Tepuk tangan riuh menggema memenuhi setiap sudut gadung aula dengan kapasitas seratus orang itu.
Liani mengakhiri presentasinya dengan ucapan salam dan menundukkan sedikit tubuhnya ke arah jajaran kursi duduk pimpinan elit yayasan sebelum beranjak dan kembali ke tempatnya.
Matanya terkesiap saat tanpa sengaja tatapannya menangkap sosok seseorang yang duduk di deretan kursi pimpinan. Saat awal presentasi dia hanya fokus pada apa yang akan dipresentasikan. Cahaya lampu yang hanya menyorot padanya dan dan layar yang menampilkan bahan presentasinya sementara lampu ruangan yang lainnya sengaja diredupkan agar para hadirin dapat dengan jelas menyaksikan tampilan layar. Hal itu tentu saja membuat Liani lebih nyaman melakukan presentasi, dia hanya fokus pada apa yang disampaikannya, dengan lugas dan lancar Liani mempresentasikan rancangan acara yang akan digelar tiga hari lagi itu dengan diakhiri sambutan tepuk tangan yang membahana mengisi ruangan luas itu seiring dengan dinyalakannya semua lampu.
Keterkejutannya kembali bertambah saat di sudut paling kiri dari tempat duduk pimpinan elit yayasan itu berdiri dua orang yang sangat di kenalnya. Liani bahkan sempat menghentikan langkahnya dan memaku saat mereka beradu tatap.
"Kak, ayo!" Naura yang mendampingi Liani bersama tim IT pun bersuara saat menyadari Liani menghentikan langkahnya padahal mereka belum sampai di tempat duduk mereka.
"Hah...iya" kegugupan sangat kentara di wajah Liani, entah mengapa dadanya tiba-tiba berdetak berkali-kali lebih cepat dari sebelumnya. Dia sampai memegangi dadanya saat susah kembali duduk di tempatnya, menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan.
Entah dari mana dan kapan mereka bertiga datang, bagaimana bisa Liani tidak menyadarinya dari tadi.
"Sayang, sepertinya sahabatmu itu sangat syok" Akhtar berbisik di telinga istrinya,
"Iya Pa, tapi entah karena melihat kita atau karena melihat orang di sana" Shanum menunjuk Ahsan yang duduknya bersisian dengan Tama di sudut sebelah kiri mereka.
"Haha....bisa jadi" sahut Akhtar dengan senyum mengejek ke arah Ahsan yang menatap mereka yang seolah sudah tahu sedang membicarakannya.
Sementara di meja tempat Liani dan timnya, dia terlihat sudah lebih tenang dari sebelumnya.
"Teteh, kenapa jadi tegang sekarang? Kan sudah selesai, lihat kan tadi semua orang bertepuk tangan, teteh memang keren" Naura mengangkat dua jempolnya ke arah Liani,
"Alhamdulillah, semua adalah berkat kalian. Terima kasih atas ide-ide dan kerja kerasnya. Tapi jangan lengah dulu, tujuan utama kita bukan hari ini. Justru respon hari ini akan menjadi motivasi untuk kita lebih memaksimalkan ikhtiar agar acara pada hari H benar-benar sesuai ekspektasi" jelas Liani yang mengabaikan pertanyaan pertama Naura, dia sudah kembali dapat menguasai hatinya.
Rapat evaluasi akhir pun tepat selesai pada pukul sepuluh. Semua tamu yang merupakan pimpinan elit yayasan satu persatu mulai meninggalkan tempat dan sebelumnya memberikan ucapan selamat dan motivasi kepada seluruh panitia untuk kesuksesan di hari H.
Pak Hakim dan Ibu mejadi orang pertama yang menyalami Liani dan timnya, untaian kata-kata penyemangat pun terucap dari keduanya. Disusul dengan pasangan fenomenal seantero yayasan, siapa lagi kalau bukan Tama dan Rahma. Saat ini mereka bahkan sudah tinggal di istana yang dibangun Pak Hakim khusus untuk anak menantunya itu masih satu komplek dengan yayasan namun berbeda pintu akses.
