Nasehat Sahabat

"Shanum..." Liani berdiri saat tiga orang sudah ada di hadapannya, punggung yang tadi ditatapnya semakin menjauh, jangankan mencegah kepergiannya untuk sekedar bertanya saja dia tak sempat.

Kehadiran Shanum di hadapannya kembali membuat rasa haru menyeruak dalam dada, keduanya pun saling memeluk dengan air mata yang berjatuhan membasahi pipi. Belum ada kata yang keluar dari mulut keduanya, mereka masih larut dalam peluk yang dibumbui isak tangis kerinduan.

Akhtar dan Fajar tersenyum, sesekali Akhtar bahkan menyeka sudut matanya karena turut haru melihat pertemuan sang istri dengan sahabatnya. Akhtar sangat tahu seberapa besar peran Liani dalam hidup Shanum bahkan dalam kisah percintaannya dengan Shanum dengan segala dramanya hingga akhirnya mereka berhasil bersatu salam ikatan suci pernikahan, semua itu tidak lepas dari peran Liani.

"Sebaiknya kita bicara di ruangan lain" bisik Akhtar di dekat telinga Shanum setelah kedua wanita itu saling melepas pelukannya.

Shanum pun mengangguk setelah saling tatap dengan Liani, keduanya setuju dengan apa yang disampaikan Akhtar.

Dengan sabar Fajar menuntun ketiganya menuju ruangan lain di aula itu, senyum manis dilayangkannya pada Liani, turut berbahagia dengan pertemuan wanita yang dicintainya itu dengan sang sahabat.

Tanpa mereka ketahui, sepasang mata menatap dengan tatapan yang sulit diartikan. Entah ada angin apa yang membuat Liani ingin menengok ke belakang sebelum mereka pergi mengikuti Fajar, tanpa disengaja dia pun melihat Ahsan yang sedang memerhatikan mereka dari kejauhan. Sejenak tatapan mereka bertemu hingga Liani yang akhirnya memutuskan untuk lebih dulu mengakhirinya.

"Jika matamu adalah cahaya, maka hatimu adalah permata, dan jika senyummu adalah ibadah, maka mengenalmu adalah anugerah terindah. Maaf jika aku terlambat menyadari seberapa istimewa dirimu dan seberapa berartinya hadirmu dalam hatiku" Ahsan bermonolog dalam hatinya, kalimat panjang yang hanya mampu dia ucapkan dalam hati. memang selalu datang terlambat, ada kalanya sesuatu akan terasa sangat berharga setelah kita kehilangan.

Di ruangan yang hanya terdapat satu set sofa dan rak kaca yang berisi beberapa penghargaan Liani dan Shanum melepas rindu. Setelah bertanya kabar dan mengungkapkan kebahagiaannya bisa bertemu Liani Akhtar pamit, dia memberikan ruang seluas luasnya untuk sang istri melepas rindu bersama sahabat terkasihnya.

Bersama Fajar Akhtar memilih untuk melihat-lihat miniatur bangunan universitas yang dipajang di aula itu.

"Aku bahagia sekali bisa bertemu lagi dengan kamu, terima kasih ya" Shanum memulai pembicaraan, dia menyeka air mata yang masih tersisa di sudut matanya.

"Aku juga sangat bahagia sekali, tapi apa maksudnya terima kasih?" suasana haru mulai mencair, Liani sudah mulai kembali seperti sebelumnya, intonasi bicaranya mulai seperti biasa, kecanggungan mereka perlahan lenyap.

"Untuk semuanya, terutama untuk kesediaan kamu bertemu aku lagi" jawab Shanum penuh makna,

"Harusnya aku yang minta maaf, maaf...!" lirih Liani, wajahnya kembali sendu saat mengingat betapa egoisnya dia.

"Aku mengerti, jangan khawatir aku adalah seorang pelupa, yang aku ingat dan ingin selalu ingat adalah aku kini telah bertemu kembali dengan sahabatku yang selama hampir dua tahun ini pergi menuntut ilmu. Sekarang misinya sudah tuntas, dia sudah kembali bersamaku" Shanum berbicara santai, dia tidak ingin membuat Liani merasa bersalah, walau bagaimanapun Shanum faham alasan mengapa Liani memutuskan kontak dengannya setelah mendengar cerita dari Ahsan tentang pertemuannya dengan Liani.

"Mulai sekarang mari kita buka lembaran baru, aku rasa sudah cukup waktu untuk kita saling mendewasakan diri, bukan hanya usia namun juga rasa dan pemikiran." ucap Shanum penuh makna dan dibalas dengan senyum dan anggukan kepala oleh Liani, mereka pun kembali berpelukan.

Obrolan mereka pun berlanjut dengan menceritakan semua yang terjadi dalam hidup mereka masing-masing selama kurun waktu dua tahun terakhir ini.

Shanum dengan antusias menceritakan bagaimana dirinya menjadi ibu muda dari dua anak kembar sekaligus.

Begitupun dengan Liani, pertemuannya dengan orang-orang yang sefrekuensi di negera orang membuat dia tidak merasa kesepian, semua kegiatan studinya dia lalui dengan baik dan lancar sampai akhirnya dia mencoba peruntungan dengan memasukan CV nya ke yayasan Baitur Rahmah.

