Pencerah Hati

"BAITUR RAHMAH"

Tulisan besar dengan desain yang sangat indah menyambut Liani ketika sampai di gerbang utama yayasan tempatnya akan mengabdikan diri. Dia berhasil lolos seleksi akademik maupun wawancara untuk menjadi salah satu pengelola yayasan yang terbilang masih baru namun berkembang dengan sangat pesan.

Lembaga pendidikan formal dan informal dengan jenjang mulai dari pendidikan anak usia dini hingga sekolah menengah atas sudah lengkap di sana. Saat ini santer dibicarakan jika yayasan ini pun tengah mengajukan perizinan untuk mendirikan perguruan tingginya juga.

Rasa kagum terucap dalam hati betapa megah dan indahnya bangunan yang berdiri kokoh di hadapannya ini. Bangunan yang menjadi kantor pusat manajemen yayasan Baitur Rahmah yang merekrutnya untuk menjadi bagian dari yayasan besar ini.

"Ini adalah gedung kantor manajemen yayasan Mbak, setelah melewati gedung ini Mbak baru akan melihat deretan gedung yang digunakan untuk sekolah dan kegiatan keagamaan lainnya. Mari Mbak..." Fajar lebih dulu keluar dari mobil dan mengajak Liani yang masih terkagum-kagum pada bangunan di hadapannya itu.

"Sebelah sana jalan menuju Mesjid Baitur Rahmah, akan terlihat jelas kalau kita datang dari arah sana" Fajar menunjuk jalan di samping gedung megah itu yang merupakan akses menuju masjid agung yayasan, mereka kebetulan datang dari arah berlawanan sehingga tidak melewati masjid yang juga tak kalah megah dan indah itu.

"Masya Allah, tabarakallah" Liani kembali memuji keagungan Yang Maha Kuasa atas salah satu karya makhluk-Nya yang begitu menakjubkan itu, area parkir yang cukup padat membuatnya hanya melihat sebagian akses jalan menuju mesjid itu.

"Maaf Mbak, sekarang sedang berlangsung pengajian. Setiap ahad pagi kami biasa menggelar pengajian akbar yang terbuka untuk umum" jelas Fajar karena terdengar suara moderator dari pusat suara yang bersumber dari mesjid mempersilahkan narasumber kajian ahad ini untuk memulai ceramahnya.

Liani hanya manggut-manggut mendengar semua penjelasan Fajar, dia masih fokus pada pintu lobi gedung manajemen yayasan yang membuatnya de javu.

Pikirannya melayang ke beberapa tahun silam, saat pertama kalinya dia dan sahabatnya Shanum memasuki yayasan tempatnya mengajar sebelum kepergiannya ke negeri orang untuk melanjutkan studi.

Yayasan yang tidak hanya memberinya pengalaman dan sumber penghidupan, tapi juga kisah cinta yang membuatnya memilih untuk pergi ke negeri orang tersebut.

"Mbak, mau langsung ke rumah mukim atau mau menunggu dulu di ruangan Mbak?" pertanyaan Fajar berhasil membuat Liani keluar dari lamunannya,

"Iya, bagaimana?" karena melamun Liani menjadi kurang fokus pada pertanyaan Fajar,

"Saya harus ke mesjid mengikuti kajian, mbak mau langsung ke rumah mukim atau mau menunggu dulu di ruangan Mbak?" Fajar mengulangi pertanyaannya dengan senyum ramah karena dia tahu jika sejak tadi Liani hanya menatap ke arah pintu masuk lobi gedung perkantoran manajemen yayasan.

"Oh, kalau begitu boleh tidak aku ikut dulu kajian?" tanya Liani serius, dia pun penasaran dengan mesjid agung yang menjadi icon yayasan ini sekaligus ingin mulai merasakan berada di aktifitas rutin yang ada di yayasan karena dirinya pun selanjutnya akan menjadi bagian dari mereka.

"Tentu saja, tentu saja boleh mbak. Mari!" dengan senang hati Fajar menjawab, dia senang ternyata Liani memang sangat mudah menyesuaikan diri, benar kata uwanya yang pernah bersama Liani di luar negeri, jika wanita yang ada di hadapannya adalah orang yang sederhana, ramah dan mudah bergaul.

Semua barang-barang milik Liani dibiarkan masih berada di bagasi mobil Fajar, Liani hanya membawa tas kecil yang digendongnya dan juga ponsel di genggamannya.

