Pertemuan yang berakhir tanpa ucap itu ternyata selesai begitu saja. Kejujuran keduanya perihal rasa yang selama ini bersemayam di hati dua insan yang terhalang jarak, ruang dan waktu itu nyatanya tidak mampu membuat mereka akhirnya bersatu.
Terlalu banyak hal yang menjadi pertimbangan hingga akhirnya kesalahfahaman yang telah terurai pun masih membuat keduanya harus kembali mengorbankan perasaan masing-masing.
Liani merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, langit-langit kamar seolah menjadi objek yang menarik untuk ditatap. Pikirannya menerawang, memutar ulang semua kejadian hari ini. Mulai pertemuan pertamanya dengan Ahsan, kedatangan Fajar di sela-sela obrolan canggung mereka, sampai akhirnya kembali berkesempatan mengobrol berdua dengan Ahsan.
Kenyataan yang baru diketahuinya perihal status Ahsan, sejujurnya sangat mengganggu hati dan pikirannya. Kemantapan hati untuk menerima Fajar dalam hidupnya mulai kembali tergoyahkan. Ada rasa gelisah yang langsung merebak dalam dada, tak bisa dipungkiri jika rasa yang selama ini dikubur dalam ruang penglupaan yang gelap gulita seolah menemukan titik terang untuk merebak hingga kembali bebas mengisi setiap dinding hati.
"Yaa Rabb...." hanya kalimah itu dan hembusan nafas panjang memungkas lamunannya malam itu, seiring dengan mata yang terpejam di tengah berisiknya pikiran tentang alur kehidupan cintanya.
Tidak jauh beda dengan Liani, di tempat yang berbeda sepuluh menit yang lalu Ahsan baru saja tiba di rumah dinas yayasan di Bandung. Setelah shalat maghrib Ahsan pamit pada Tama dan Rahma, dia memutuskan untuk kembali ke Bandung saat itu juga.
Entah kebetulan atau memang kebiasaan mereka yang sama, di saat Liani anteng memandang langit-langit kamarnya dengan pikirannya yang selalu berisik tentang pertemuannya dengan Ahsan begitupun dengan Ahsan.
Pakaian yang dipakainya masih sama bahkan kaos kakinya pun masih belum di lepas. Setelah memarkirkan mobilnya dia melepas sepatu tanpa menyimpan di tempatnya. Ahsan langsung menuju kamar dan merebahkan tubuh lelahnya setelah berkendara dua jam lamanya.
Langit kamar pun menjadi pemandangan yang menarik untuk ditatap. Pikirannya memutar kembali semua kejadian yang dialaminya hari ini. Menerka-nerka andai dirinya tidak terlambat menemui Liani, andai dirinya memberi kepastian pada gadis itu sejak dulu, andai dirinya mengikat gadis itu dengan ungkapan cintanya, andai dirinya tidak terlena dengan persahabatannya dengan Suraya, mungkin saat ini sakitnya patah hati tak akan dirasakan olehnya. Mungkin saat ini dia sudah hidup bahagia bersama Liani, seperti Akhtar yang sudah bahagia hidup dengan Shanum dan memiliki anak-anak yang lucu dan menggemaskan.
"Liani Salsabila, maafkan aku" dengan mata terpejam Ahsan bergumam. Tanpa terasa ujung matanya mengeluarkan air mata yang membasahi pipi bahkan sampai ke bantal.
"Yaa Rabb, aku menginginkannya" ucapnya lirih dengan isak yang tertahan karena rasa sesak yang menyeruak dalam dada, setiap bayangan kebersamaannya dengan Liani di masa lalu satu persatu melintas di benaknya. Ahsan semakin menyesali karena telah mengabaikan bahkan menyia-nyiakan ketulusan cinta Liani.
☘️☘️☘️
Hari-hari pun berjalan seperti biasanya, Liani sibuk dengan rutinitasnya mengajar di tingkat Sekolah Menengah Atas di yayasan itu. Selain itu diapun sebagai pimpinan asrama putri tengah disibukkan pula dengan pembinaan siswa baru yang menghuni asrama.
