Terpesona

"Kalau begitu, Kak Liani juga mengenal Kak Ahsan dong?"

Deg...

Liani seketika memaku, pertanyaan Naura membuat tubuhnya serasa membeku. Perasaan gelisah kembali menghantam hatinya saat mendengar nama itu disebut.

"Benarkah dunia ini tak selebar daun kelor?" batin Liani, tapi kenapa takdir kembali telah membawanya berhubungan dengan orang yang mengenal seseorang dari masa lalunya itu.

"Kak, Kakak...." Naura memanggil-manggil Liani yang tak kunjung bersuara, saat dia menoleh dilihatnya Liani malah melamun.

"Eh apa? kenapa, kenapa?" tanya Liani kikuk, dia jadi tidak fokus karena pikirannya langsung menerawang masa lalu.

"Kakak kenal Kak Ahsan enggak?" ulang Naura, tanpa beban dia kembali mengulang pertanyaannya,

"Oh Pak Ahsan ya?" Liani masih belum bisa menguasai perasaannya, nama yang selalu bersemayam di hati itu kini terlisankan kembali.

"Iya Kak Ahsan"

"Tentu, tentu saja aku mengenalnya" jawab Liani lirih,

"Kak Ahsan itu ya selalu rame, kalau ada dia dunia jadi gak pernah sepi. Selain baik, dia juga sangat perhatian dan penyayang. Tapi usilnya juga gak ketulungan, ampun deh kak Ahsan itu. Duuh aku jadi kangen deh Kak sama Kak Ahsan, Teh Shanum, Kak Akhtar, si kembar juga" Naura masih terus tersenyum, wajahnya ceria saat mengatakan rasa kangennya pada orang-orang dekatnya, Liani bisa melihat betapa Naura sangat menyayangi mereka.

"Bukan hanya kamu yang merindukan mereka Naw, kakak juga. Kakak rindu mereka semua, kakak rindu kebersamaan kami. Kamu tidak tahu jika sampai saat ini kakak belum mampu melupakan kenangan bersama mereka" Liani bermonolog dalam hatinya, dia menatap Naura yang masih senyum-senyum sendiri dengan khayalannya.

"Kalau kamu kangen kenapa tidak pulang?" tanya Liani membuyarkan khayalannya tentang keluarganya.

"Aku sih mau pulang Kak, tapi maunya ke Garut. Tapi kalau aku pulang ke Garut Ibu dan Kak Yasmin bagaimana, aku jadi gak enak sama mereka" lirih Naura menjawab pertanyaan Liani, wajah gadis itu kembali sendu mengingat hubungan antara keluarga di Garut dan sang ibu belum membaik. Apalagi sekarang sang ayah juga sering berada di Garut.

"Ya sudah sekarang ayo kita ke asrama, lihat sudah ada orang yang datang di parkiran" matahari sudah mulai menghangatkan bumi, tidak terasa sudah hampir satu jam setengah mereka berada di sana semenjak selesai rutinitas subuh tadi.

"Oiya? masya Allah bersemangat sekali mereka ya mengikuti kajian ini, aku jadi semakin bersemangat" pekik Naura kembali ceria membuat Liani bernafas lega,

"Bersemangat apa nih? cari calon imam ya?" goda Liani membuat Naura tersipu,

"Ih kakak tahu aja, tapi kalau soal mencari aku sudah tidak mau mencari lagi Kak, karena aku sudah menemukannya dan sekarang lagi menunggu waktunya tiba" Naura tersipu saat mengatakan itu, ini untuk pertama kalinya dia berkata jujur. Bahkan pada Shanum saja dia belum pernah mengatakannya karena memang belum menemukan waktu yang tepat. Kehadiran Liani mengingatkannya akan sosok Shanum, hal itu membuat gadis yang baru menyelesaikan kuliah S1 nya dengan hasil cumlaude itu merasa nyaman.