Mereka berjalan beriringan dengan Liani yaang berjalan mengikuti kemana arah Fajar melangkah. Beberapa karyawan yang bertugas di area depan, mulai petugas kebersihan, petugas keamanan dan petugas piket menundukkan kepala saat berpapasan dengan Fajar. Petugas piket di meja resepsionis yang kebetulan dua orang akhwat bahkan sempat memerhatikan Liani yang berjalan di belakang Fajar.

"Silahkan mbak masuk melalui pintu ini" Fajar menunjuk pintu masuk khusus akhwat untuk menuju bagian lantai dua mesjid.

"Saya akan masuk melalui pintu sebelah sana" akses khusus ikhwan, lebih tepatnya pintu yang hanya dilalui pimpinan dan orang tertentu saat ada acara seperti ini.

Liani pun memasuki pintu yang ditunjuk Fajar, dia melihat banyak sekali akhwat yang mengikuti kajian ini. Liani mencari-cari barisan yaang masih bisa ditempatinya.

"Ukhty Liani?" seorang gadis berjilbab marun menyapanya ramah,

"Iya benar" jawab Liani dengan sorot mata bertanya,

"Alhamdulillah, assalamu'alaikum Ukhty. Selamat datang di yayasan Baitur Rahmah" sambutan ramah diiringi dengan senyum menyambut kehadiran Liani di mesjid itu. Gadis itu berbicara pelan karena tidak ingin mengganggu jama'ah akhwat lainnya yang sedang menyimak kajian itu.

"Saya Naura, Ustadz Fajar meminta saya untuk menemani Ukhty" jelas gadis yang bernama Naura. Sebelumnya Fajar memang sudah mengiriminya pesan agar Naura menemani Liani yang ingin mengikuti kajian.

"Mari ikut saya" bisik Naura, mereka pun berjalan menuju tempat yang dimaksud Naura.

Ceramah seorang ustadz yang cukup tenar di media sosial menjadi daya tarik tersendiri dalam kajian ini. Tidak heran jika para jama'ah pengajian kebanyakan adalah para pemuda dan pemudi. Kendati pun demikian tidak sedikit para sepuh yang duduk di barisan terdepan turut menyimak kajian ini dengan antusias.

Liani pun membuka tas yang didalamnya terdapat tablet yang biasa dia gunakan untuk mencatat ketika belajar. Tidak ada lagi pembicaraan antara dirinya dengan Naura. Setelah bersalaman dengan gadis-gadis seusia Naura yang duduk berdekatan dengannya, mereka kembali fokus menyimak kajian yang sedang berlangsung begitupun dengan Liani.

"Laa yukallifullahu nafsan illa wus'aha...sesungguhnya Allah tidak akan menguji manusia di luar batas kemampuan dirinya"

Nyess....potongan ayat al-Qur'an yang dibacakan sang penceramah seolah menyirami hati Liani yang sedang gersang. Dia mengusap dadanya dengan bibir yang basah dengan ucapan dzikir. Tema yang dibahas sangat menarik bagi Liani, ketika musibah menjadi berkah. Dia menulis kalimat itu dengan huruf kapital di catatannya.

"Dikisahkan bahwa ada seekor burung pipit yang bertasbih mensucikan nama Allah setiap hari, namun beberapa hari berlalu suara tasbihnya tidak lagi terdengar" Liani pun lanjut mendengat ceramah sang Ustadz.

"Maka para malaikat pun bertanya: ' Ya Rabb, mengapa suara tasbih burung pipit itu tidak terdengar lagi?',

"Allah subhanahu wata'ala pun menjawab: 'kalian akan segera tahu jawabannya, sebentar lagi dia akan datang dan mengadu kepadaku, karena dia tidak punya tempat mengadu selain aku.'

Mendengar kisah yang dituturkan sang Ustadz Liani semakin antusias. Dia sangat penasaran dengan kelanjutan kisah burung pipit itu.

"Tak berapa lama berselang, burung pipit itu terlihat berdiri di atas ranting sebatang pohon. Para malaikat mengamati dan menunggu apa gerangan yang akan diucapkan burung itu, namun ternyata dia ia hanya diam..."

Tidak hanya Liani, para peserta kajian yang lainnya pun semakin antusias mendengarkan cerita itu. Terbukti dengan suasana hening yang tercipta di dalam mesjid yang megah dan luas itu.