Shanum pun menceritakan persahabatannya dengan Rahma, istri dari Tama pemilik yayasan Baitur Rahmah. Sebagai sama-sama orang Garut membuat keduanya mudah akrab hingga terjalinlah persahabatan sampai saat ini, apalagi suami keduanya terikat kerja sama berbagai projek bisnis jadilah silaturahim merekapun semakin intens.

Liani bahkan baru tahu jika nama yayasan Baitur Rahmah adalah nama yang disematkan Tama sebagai dedikasi cintanya untuk sang istri, tepatnya masih calon istri saat itu.

"Masya Allah, Tabarakallah....sweet banget ternyata Pak Tama ya. Padahal waktu pertama bertemu sampai sekarang aku melihat dia itu selalu datar dan sedikit senyum, nyatanya romantis banget..." pekik Liani dia akhir kalimatnya dengan ekspresi wajah yang menggemaskan membuat Shanum pun tergelak.

"Duuuh...jadi ngehalu" canda Liani membuat keduanya tertawa bersama, kebersamaan mereka yang selalu dibumbui banyak tawa kini kembali dirasakan keduanya, lepas sudah segala kerinduan, keduanya pun berjanji akan menjaga persahabatan mereka sampai surga-Nya.

"Aku sangat senang melihat kamu hidup bahagia Neng" panggilan kesayangan Liani untuk Shanum,

"Alhamdulillah, dan aku pun berharap kamu segera menemukan kebahagiaan sejatimu" ucap Shanum tulus,

"Aamiin, do'akan ya" balas Liani, keduanya saling menggenggam tangan seolah saling mengalirkan kekuatan untuk selalu tabah dalam segala keadaan.

"Aku dengan kamu sudah bertemu Kak Ahsan sebelumnya" pembahasan mulai mengarah perihal kehidupan pribadi Liani, hal yang sebenarnya selalu Liani hindari untuk dibahas namun jika bersama Shanum dia selalu tidak mampu untuk menyembunyikan apapun.

"Iya, Kak Ahsan bilang kalau dia mencintaiku, dia menungguku selama ini, menungguku dengan cara tidak mengganggu." Liani kembali berbicara serius, pembicaraan dengan Ahsan beberapa waktu ke belakang masih terekam jelas dalam ingatannya.

"Lalu?" Shanum bertanya karena Liani tidak melanjutkan bicaranya,

"Semuanya sudah terlambat, aku sudah menentukan pilihan" jawab Liani mantap, namun kemudian dia memalingkan wajahnya tidak ingin terlihat oleh Shanum ada luka ada keraguan di hatinya.

"Jadi benar Pak Hakim memang sudah menjodohkan kalian?" tiba pada obrolan perihal Fajar, laki-laki yang menjadi kaki tangan Tama. Bukan hanya sebagai pengelola yayasan atau asisten pribadi namun juga sudah dianggap adik sendiri oleh Tama, Shanum mulai mengorek isi hati Liani.

Feelingnya mengatakan jika sahabatnya itu masih mencintai Kak Ahsan, namun dia pun ingin memastikan apakah sahabatnya itu benar-benar sudah membuka hati atau masih dalam proses penglupaan cinta masa lalunya.

"Entahlah, yang aku tahu Kang Fajar memintaku untuk ta'aruf, awalnya aku ragu, bahkan tidak tertarik sama sekali. Namun..." ucapan Liani menggantung, dia menatap dalam netra Shanum yang sedang menyimak dengan baik apa yang dikatakannya.

"Namun akhirnya kamu menerimanya?" lanjut Shanum dan dibalas anggukan kepala oleh Liani.

"Itu karena kamu mengira kalau Kak Ahsan sudah menikah?" tanya Shanum telak dan lagi -lagi Liani menjawab dengan mengangguk pelan.

"Jadi ternyata pelarian kamu tidak berhasil?" dengan hati-hati Shanum meluncurkan pertanyaan inti, Liani terdiam, dia menatap kosong ruang di hadapannya.

"Kamu mencintai Fajar?" pertanyaan Shanum kembali membuat Liani terdiam.

"Huft .." Shanum membuang nafasnya sedikit keras,

"Kamu berhasil mengikhlaskannya, kamu berhasil merelakannya, kamu terbiasa tanpa kabarnya, dan kamu terbiasa tanpa hadirnya, tapi kamu tidak bisa mencintai seseorang setelahnya, begitu?" Shanum memegangi bahu Liani yang mulai berguncang, pertahanannya akhirnya kembali pecah, di hadapan Shanum Liani selalu mampu menjadi dirinya sendiri.

"Hiksss....." Shanum pun membawa Liani ke dalam pelukannya dan membiarkan dia menumpahkan semua sesak hatinya.

"Aku hanya sekedar mengingatkan, jika belum mampu melupakan masa lalu, jangan pernah berteduh pada orang lain." ucap Shanum lirih namun berhasil membuat isak tangis Liani semakin mengeras.

Terpopuler

Comments

Reza Esfan

Reza Esfan

tp tetap ndak cukup info, mengapa ndak ada upaya Ahsan u/ nyari Liani sblm nya. Trus, di saat ada seseorang yg cukup baik berupaya mendekati Liani, tiba2 Ahsan nongol lagi dgn cerita ndak pernah melupakan Liani, n masih mencintai

2023-09-21

1

Diar Alby Pratama

Diar Alby Pratama

sedih aq thor,

2023-07-28

1

Yhanie Shalue

Yhanie Shalue

semoga liani segera menentukan pilihan sesuai hatinya walaupun nanti ad yg tersakiti

2023-07-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!