"Oya....wah wah wah...luar biasa. Kalau begitu, lanjutkan semoga segera dipersatukan!" pekik Liani semangat, dia mengacungkan kepalan tangannya ke udara tanda bersemangat. Mereka pun tertawa bersama dan berjalan menuju pintu keluar menuju asrama untuk bersiap karena kajian akan dimulai satu jam lagi.

☘️☘️☘️

Usai sudah rangkaian acara kajian yang berlangsung bersamaan dengan pengajian menjelang pernikahan sang putra yayasan. Liani baru tahu jika ternyata wanita yang akan dinikahi atasannya adalah wanita yang pernah bertemu dengannya beberapa kali dalam kajian Ahad pagi. Satu minggu yang lalu, masih dalam kajian mereka terakhir bertemu Liani masih belum mengetahui status Rahma yang sebenarnya.

Setelah hari ini mengetahui fakta yang cukup mengejutkan, ternyata wanita cantik, cerdas dan selalu terlihat anggun dan berwibawa itu adalah seorang single parent. Entah apa yang sudah dilalui oleh wanita sholehah itu, yang pasti Liani yakin dia bukanlah wanita biasa.

Sore yang indah selalu menjadi waktu yang menenangkan bagi Liani. Setelah seharian beraktifitas kini tiba saatnya memanjakan mata dengan menanti senja di tempat favoritnya.

Taman buatan yang sengaja di bangun di rooptop bangunan gedung tertinggi di kompleks yayasan itu menjadi tempat favorite Liani di Ahad sore. Di saat yang lain sibuk dengan aktifitas mengisi liburan, ada yang pulang mengunjungi keluarga, hang out bersama rekan, reuni dengan teman lama dan masih banyak lagi aktifitas yang dilakukan seantero yayasan di kala libur menjelang. Setelah kajian selesai, mereka semua benar-benar diberi keleluasaan beraktifitas, hingga saatnya besok pagi mereka kembali ke rutinitas sesuai posisinya masing-masing di yayasan.

Berbeda dengan Liani yang lebih memilih untuk menumpahkan segala rasa salam tulisan, tempat di taman rooptop menjadi tempat favoritnya. Selain nyaman dan menyejukkan, di sana juga Liani dapat menikmati titik senja hingga langit jingga pun perlahan menghilang.

"Pasti di sini" suara seseorang yang tidak asing di telinganya membuat Liani hampir menyemburkan minuman yang sedang diseruputnya. Secangkir besar vanila panas menemaninya sore ini.

"Kang Fajar" sentak Liani karena kaget, namun hanya dibalas kekehan oleh Fajar yang justru melihat kekagetan Liani tampak lucu di matanya.

"Tenang teh, sampe terpesona gitu lihat aku" ejek Fajar malah semakin menggoda Liani.

"Eh...kaget tahu, bukannya terpesona" elak Liani tidak terima jika ekspresi yang ditunjukannya karena terpesona diapun langsung melayangkan protesnya.

"Mulai besok aku akan sangat sibuk, mungkin sampai seminggu ke depan kita akan jarang bertemu" pembicaraan serius langsung merubah suasana menjadi sangat formal di antara mereka. Tanpa basa-basi Fajar langsung mengutarakan maksud dirinya mencari Liani sore itu.

"Kalau begitu semoga lancar segala urusannya" tanpa ingin bertanya apa yang membuat laki-laki itu sibuk, Liani hanya menanggapi dengan do'a.

"Aku akan membantu mengurus persiapan pernikahan Mas Tama. Dia meminta aku menjadi penanggungjawab acara pernikahannya. Jujur aku sebenarnya kurang siap karena belum berpengalaman dalam hal ini. Tapi aku pun tidak bisa menolak, ini permintaan tolong calon pengantin sekaligus perintah atasan." Fajar tergelak saat mengatakan kalimat terakhirnya.

"Kan ada tim WO-nya" ujar Liani,

"Iya, tapi Mas Tama meminta aku pun terjun langsung untuk memastikan semuanya sesuai dengan harapannya" jawa Fajar kembali memberi alasan,

"Ya, tinggal lakukan kolaborasi dengan baik antar semua tim. Jangan lupa pererat komunikasi agar nantinya tidak ada miskonsepsi" saran Liani santai, baginya yang sudah cukup lama berkiprah di dunia pendidikan dengan segudang prestasi dan sering terlibat dalam berbagai event karena dirinya pun aktif dalam organisasi maupun tim manajemen sekolah hal itu sudah biasa.