Pembangunan asrama sudah selesai, mulai tahun pelajaran ini semua siswa tingkat menengah pertama dan menengah atas yang bersekolah di yayasan Baitur Rahmah wajib tinggal di asrama. Selain itu pembangunan universitas pun masih berlangsung, perkiraan satu bulan lagi pembangunannya selesai dan siap digunakan oleh mahasiswa baru. Liani tidak terlibat dalam prosesnya, hanya saja Fajar pernah memintanya untuk bersiap menjadi salah satu dosen di sana.
"Maaf ya!" sore itu di sela-sela kesibukannya selama beberapa minggu ini Fajar sengaja menyempatkan diri untuk mengajak Liani bertemu.
Saat ini mereka tengah berada di sebuah cafe yang tidak jauh dari yayasan, Fajar sengaja mengajak Liani bertemu di luar komplek yayasan agar lebih leluasa dan santai saat berbicara. Mereka pun datang terpisah, Fajar sudah lebih dulu sampai sementara Liani masih harus menyelesaikan tugasnya di yayasan.
"Maaf untuk apa Kang?" tanya Liani, obrolan mereka pun terjeda karena kedatangan seorang pramusaji mengantarkan pesanan mereka.
"Terima kasih" ucap Fajar pada pramusaji itu, sementara Liani hanya tersenyum dengan sedikit anggukan kepala.
"Kamu yakin hanya memesan minuman?" secangkir hot vanilla menjadi pesanan Liani sore itu dia menolak saat Fajar hendak memesankan makanan yang sama dengannya.
"Yakin, aku belum lapar. Makan siangku sangat cukup tadi." jawab Liani santai, tangannya mengaduk aduk minumannya dengan sendok.
"Kalau begitu aku izin makan dulu ya, tadi siang aku gak sempat makan" Fajar terkekeh saat mengatakannya, perutnya sudah sangat keroncongan diapun tanpa ragu langsung mengeksekusi makanan yang sudah terhidang di hadapannya.
"Kenapa bisa gak sempat makan?" tanya Liani penasaran, dia melihat Fajar sangat lahap menikmati makanannya.
"Tadi ada pertemuan dengan beberapa klien, aku harus membersamai Pak Tama" setelah menelan makanannya Fajar pun menjawab.
"Harusnya jangan seperti itu, makan siang itu penting. Hari masih panjang untuk dilewati kita perlu asupan energi agar bisa menjalani hari selanjutnya dengan baik" entah sadar atau tidak Liani mengoceh tanpa jeda, membuat Fajar yang sedang menikmati makanannya tersenyum-senyum sendiri.
"Lagian tadi kan bareng Pak Tama, emangnya Pak Tama juga gak makan siang gitu?" Liani terus mengoceh, dia tidak sadar jika saat ini Fajar sedang menatapnya dengan senyum terkulum.
"Kenapa? Kenapa malah senyum-senyum?" sadar dirinya ditatap Fajar, Liani pun sedikit meninggikan intonasi bicaranya dengan menegur Fajar.
"Aku bahagia" jawab Fajar santai, dia pun kembali melanjutkan menikmati makanannya.
"Baguslah kalau bahagia, ternyata bahagia itu sederhana ya, mendapatkan makanan saat perut lagi lapar sungguh kebahagiaan yang hakiki" sindir Liani yang membuat Fajar akhirnya tergelak dengan menutup mulutnya dengan tangan karena sedang mengunyah.
"Malah ketawa lagi, nanti kesedak lho" ujar Liani mengingatkan,
"Habis Mbak lucu sih"
"Lucu apanya? Emangnya aku ngelawak gitu?" ketus Liani, dia mulai menikmati minumannya yang mulai menghangat.
"Haha...." Fajar akhirnya tidak bisa menahan tawanya, untung saja makanan di mulutnya sudah habis.
"Mbak, aku sedang makan lho...sunnahnya itu tidak makan sambil berbicara tapi...."
"Oke stop, maaf, aku akan diam" potong Liani yang mengerti arah pembicaraan Fajar, dia pun kembali menikmati minumannya sementara Fajar melanjutkan makanannya yang terjeda karena obrolannya dengan Liani.
Kurang dari sepuluh menit Fajar pun sudah menyelesaikan makannya, dia meminta pramusaji untuk membereskan meja dan menyajikan dessert yang dipesannya.
"Alhamdulillah, sekarang energiku sudah bertambah" ucap Fajar dengan senyum menghiasi wajahnya menatap Liani yang menatapnya dengan wajah datar.
