Kekhawatiran Para Sahabat

"Aku mengira kami tidak hanya jauh secara fisik, tapi juga hati, hingga aku memutuskan untuk tidak bertahan dalam cinta yang hanya sepihak ini." Liani menarik nafasnya dalam, sekarang dia sudah lebih tenang dan mulai kembali bisa berpikir logis.

"Maaf Neng, aku sudah menentukan pilihan. Mungkin memang sudah takdirnya antara aku dan Kak Ahsan hanya dipertemukan bukan dipersatukan, dan aku tidak menyesal pernah dipertemukan dengan siapapun, termasuk Kak Ahsan, karena baik dan buruknya aku tetap mendapat pelajaran dari pertemuan itu" Liani mengatakannya dengan tersenyum, tidak ada lagi air mata, sudah cukup untuk dia merasa rapuh berpikiran dewasa tentang cinta sudah harus dilakukannya.

Kita tidak bisa memaksakan apa yang terjadi sesuai dengan kehendak kita. Apapun yang sudah menjadi keputusan harus siap dengan segala konsekuensinya, apa pun yang sudah tertakar pasti tidak akan tertukar, pikir Liani.

"Baiklah kalau itu sudah menjadi keputusanmu, aku hanya akan mendo'akan yang terbaik untukmu. Semoga kebahagiaan selalu menyertaimu. Ingatlah aku akan berusaha selalu ada untukmu, jangan sungkan dan jangan pergi lagi ya." ucap Shanum tulus, dia kembali menggenggam erat tangan sahabatnya, meyakinkan dengan gesturnya jika dia akan selalu mendukung apapun keputusan sahabatnya itu.

"Terima kasih Neng, terima kasih" Liani tak kalah erat membalas genggaman tangan Shanum.

Jika Liani sudah mulai bisa mengondisikan hati dan pikirannya, berbeda dengan Ahsan yang justru tengah diintrogasi dengan keputusannya.

"Kamu yakin akan menerima tawaran ini?" sebagai orang yang mempunyai basic pendidikan dan sudah memiliki jam terbang serta dikenal publik karena sering menjadi narasumber dalam berbagai seminar baik offline maupun online, Ahsan diminta untuk menjadi salah satu dosen di universitas milik Tama.

Awalnya Tama tidak berpikir panjang saat meminta sahabatnya itu untuk menjadi dosen di universitas miliknya, potensi sang sahabat dan peluang semakin majunya universitas miliknya hanya itu orientasinya. Namun kini Tama jadi berpikir jika kehadiran Ahsan mungkin saja akan membuat ketidaknyamanan bagi Liani.

"Kenapa? Kamu ragu aku bisa menjadi dosen yang akan membawa kemajuan untuk universitasmu?" Ahsan berkata dengan memicingkan matanya,

"Bukan itu sialan!" Tama melempar buah anggur yang akan disuapkannya ke arah Ahsan dan ditangkap gesit oleh sahabatnya itu kemudian langsung menyuapkannya, saat berada dalam situasi tidak formal seperti itulah mereka.

"Terus?" tanya Ahsan santai,

"Aku hanya khawatir sama ustadzah Liani, bisa jadi kehadiranmu akan membuatnya tidak nyaman" jawab Tama jujur, dia akhirnya mengutarakan kekhawatirannya.

"Haha...." Ahsan tergelak, dia kemudian kembali mengambil buah anggur yang terhidang di hadapannya dan memakannya,

"Tenang saja, aku tidak akan mengganggunya. Aku cukup senang melihat dia bahagia walau tanpaku." Ahsan kembali memasukan buah anggur ke mulutnya, entah dia menyadari atau tidak jika tatapan Tama sejak tadi tidak pernah lepas dari dirinya.

"Yakin?" ragu terdengar jelas dalam intonasi bicara Tama mendengar penuturan sang sahabat,

"Heumm" jawab Ahsan tanpa menoleh, fokusnya hanya pada buah anggur yang ada di hadapannya,

"Kok aku ragu ya..." gumam Tama pelan, dia menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi sambil terus memerhatikan tingkah Ahsan,

"Kamu tahu, seprofesional apa aku dalam bekerja" ucap Ahsan tegas, dia membalas tatapan Tama tidak kalah serius. Tama hanya mengerdikkan bahunya dengan bibir mencebik.

"Heh...lu gak percaya?" Ahsan menegakkan tubuhnya, dia merasa Tama malah meledeknya,

"Entahlah.." Tama memilih mengulurkan tangan saat Rahma mendekat ke arah mereka membuat Ahsan yang akan melemparkan buah anggur pun mengurungkannya.

