"Dulu kamu menjadi do'aku yang paling serius, sekarang kamu menjadi ikhlasku yang paling tulus" Liani menatap langit-langit kamar yang berwarna putih tampak masih baru.
Dia sudah sampai di kamarnya. Sebuah rumah dinas dengan desain minimalis menjadi tempat Liani bermukim di yayasan yang akan menjadi tempatnya mendedikasikan diri dan waktunya mulai sekarang.
Kajian Ahad pagi selesai tiga puluh menit sebelum dzuhur. Liani tidak menyangka jika dirinya akan dikenalkan di khalayak ramai seperti tadi. Dia lupa jika umma Aisyah pernah bilang kalau keponakannya adalah orang kepercayaan pemilik yayasan untuk mengelola dan bertanggung jawab penuh terhadap keberlangsungan yayasan tersebut dengan semua amal usahanya.
Fajar meminta waktu pada sang pengatur acara untuk berpidato. Kurang lebih selama lima belas menit Fajar berbicara di atas podium, seharusnya di awal acara dia berdiri dan berbicara di sana tetapi karena harus menjemput Liani membuat dia meminta pada panitia untuk mencancel sambutannya.
Liani sempat kaget ketika Fajar meminta maaf karena keterlambatannya menghadiri majelis ilmu pagi ini. Perasaan bersalah pun tumbuh di hati Liani, terlambatnya Fajar karena menjemput dirinya di bandara.
Hal selanjutnya yang membuat Liani terkejut adalah ketika di akhir pidatonya Fajar memperkenalkan Liani.
"Hadirin yang saya hormati, hari ini menjadi hari yang penting untuk yayasan kita. Karena selain sebentar lagi kita akan mengesahkan gedung asrama putri, hari ini kita juga sudah kedatangan seorang guru yang akan menjadi penanggungjawabnya. Di penghujung pidato ini saya mohon izin untuk memperkenalkannya. Beliau adalah Ustadzah Liani Salsabila" Liani sangat kaget saat namanya disebut melalui pengeras suara yang terdengar seantero yayasan.
Dengan perasaan malu namun bangga, Liani pun berdiri dan sedikit membungkukkan badan sebagai sapaan penghormatan walaupun tidak semua jama'ah dapat melihatnya karena memang tempat duduk ikhwan dan akhwat terpisah.
Tok...tok...tok...
"Assalamu'alaikum" suara ketukan pintu diiringi ucapan salam membuyarkan lamunan Liani. Dia bergegas bangun dari tidurnya dan segera berjalan menuju pintu.
"Wa'alaikumsalam" jawab Liani yang kemudian membuka pintu rumah dinas itu.
"Ustadzah, saya diminta Ustadz Fajar untuk mengajak ustadzah makan siang di ruang makan umum. Mari, Ustadzah" Naura, guru akhwat yang sudah cukup lama mengabdi di sana kembali menjadi orang suruhan Fajar untuk berkomunikasi dengan Liani.
"Baik, kalau begitu tinggu sebentar saya mau membersihkan diri dulu" pinta Liani sopan dan dijawab anggukan oleh Naura.
"Eh...tidak apa-apa kalau menunggu? maaf tadi saya rebahan dulu sebentar jadi belum sempat mandi" Liani semakin akrab dengan Naura, dia tidak segan berbicara jujur pada wanita yang baru ditemuinya itu melihat perangai Naura yang memang baik dan enak diajak bicara.
"Tentu saja ustadzah, saya akan menunggu" jawab Naura diiringi senyum ramahnya.
☘️☘️☘️
Hari-hari yang dilalui Liani di tempat barunya semakin menyenangkan. Dia semakin berbaur dengan banyak orang di sana. Sebagai ustadzah yang cukup senior dari segi pendidikan dan pengalaman membuat Liani dengan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Tanpa terasa sudah hampir tiga bulan Liani berada di tempat itu.
Keberadaan Liani di sana memberi warna tersendiri, semua orang menyukainya. Selain cantik dan ramah Liani juga adalah guru yang menyenangkan untuk murid-muridnya. Tidak hanya itu, keberadaannya yang baru tiga bulan di sana sudah membuat dia memiliki banyak teman bahkan serasa saudara.
Fajar tersenyum saat secara tidak sengaja mendengar beberapa orang membicarakan Liani. Dia pun sering melihat Liani yang beraktivitas dengan penuh semangat. Setiap orang memiliki kesan positif terhadap ustadzah baru itu. Dia senang, Liani dapat menikmati keberadaannya di sana.
"Apakah kamu sudah menemukan calon?" seorang laki-laki paruh baya namun terlihat masih gagah dan berwibawa duduk berhadapan dengan Fajar. Beliau adalah Pak Hakim, pendiri sekaligus pemilik yayasan yang dikelola Fajar.
