Kesibukan menjelang peresmian universitas Baitur Rahmah berhasil mengalihkan kegalauan Liani beberapa minggu ini. Pembangunan gedung pencakar langit itu dinyatakan sudah selesai sejak seminggu yang lalu.
Panitia penerimaan mahasiswa baru pun sudah menuntaskan kerjanya dengan memberikan laporan kepada pihak manajemen yayasan yang menyatakan bahwa lebih dari seribu mahasiswa yang diterima dari berbagai jalur baik beasiswa maupun mandiri yang akan mulai berkuliah sebagai angkatan perdana dengan berbagai jurusan di UNIBAR, akronim beken dari Universitas Baitur Rahmah.
Sebagai bagian dari manajemen yayasan Liani memiliki peran penting dalam kesuksesan acara tersebut, dia bertanggung jawab di bagian acara peresmian, mengakomodir seluruh kebutuhan yang akan membuat acara peresmian itu sukses.
Dengan senang hati dan profesional Liani menjalankan tugas yang diamanahkan padanya. Sejenak semua kegalauan akan kisah cintanya terlupakan, dia fokus dan totalitas dalam bekerja sehingga di H-3 semua persiapan sudah selesai dilakukan.
Rapat evaluasi akan kembali dilaksanakan malam ini, tidak lupa Liani pun mempersiapkan semua hal yang akan dipresentasikannya di hadapan pihak manajemen dan pimpinan tertinggi yayasan. Dibantu timnya yang sangat solid dalam bekerja Liani mempersiapkan semuanya.
"Naw, semuanya sudah oke kan?" Liani mengecek kembali persiapan presentasinya, dibantu Naura sebagai sekretaris Tim dia mengecek semua persiapan termasuk bagian IT yang menjadi tonggak keberhasilan promosi universitas sekaligus acara peresmian ini.
"Sudah Teh, semuanya sudah oke!" jawab Naura dengan membulatkan ibu jari dan telunjuknya ke arah Liani.
Aura kebahagiaan sekaligus tegang terlihat jelas di wajah setiap anggota tim yang dipimpin Liani, mereka bahagia karena dapat menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu sesuai timeline yang mereka buat, namun cukup tegang untuk menghadapi presentasi malam ini karena akan disaksikan oleh seluruh pimpinan elit dan manajemen yayasan, belum lagi hari H tinggal hitungan jari, kesuksesan acara akan sangat bergantung pada kesuksesan presentasi malam ini.
"Semuanya tenang ya, mari kita berdo'a semoga semuanya berjalan dengan baik sesuai harapan kita" Liani yang faham kegelisahan anggota timnya berusaha memotivasi karena memang dirinya pun merasakan apa yang mereka rasakan. Masih ada waktu satu jam sebelum acara dimulai, selepas shalat Isya semuanya akan menuju ke aula rapat utama untuk rapat evaluasi malam ini.
"Teh, teteh sudah ketemu Teh Shanum dan Kak Akhtar belum? Mereka sudah ada di sini lho" Naura membuyarkan fokus Liani yang sedang berdzikir selepas shalat sunnah ba'da Isya, gadis itu setengah berbisik, dia sudah selesai lebih dulu menuntaskan ritual ba'da shalatnya.
Deg...
Liani sedikit tersentak, sampai saat ini dia bahkan belum siap bertemu dengan sahabat karibnya itu. Sudah lebih dari satu tahun dia mengasingkan diri dan tidak berhubungan dengan siapapun yang berhubungan dengan Ahsan, berharap dapat lebih mudah melupakan sosok itu, dia sampai harus mengorbankan persahabatannya karena begitu sulit untuk melupakan seorang Ahsan. Namun pertemuannya kembali dengan Ahsan membuatnya sadar jika apa yang dilakukannya sia-sia, dirinya ternyata belum mampu melupakan sosok pemuda itu.
Rasa bersalah terhadap Shanum pun tumbuh di hatinya, padahal dia tahu jika sahabatnya itu akan selalu mendukung apapun keputusannya. Tapi entah mengapa dia memilih untuk memutuskan komunikasi hanya karena tak ingin lagi mendengar kabar tentang Ahsan.
"Shanum, maafkan aku" gumam Liani dalam hatinya,
"Teh" Naura kembali mengguncang bahunya karena tak kunjung mendapat jawaban dari sahabat kakak iparnya itu.
"Be..belum Naw" jawab Liani sedikit gugup, Naura yang tidak tahu duduk permasalahan Liani pun hanya menampilkan senyum cerianya.