"Sudah selesai, sayang?" tanya Tama yang sudah menggenggam erat tangan istrinya kemudian menuntunnya untuk duduk di sofa yang sama dengannya,

"Mendekatlah" titah Tama yang melihat masih ada jarak antara mereka,

"Mas..." lirih Tama, ekor matanya melirik ke arah Ahsan yang duduk bersebrangan dengan mereka,

"Abaikan saja sayang" ujar Tama yang mengerti kode yang diberikan sang istri, dia justru menarik Rahma agar segera mendekat

"Ishh... Kalau mau mesra mesraan masuk kamar sana" sarkas Ahsan, dia memalingkan wajahnya karena kesal melihat ulah sang sahabat yang mengumbar kemesraan dengan istrinya,

"Sirik boss? Nikah sana!" balas Tama santai, dia malah meraih pinggang Rahma agar semakin berdekatan,

"Mas.." seru Rahma lagi, wajahnya sudah memerah menahan malu karena diperlakukan seperti itu di hadapan orang lain.

"Teh, cepat bawa suaminya ke kamar, kasihan tuh sudah di ubun-ubun" canda Ahsan, tanpa menunggu respon Rahma dan Tama dia berlalu dari hadapan keduanya sambil membawa sepiring anggur,

"Hey, itu anggur gue..." pekik Tama yang melihat sepiring anggur itu melayang di depan matanya,

"Buat gue...." teriak Ahsan tak kalah acuh,

"Ishh..."

"Mas" tegur Rahma, dia dibuat geleng-geleng kepala melihat kelakuan suaminya dengan sahabatnya,

"Kamu suka sekali gangguin Pak Ahsan" ujar Rahma, dia membenarkan posisinya sedikit mundur karena tadi suaminya itu menarik pinggangnya agar sangat berdekatan,

"Aku hanya bercanda sayang hanya ingin menghibur dia" jelas Tama membuat Rahma menautkan kedua alisnya karena tidak faham,

Tama pun menyampaikan kekhawatirannya perihal kesediaan Ahsan menerima tawarannya. Tama pun menjelaskan alasan mengapa dia khawatir.

"Hufft..." Rahma.menghembuskan nafasnya kasar, dia turut prihatin dengan dinamika kisah percintaan sahabat-sahabat barunya itu, ternyata cukup rumit.

"Sepertinya di sini Ustadzah Liani yang paling galau" ucap Rahma seiring dengan helaan nafasnya,

"Makanya aku tadi sampaikan kekhawatiranku itu pada Ahsan tapi dia bilang kalau dia akan bersikap profesional"

"Tapi tetap saja ini tidak mudah untuk Ustadzah Liani"

"Sudahlah sayang, jangan terlalu dipikirkan, sekarang mending kita fokus ke sini" Tama mengusap perut istrinya yang masih rata itu dengan penuh kelembutan,

"Mas ih malu, nanti dilihat orang lho" protes Rahma karena Tama tidak hanya mengusap perutnya tapi juga mencium pipinya,

"Biarin, ini kan istriku, kita halal, lagian enggak ada siapa-siapa juga kok" Tama malah kembali mengulangi perbuatannya bahkan kali ini dia mengecup bibir istrinya berkali-kali,

"Assalamu..." ucapan salam yang kompak dari dua orang yang akan memasuki ruangan itu terhenti karena tidak sengaja melihat adegan di depannya,

"Eh...." Rahma refleks mendorong dada suaminya agar menjauh, dengan sudut matanya dia melihat jika orang yang mengucapkan salam itu sudah ada di ambang pintu ruangan tempat mereka berada,

"Ckkk....sepertinya kita datang bukan di waktu yang tepat sayang, tapi tak apalah mereka saja yang tidak tahu waktu dan tempat" Akhtar melenggang memasuki ruangan itu dengan merangkul bahu Shanum,

"Hisshh...mengganggu saja!" gumam Tama namun terdengar oleh orang-orang yang ada di ruangan itu, alhasil dia mendapat tepukan di lengannya dari sang istri.

"Maaf ya..." Shanum pun merasa tidak enak karena kedatangan mereka di waktu yang kurang tepat,

"Eh...teteh, enggak apa-apa kok, silahkan masuk. Maaf ya tadi...."

"Tak apa Teh, itu biasa" Akhtar yang memotong perkataan Rahma yang juga terlihat tidak enak hati, berbeda dengan Tama yang biasa-biasa saja.

"Kami maklum teh, dia kan kelamaan membujang, jadi wajar kalau nyosor terus" lanjut Akhtar kembali mengejek sahabatnya itu,

"Alah...kayak yang enggak aja" sindir Tama yang juga sangat tahu bagaimana tingkat kebucinan sahabatnya itu pada istrinya,

"Hahaha...." keduanya pun tertawa bersama kemudian beradu tos dan kembali tertawa, sementara Rahma dan Shanum hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan suami-suami mereka.

Terpopuler

Comments

Yhanie Shalue

Yhanie Shalue

entahlah aku bingung mau coment ap kak Laila😍ditgg up nya lg aj😁

2023-07-29

2

mama oca

mama oca

sahabat selalu ada boar berjauhan...semooga kak ahsan bisa propesional ya...

2023-07-29

1

Evi Ambon

Evi Ambon

makasih upnya author

2023-07-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!