Aku Melihatnya

"Aku meragukan diriku, apakah mampu aku menghapus rasa ini? Seiring dengan datangnya insan penawar luka hati, sedangkan kisah kita telah berlalu pergi bahkan disaat semua belum dimulai.

Sejenak aku berlari namun kembali aku merindukannya. Apakah diriku yang tak lelah mencinta sendiri? aku pun tidak tahu jawabannya. Entah harus dengan apa aku mengendalikan rasa yang masih terpatri rapi hanya untuknya. Bahkan semua yang di depan mata tak terlihat menarik setelah ku memilih pergi menjauh darinya."

Liani terus larut dalam lamunannya, bayangan seseorang yang enggan hilang dari benaknya kembali menghampiri. Senyum manis dan wajah ramah lelaki yang berhasil mencuri hatinya karena kebaikan dan perhatiannya selalu hadir di momen yang tidak diharapkan, sehingga sulit bagi Liani untuk menerima kehadiran orang baru di hatinya.

"Aku masih ragu..." kalimat itu lolos begitu saja dari bibir Liani, Liani sedikit tersentak dengan apa yang baru saja diucapkannya. Dia menoleh ke arah Fajar yang duduk cukup berjarak darinya. Laki-laki itu hanya tersenyum dengan tatapan tetap lurus ke depan tak sejenak pun menoleh pada Liani yang kini sedang memperhatikannya.

"Bagian mana yang masih Mbak ragukan?" tanya Fajar dengan pandangan tetap lurus ke depan,

"Hati dan perasaanku, aku tidak mau menerimamu di saat hatiku masih merasakan sesuatu untuk laki-laki lain. Kamu bilang sudah tahu jika aku termasuk wanita yang sulit untuk jatuh cinta, dan sebaliknya ketika hatiku sudah terlanjur jatuh makan sulit untuk kembali bangkit dan mengubah arah" jawab Liani tenang, dia yakin Fajar bisa dengan bijak mencerna kata-katanya.

"Kalau masalah itu masih bisa diusahakan Mbak, selama Mbak ada niat untuk bangkit dan membuka hati untukku maka aku akan berusaha membantu Mbak untuk keluar dari belenggu masa lalu." ucapan Fajar tak kalah tegas,

"Tapi aku tidak mau mengecewakan hatimu. Kalau pun kamu menerimanya dengan ridho, tapi hatiku tidak akan lepas dari rasa bersalah karena sudah menyia-nyiakanmu." balas Liani tak kalah tegas, sebagai wanita dewasa dia tetap harus menggunakan logika dalam memutuskan. Lebih baik sakit di awal dan berhenti sebelum terlanjur.

"Mbak, Ustadz Adi pernah bilang bahwa menikah dengan yang dicintai itu harapan, tapi mencintai yang dinikahi itu kewajiban" telak kutipan yang disampaikan oleh Fajar membuat Liani tersenyum kecut, dalam hati berbisik jika laki-laki yang ada bersamanya saat ini selalu punya alasan untuk menyanggah.

"Justru karena mencintai yang dinikahi adalah kewajiban, maka aku takut tidak mampu melaksanakan kewajiban itu" balas Liani tak kalah menohok, penolakan halus masih dilakukannya terhadap lamaran Fajar. Berharap laki-laki itu menyerah dan berhenti mendekatinya.

"Kita bisa mencobanya lebih dulu" Fajar bukannya tersinggung dengan perkataan Liani namun dia semakin memaksimalkan ikhtiyarnya untuk.menghalalkan gadis yang masih terbelenggu dengan masa lalumya itu.

"Kamu..."

"Mbak, aku hanya minta kesempatan pada Mbak untuk memaksimalkan ikhtiyar. Mulai saat ini tolong jangan melarangku untuk memaksimalkan ikhtiyarku." tegas Fajar terdengar mengerikan di telinga Liani, dia bahkan berpikir Fajar akan melakukan berbagai cara untuk mencapai tujuannya.

"Aku pamit, ba'da Maghrib Mas Tama akan datang untuk membicarakan semua konsep dan semua hal yang harus dipersiapkan untuk pernikahannya. Aku harap Mbak tidak lupa datang ke kantor yayasan." Fajar pun berdiri, dia mengucapkan salam dan kata-kata perpisahan cukup romantis membuat membuat Liani kembali mengernyitkan dahinya.

☘️☘️☘️

Hari berganti tanpa ada satupun orang yang bisa mencegahnya untuk terus melaju dengan hal-hal yang baru.

Sejak hari itu kedekatan Liani dan Fajar semakin meningkat. Kebersamaannya dalam mengurus persiapan pernikahan sang putra yayasan membuat mereka sering bertemu dan lebih sering berinteraksi. Fajar semakin mengagumi sosok wanita dewasa itu, begitupun Liani dia mulai terbiasa dengan kehadiran Fajar.

"Kakak, bagaimana persiapan pernikahannya? sudah selesai?" Naura datang menghampiri selepas Liani melepas mukena setelah melaksanakan kewajiban Asharnya. Mereka berada di mesjid melaksanakan shalat Ashar berjamaah dengan seluruh siswa putri.