Pasangan yang baru menikah belum lama ini selalu menjadi bahan inspirasi terutama bagi para karyawan gadis di yayasan. Berharap seberuntung Rahma dalam mendapatkan pasangan. Namun kendatipun demikian, mereka semua tahu seperti apa Rahma, single parent tangguh dengan sejuta pesona. Sungguh keduanya adalah pasangan yang serasi.
"Selamat ya dan sukses buat acaranya" Ahsan sengaja menyalami Liani paling akhir, entah sengaja atau tidak dia memilih momen itu, di saat orang lain sibuk berfoto bersama Ahsan sengaja menemui Liani hang sedang duduk sendiri di mejanya sambil menikmati puding buah.
"Terima kasih" jawab Liani pelan, dadanya kembali berdegup kencang, dia mengedarkan pandangan saat Ahsan memilih duduk di kursi yang kosong di meja yang sama dengannya seolah kebersamaannya dengan Ahsan takut terlihat seseorang.
"Kenapa? Takut Fajar marah? Jangan khawatir dia sedang sibuk" Ahsan seolah bisa menerka apa yang ada di pikiran Liani, dia mengatakannya dengan senyum tipis entah apa maksudnya.
"Eummmh...."
"Sudah bertemu Shanum?" pertanyaan Ahsan memotong Liani yang akan mengelak atas kecurigaan laki-laki itu, dia pun hanya menggelengkan kepala yang kemudian menunduk, tak kuasa jika harus beradu tatap dengan Ahsan.
Ini adalah kali kedua Liani bertemu Ahsan setelah sebelumnya di pertemuan pertama beberapa minggu yang lalu Ahsan mengakui dan mengungkapkan perasaannya pada Liani. Tentu saja saat ini kecanggungan sangat dirasakan oleh Liani, walau bagaimanapun dia tidak bisa membohongi hatinya.
"Shanum sangat merindukanmu, apalagi si kembar sudah sangat tidak sabar ingin bertemu dengan aunty mereka. Shanum selalu menceritakan tentangmu pada mereka, mereka pasti sangat penasaran" Ahsan berkata panjang lebar dengan diakhiri kekehan, dia terlihat santai, bahkan mencicipi buah potong milik Liani.
"Sejak dulu kebiasaannya itu tidak berubah" gumam Liani dalam hatinya, matanya melotot saat Ahsan dengan santai menyuapkan satu persatu potongan buah milik Liani ke mulutnya.
"Punya kamu kan?" tanya Ahsan tanpa menghentikan aksinya, dia pun acuh saat Liani hanya menatapnya bahkan mengabaikan pertanyaannya,
"Mau aku suapi?" tanpa sungkan Ahsan malah menggoda Liani, dia menyodorkan garpu yang sudah ada potongan buah ke arah mulut Liani membuat gadis itu mendelik.
Ahsan kembali terkekeh, dia pun lalu menyuapkan lagi potongan itu ke mulutnya.
"Shanum sangat merindukanmu, berbicaralah dengannya, jangan sampai silaturahim kalian terputus hanya karena aku" Ahsan berdiri dari duduknya, dari jauh dia melihat Fajar berjalan ke arah mereka diiringi Shanum dan Akhtar di belakangnya.
"Tenang saja, aku sudah tidak berharap apapun. Kemarin adalah hari terakhirku menunggumu" ucap Ahsan sebelum berlalu, tanpa menunggu respon Liani dia pun melangkah menjauh dari tempatnya berada.
Deg....ada rasa sakit yang tiba-tiba di hati Liani mendengar perkataan Ahsan, dadanya seperti dihantam batu besar, sesak dan sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Yhanie Shalue
yah kirain kmrn ga double up kak😫telat baca dech
2023-07-28
2
Yayuk Bunda Idza
next Thor...
2023-07-26
1
Evi Ambon
makasih upnya thor
2023-07-26
1