"Nah, sepertinya aku butuh Mbak untuk mendampingiku" jelas Fajar, pada akhirnya dia mengungkapkan maksud utamanya.

"Aku? kenapa aku?" tanya Liani menghentikan gerakan tangannya yang akan mengambil minum. Dia memicingkan matanya menatap Fajar yang hanya mengulum senyum.

"Iya, karena aku maunya sama Mbak. Aku percaya Mbak kompeten dalam hal ini. Bahkan saat ini aku meminta Mbak bersedia mendampingiku bukan hanya dalam menangani event ini tapi mendampingiku dalam mengarungi kehidupan hingga akhirnya kita bermuara di Surga-Nya" laki-laki pemberani itu lagi-lagi tanpa basa basi mengungkapkan isi hatinya dengan tenang dengan tenang.

Semenjak Fajar dengan terang-terangan mengungkapkan isi hatinya, Liani menyebutnya sebagai lelaki pemberani. Dari sekian banyak lelaki yang mendekatinya, baru kali ini Liani menghadapi orang seberani Fajar, tanpa basa-basi, tanpa prolog apapun, dia langsung pada inti untuk meminangnya.

"Kamu serius melamar aku?" Liani akhirnya bersuara, setelah beberapa saat dia berpikir. Selama beberapa hari setelah Fajar mengungkapkan isi hatinya Liani banyak merenung. Do'a dan shalat dilakukannya untuk meminta petunjuk Sang Maha Kuasa agar jalan yang ditempuhnya tidaklah salah.

"Serius, sangat serius. Aku tidak hanya mengungkapkan isi hatiku pada Mbak, jauh sebelum aku mengungkapkannya pada Mbak aku sudah mencurahkan segala isi hatiku pada Rabb-ku. Dan aku tidak bisa mengelak, keinginan untuk segera menghalalkanmu semakin menggebu di hatiku" tegas Fajar, lagi-lagi membuat Liani berdecak kagum pada keberanian dan kemantapan hati lelaki di hadapannya. Walaupun usianya lebih muda darinya tapi Fajar terlihat dewasa dan bijak dalam bersikap.

"Kamu yakin padaku?" Liani masih berusaha mencari kesungguhan dari lelaki yang duduk tegak di hadapannya.

"Iya Mbak, hatiku yakin. Kamu adalah yang aku harapkan selama ini." jawab Fajar tak sedikitpun gentar dalam menjawab pertanyaan Liani.

"Itu kan harapanmu, kita tidak kuasa atas takdir yang akan menimpa kita" sela Liani,

"Aku akan memaksimalkan ikhtiyar untuk itu Mbak, dan saat ini aku tengah melakukannya. Selanjutnya tugas kita setelah maksimal membumikan ikhtiyar adalah mengangkat tangan. Melangitkan do'a, bermunajat padaNya untuk kebaikan dari apa yang telah kita usahakan, selebihnya biar Allah yang turun tangan." senyum terukir di wajah tampan lelaki yang biasanya hanya berwajah datar pada setiap perempuan, namun nyatanya tidak saat bersama Liani. Senyumannya itu bahkan mampu menggetarkan hati Liani hingga tidak sadar hatinya berbisik jika lelaki dihadapannya sungguh memesona.

Terpopuler

Comments

Evi Ambon

Evi Ambon

pa kabr Ahsan

2023-05-30

0

Yhanie Shalue

Yhanie Shalue

duch kang fajar emg gentleman dech ahh😍teh liani jd terpesona tuh,, tp kira2 akan berubah hati ga ya kl ktm ahsan lg🙄

2023-05-22

1

mama oca

mama oca

akhirnya up juga....semoga liani bisa memerima fajar ya.... move on dari ahsan

2023-05-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!