Secara rutin Pak Hakim mengunjungi tempat itu, selain untuk memantau keadaan yayasan Pak Hakim juga sangat senang mengisi hari pensiunnya dengan melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan yang diadakan yayasan terutama kajian di Masjid Baitur Rahmah yang hampir setiap hari selalu ada.
"Belum Pak" jawab Fajar dengan wajah tertunduk, dia sangat segan jika sudah berhadapan dengan pimpinannya itu. Walau bagaimana pun Pak Hakim adalah orang yang sangat Fajar hormati. Beliau berteman baik dengan almarhum ayahnya. Saat mengetahui sahabat baiknya itu meninggal, Pak Hakim merasa bertanggungjawab dan ingin membantu keluarga yang ditinggalkannya.
Pak Hakim menjamin pendidikan anak-anak sahabatnya itu sampai perguruan tinggi dan kini Fajar sebagai anak sulung sudah berhasil membuktikan dirinya menjadi orang yang sukses da membanggakan dengan kehidupan yang cukup baik. Saat ini dia bahkan menjadi orang kepercayaan Pak Hakim dan putranya.
Kedua adiknya pun saat ini sedang menempuh pendidikan atas bantuan beasiswa dari Pak Hakim. Fajar sangat menghargai beliau, dia bahkan menganggapnya seperti ayahnya sendiri. Apalagi Pak Hakim selalu bilang agar dirinya dan adik-adiknya tidak perlu sungkan jika ada keperluan sekecil apapun.
"Bagaimana dengan ustadzah baru itu?" pertanyaan Pak Hakim sontak membuat kepalanya mendongak.
"Liani..." gumamnya pelan namun Pak Hakim masih mendengarnya walau tidak terlalu jelas,
"Siapa namanya?" tanya Pak Hakim penasaran,
"Ustadzah Liani maksud Bapak?" tanya Fajar memastikan,
"Entahlah, aku tidak tahu" jawab Pak Hakim tenang, dia pun menyandarkan punggungnya dan menatap Fajar semakin intens.
"Saya tidak tahu Pak, mungkin ustadzah Liani juga sudah punya calon" sahut Fajar dengan polosnya, padahal dia tahu betul dari cerita uwa nya jika Liani tidak sedang menjalin hubungan dengan siapapun.
"Kalau begitu kamu coba selidiki dulu tentangnya" Pak Hakim pun berdiri dari duduknya dan bersiap untuk beranjak pergi.
"Bapak mau kemana?" refleks tanya Fajar yang melihat Pak Hakim sudah bersiap.
"Aku mau berjalan-jalan mengelilingi yayasan, kamu mau menemaniku?" Pak Hakim sekaligus bertanya dengan senyum menyeringai,
Fajar menarik nafas panjang, sepertinya kali ini dia menaruh sedikit curiga dengan rencana jalan-jalan Pak Hakim untuk berjalan mengenali yayasan. Tapi dia pun tak kuasa menolaknya. Dengan perasaan yang tak menentu Fajar akhirnya menemani Pak Hakim berkeliling komplek yayasan.
"Tentu saja Pak, dengan senang hati. Mari, Pak!" jawab Fajar cepat, dia pun berdiri dan siap menemani Pak Hakim berkeliling yayasan.
Mereka pun berjalan beriringan dengan Fajar sebagai pemandu jalan.
"Bapak mau mulai dari mana?" tanya Fajar sopan saat mereka sudah berada di lobi kantor yayasan,
"Aku ingin memulainya dari tempat cucuku belajar!" ujar Pak Hakim bersemangat.
"Baik Pak, kalau begitu mari kita menuju Taman Pendidikan al-Qur'an yang hanya berjarak sekitar seratus meter dari kantor yayasan.
Sangat kebetulan ketika memasuki area gedung TPQ, dari kejauhan Fajar sudah melihat sosok yang sejak tadi menjadi bahan obrolan antara dirinya dengan Pak Hakim.
Deg.... ada rasa yang tak biasa menghampiri hati Fajar saat tahu jika sekarang ini mereka akan bertemu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
the loyal reader
akankah hati liani terpaut pada kesholihan fajar atau tetap kuat di cinta pertamanya dengan mas ahsanu amala??? next thor sehat2 selalu semangat berkarya.
2023-04-27
3
amalia
tapi bagaimana cintanya liani nanti kalo jadian ma mas fajar ? 🙄
2023-04-07
1
Yhanie Shalue
nanti kl fajar sm liani udh deket,, trs si ikhsan ap sapa namanya lupa trsuncul dech tuh,, bikin liani galau dan fajar patah hati😫
cuma tebakanku loh kak author😀smg sih ga
2023-04-06
1