"Terima kasih ya" lanjutnya, membuat Liani kembali menautkan kedua alisnya. Laki-laki di hadapannya itu selalu membuat teka-teki, tadi meminta maaf sekarang berterima kasih.
"Untuk apa?" tanya Liani akhirnya,
"Untuk perhatian Mbak ke aku, aku sangat bahagia mendapat perhatian seperti tadi, berasa dapet perhatian dari istri" kekeh Fajar membuat Liani pun tersipu, dia memalingkan wajahnya tidak mau ketahuan jika pipinya tiba-tiba memanas.
"Aku senang mendengan omelan Mbak, makasih ya"
"Aku hanya mengingatkan, jangan sampai gara-gara telat makan kamu sakit dan akan banyak pekerjaan yang terbengkalai" Liani bicara acuh, dia bahkan menghindar bertatapan dengan Fajar.
"Baik calon istri, akang akan mengingat selalu nasehatmu" Fajar berbicara di akhiri kekehan, dia sungguh sangat bahagia hari ini. Bertemu dengan Liani menjadi keputusan yang tepat karena sepertinya gadis itu sudah menjadi pelepas lelah dan penghilang capek untuk Fajar.
"Baiklah, sekarang apa yang ingin akang sampaikan? Kenapa mengajak aku bertemu di luar?" Liani mulai kembali ke tujuan awal pertemuan mereka, keduanya pun mulai merubah suasana lebih serius untuk membicarakan hal penting sesuai pesan yang dikirim Fajar pada Liani.
"Maaf, sebelumnya aku mau meminta maaf. Rencana untuk menemui keluargamu harus tertunda karena kesibukan di yayasan maupun perusahaan akhir-akhir ini." Fajar menghela nafasnya, ada rasa bersalah di harinya karena tidak dapat menepati ucapannya.
Beberapa hari setelah Liani menerimanya, Fajar berkata pernah mengatakan jika akan melamar Liani segera, dia akan mendatangi keluarga Liani yang ada di Surabaya untuk memperkenalkan dirinya sebagai calon suami Liani. Tapi karena kesibukannya di yayasan di perusahaan membuat dia harus mengorbankan rencana pribadinya.
"Tidak apa-apa, masih banyak waktu. Utamakan yang memang harus diutamakan." jawab Liani santai, entah mengapa dia tidak terlalu bersemangat, Liani bahkan lupa jika Fajar pernah mengatakan hal itu.
"Tapi aku sangat merasa bersalah, Mbak. Aku merasa sangat berdosa, karena tidak menepati perkataanku, bukankah value seorang laki-laki bukan diukur dari good looking dan uangnya, tapi seberapa balance perkataan dengan perbuatannya" Fajar mengingatkan dirinya sendiri membuat Liani tersenyum,
"Kenapa? Aku benar kan?" tanya Fajar dan dijawab anggukan oleh Liani. Fajar tidak tahu jika keadaan hatinya saat ini sedang tidak baik-baik saja.
Hatinya semakin berkecamuk, bagaimana dia bisa mengabaikan laki-laki sebaik Fajar, tapi entahlah....Liani pun tidak mengerti mengapa cinta yang dimilikinya masih bukan untuk Fajar tapi laki-laki yang seharusnya sudah menjadi masa lalunya.
"Mbak baik-baik saja kan?" tanya Fajar saat melihat Liani hanya diam saja, dan lagi-lagi Liani pun hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya saat menjawab pertanyaan Fajar.
Terkadang senyuman menjadi pilihan utama, ketika hati sedang tidak baik-baik saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Reza Esfan
lebih baik dinikahi lelaki yg mencintai anda dari pada anda mencintai laki2 ( masa lalu yg SDH me nyia2 kan waktu lebih dr 3 tahun, tanpa ada upaya u/ making communication
2023-09-20
1
Evi Ambon
jadi serba salah kalo gini sama2 kasian sama keduanya
2023-07-25
1
Yhanie Shalue
duch kang fajar baik bgt jd orang,, tp sayang teh lianinya blm ad getaran😌
smg kang fajar dan teh liani dpt memutuskan yg terbaik dan tdk saling menyakiti, lanjut kak double😍
2023-07-25
2