"Pantesan kamu bahagia banget kelihatan dari tadi, ternyata sudah bertemu dengan kakak tercinta ya" canda Liani, mereka pun membereskan mukena yang dikenakannya untuk bersiap menuju ruang makan karena terlebih dahulu ada jamuan makan malam istimewa seluruh manajemen yayasan sebelum rapat evaluasi dimulai.
"Kalau masalah bahagia sih bukan karena itu saja Teh, aku juga sangat bahagia karena akhirnya bisa membuat keputusan" jawab Naura sambil berjalan keluar dari area mesjid.
"Keputusan?" Liani penasaran,
"Iya Teh, setelah beberapa kali istikharah, mengobrol dengan para guru sepuh, aku mantap untuk menyampaikan rasa hatiku pada laki-laki yang selama ini bertahta di hatiku. Dulu Ibunda Khadijah pun mengungkapkan ketertarikannya pada Baginda Nabi, aku pun akan melakukannya, Insya Allah Halimah bersedia menjadi perantaranya, semoga Allah meridhoi niatku ini." jelas Naura jujur, gadis itu memang selalu berkata apa adanya pada Liani.
"Oiya?" Liani tersentak, dia kaget sekaligus kagum mendengar penuturan lugas dari gadis yang usianya jauh lebih muda dari dirinya.
"Iya Kak, perihal diterima atau tidak aku hanya bisa mengangkat tangan, selebihnya biarkan Allah yang turun tangan" lagi-lagi jawaban tegas dari Naura seakan begitu menohok di hati Liani, bagaimana bisa gadis di hadapannya itu memiliki kemantapan hati yang begitu luar biasa, penuh percaya diri dan berpikiran sangat bijak. Sementara dirinya masih terbelenggu pada rasa yang hanya membuatnya terkorban selama ini.
"Masya Allah, tabarakallah, kamu luar biasa sekali Naw, Teteh bangga sama kamu" puji Liani kagum pada sosok gadis muda di hadapannya,
"Teteh bisa aja" elak Naura yang wajahnya tersipu karena pujian Liani.
"Kalau boleh, bisa dong spill sedikit siapa pangeran yang beruntung mendapat cinta sang bidadari ini?" Liani berusaha mengorek, dengan nada bercanda dia meminta bocoran perihal laki-laki beruntung yang dicintai oleh wanita sebaik Naura.
"Eummhh....kalau itu masih rahasia Teh, nanti jika sudah tiba waktunya teteh juga akan tahu" jawab Naura pelan, mereka sudah memasuki ruangan jamuan makan malam setelah sebelumnya mampir ke rumah dinas untuk menyimpan perlengkapan shalat mereka terlebih dahulu.
"Baiklah" Liani pun mengangguk dan tersenyum memberikan dukungan pada gadis yang sudah dianggap seperti adiknya sendiri.
"Kalian sudah datang?" suara yang tak asing di telinga Liani dan Naura mengalihkan pandangan mereka, kompak keduanya menoleh ke arah sumber suara.
"Alhamdulillah" Liani yang menjawab, dia terlihat biasa dan lebih santai. Berbeda dengan Naura yang menyembunyikan senyumnya sembari menundukkan kepala saat Fajar semakin mendekat ke arah mereka.
"Ustadz" ucapnya lirih, pelan namun masih terdengar jelas oleh Liani membuat gadis itu pun menoleh.
"Naura, terima kasih ya, kamu memang keren. Kakak banyak mendengar kabar dari anak-anak IT jika kamu banyak memberikan ide untuk promosi UNIBAR dan peresmian ini. Terima kasih ya" puji Fajar tulus, dia yang mengetahui jika Naura adalah adik dari sahabat Tama membuatnya sedikit berbeda memperlakukan gadis itu. Sikap perhatian, melindungi dan menjaga Naura seringkali ditunjukkan Fajar secara terang-terangan. Dia sudah menganggap Naura seperti adiknya sendiri.
Namun berbeda dengan Naura, mendapat pujian seperti itu di hadapan orang lain membuat wajah Naura tiba-tiba memerah. Senyum bahagia pun tersungging di bibirnya, menghiasi wajah cantik nan ayu gadis itu.
Wajah tersipu malu-malu itu terlihat jelas oleh Liani, ada rasa yang tak biasa dalam hatinya saat melihat respon Naura karena pujian Fajar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Evi Ambon
makasih upnya thor
semangat dan sukses selalu y
2023-07-26
2
Evi Ambon
wah roman2 bakal jadi sama fajar nih tapi mungkin agak sedikit rumit 🙂
2023-07-26
1
Yhanie Shalue
liani sm kang ahsan aja,, kang fajar biar sm Naura😁
2023-07-26
2