"Kemudian Allah berkata kepadanya:'sampaikanlah apa gerangan hal yang menyesakkan dadamu!"

"Ya Rabb, aku mempunyai sebuah sarang kecil tempat beristirahat, Engkau telah mengambilnya. Engkau kirimkan angin kencang yang memporak porandakan semuanya. Ucap burung pipit itu sambil mengucurkan air mata menahan rasa sedih yang sangat dalam, yang membuat penduduk langit terdiam penuh haru..." semua orang yang berada di masjid pun turut haru mendengarnya dan semakin penasaran, termasuk Liani.

"Allah subhanahu wata'ala kemudian berkata: 'Sebetulnya ketika kamu sedang terlelap, ada seekor ular yang mendekati sarangmu dan siap memangsa. Maka sengaja kukirimkan angin untuk membalikan sarangmu agar kamu terbangun, terbang dan selamat. Betapa besarnya ancaman yang telah kujauhkan darimu!"

"Air mata burung pipit itu pun semakin menggenang, kali ini bukan karena sedih dan kecewa, namun karena sangat terharu. Suara tangisnya membelah keheningan langit, alangkah Maha Lembutnya Engkau Ya Rabb. Ucap burung pipit itu,

"Kesimpulan para hadirin yang dirahmati Allah, jangan sedih ketika Allah menghalangi engkau untuk mendapatkan sesuatu yang engkau cintai. Andai engkau menyadari bagaimana Allah mengatur urusanmu niscaya hatimu akan larut salam cinta-Nya. Betapa Agungnya Engkau Ya Rabbi..." sang Ustadz tertunduk sejenak, semakin menciptakan keheningan di salam mesjid itu.

"Segala puji bagi Allah atas segala kondisi, segala puji bagi Allah yang telah menjauhkan diriku dari hal-hal yang aku sukai, sekarang aku menyadari bahwa semua itu akan menyengsarakanku. Akhirnya si burung pipit pun dengan tulus bersyukur atas segala kesakitan dan kekecewaan yang menimpanya sesungguhnya adalah keselamatan dan kebaikan yang tidak terkira yang Allah kemas dengan cara yang tak biasa."

Liani seketika tertegun, dia merasa nasibnya tidak jauh beda dengan si burung pipit dalam kisah yang disampaikan sang ustadz. Tangan kanannya kembali memegangi dada.yang berdetak keras, berpikir dan bertanya-tanya sudahkan dia mengambil hikmah dan kebaikan dari yang dialaminya tersebut dan mensyukurinya.

Liani pun membenarkan bahwa tidak semua nikmat yang Allah berikan dikemas dalam peristiwa bahagia, bisa jadi Allah ingin menguatkan kita terlebih dahulu dengan uji cobanya untuk menerima kenikmatan dan kebahagiaan yang jauh lebih besar.

"Hadirin yaang dirahmati Allah, begitulah jika cobaan hidup datang dan menghampiri kita. Selalu berprasangka baik pada Rabb-mu dan berserah dirilah. Bertawakallah, boleh jadi semua yang hadir itu karena itu adalah yang terbaik untuk hidup kita, agar kita tetap selalu bersyukur dan pengingat diri untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik."

"Kapasitas kita hanya ikhtiyar dan do'a, perihal dikabulkan Allah tahu kapan waktu yang pas. Wallahu'alam bishshawab, barokallohuli walakum, assalamu'alaikum warohmatulloh wabarokatuh" sang Ustadz pun mengakhiri sesi ceramahnya dengan ucapan salam yang disambut dengan serempak dan gempita oleh seluruh jama'ah taklim.

"Astaghfirullah, ampuni hamba Ya Rabb" gumam Liani dalam hatinya, ceramah yang disampaikan sang ustadz sungguh telah mencerahkan hatinya.

Terpopuler

Comments

kalea rizuky

kalea rizuky

ada pembelajaran di part ini MasyaAllah

2024-10-13

0

Yhanie Shalue

Yhanie Shalue

Masya Allah KK bkn hanya liani tp aku sendiri jg mendapatkan pembelajaran di part ini,, karna aku jg pernah mengalami kisah sedih karena kehilangan yg aku cintai
karna baca karya kak author byk pembelajaran yg aku dpt
mksh ya kak,, sehat sll ditgg up selanjutnya 😘

2023-04-02

2

amalia

amalia

selalu ada pembelajaran tiap episode nya, terimakasih Thor

2023-04-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!