadi kupersingkat saja, aku rindu."

Deg...

Terpopuler

Comments

Yayuk Bunda Idza

Yayuk Bunda Idza

nama kak Ahsan mirip sepupu q hehehehe

2023-07-20

2

Yayuk Bunda Idza

Yayuk Bunda Idza

Dutch....apa kabar jantung? semoga gak rontok ya ...

2023-07-20

1

Evi Ambon

Evi Ambon

jadi ikutan deg2an
bikin orang jantungan aja Aksan ini

2023-07-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!