"Alhamdulillah Dek, semuanya sudah hampir kelar. Tinggal bersiap menunggu hari H, mudah-mudahan semuanya lancar" jawab Liani tanpa menghentikan aktivitasnya melipat mukena.

"Huufft....sayang aku enggak bisa hadir" Naura membuang nafasnya kasar, wajahnya berubah sendu.

"Lho kenapa?" tanya Liani heran, dia yang akan beranjak dari tempat itu pun menghentikan gerakannya yang akan berdiri.

"Ustadz Fajar meminta aku menggantikan beliau untuk mengikuti pertemuan pengelola yayasan di Malaysia" jelas Naura dengan nada sedih,

"Oya, kenapa harus kamu? enggak ada gitu pimpinan yayasan lainnya yang bisa mewakili?" protes Liani yang juga turut menyesalkan keputusan Fajar.

"Kata beliau pertemuan ini sangat penting, dan sayang kalau dilewatkan. Beliau bilang aku adalah orang yang tepat untuk mengikuti pertemuaan ini. Sesuai dengan latar belakang pendidikanku, katanya lagi beliau percaya aku bisa melaksanakan tugas ini dengan baik" jelas Naura dengan bersemangat, ada mata yang tiba-tiba berbinar saat dirinya membicarakan Fajar.

"Oya? Alhamdulillah kalau begitu, ini akan menjadi pengalaman berharga buat kamu. Berapa lama kamu di sana?" tanya Liani lagi, dia menelisik wajah sendu yang cepat sekali berubah itu.

"Seminggu Kak, besok pagi aku berangkat dan Ustadz Fajar sendiri yang akan mengantarkanku" jawab Naura kembali dengan mata yang berbinar saat menyebut nama Fajar.

"Oh begitu" Liani mengangguk - anggukan kepalanya setelah mendengarkan jawaban Naura dengan mata tetap tertuju pada gadis itu yang terus berceloteh perihal persiapan keberangkatannya.

"Kelihatannya dia bahagia sekali saat mengatakan akan diantar oleh Fajar, apa..." Liani menghentikan bisikan hatinya, dia pun tidak mau berspekulasi tentang apa yang dirasakannya saat mengobrol dengan gadis itu. Mungkin saja dia begitu bersemangat karena memang dipercaya untuk mewakili yayasan ke pertemuan internasional, pikirnya.

"Baiklah kalau begitu ayo kakak bantu beres-beres buat besok. Kebetulan sore ini kakak free" Liani berdiri, dan mereka pun keluar dari mesjid menuju rumah dinas tempat mereka tinggal.

"Assalamu'alaikum" di perjalanan menuju rumah dinas, Liani dan Naura bertemu Fajar. Kompak keduanya menjawab sapaan salam lelaki most wanted di seantero yayasan itu.

"Wa'alaikumsalam" mereka pun menghentikan langkah,

"Mbak, malam ini kita ada meeting terakhir dengan pihak WO. Pukul tujuh malam kita ditunggu di hotel sekalian melihat langsung persiapan besok" jelas Fajar berbicara pada Liani, dan Liani pun fokus mendengarkan penjelasan Fajar.

"Baik, Insya Allah" jawab Liani singkat,

"Dek Naura, good luck ya buat perjalanannya. Semoga mendapatkan hasil terbaik dan bisa mengimplementasikannya di yayasan dengan baik pula. Saya percaya pada dek Naura" Fajar beralih pada Naura setelah menyelesaikan obrolannya dengan Liani,

"Insya Allah, Ustadz. Terima kasih atas kepercayaannya, saya akan melakukan yang terbaik." jawab Naura dengan wajah tersipu, pasalnya dia baru saja tertangkap mata langsung oleh Fajar sedang memperhatikan atasannya itu saat sedang berbicara pada Liani.

"Tentu saja, saya percaya pada Dek Naura" lagi-lagi Fajar menyemangati, tentu membuat gadis itu terlihat semakin bersemangat.

"Ba'da shubuh bersiaplah, saya akan mengantarkan Dek Naura ke bandara" pungkas Fajar mengakhiri obrolannya, dia pun pamit untuk kembali ke kantornya karena masih ada beberapa pekerjaan yang harus dituntaskannya.

"Baik Ustadz, saya akan bersiap" jawab Naura, yang kemudian bersamaan dengan Liani menjawab salam sambil melihat punggung Fajar yang semakin menjauh.

"Ayo...." ajak Liani, namun Naura masih enggan beranjak dia terlihat senyum-senyum dengan tatapan masih tertuju ke arah Fajar berjalan padahal laki-laki itu sudah tidak terlihat.

"Eummh....hey, malah melamun" Liani mengibaskan tangannya di depan Naura.

"Eh...Kakak" Naura tersentak, dia pun mensejajarkan langkahnya dengan Liani yang sudah lebih dulu berjalan.

"Seneng banget nih yang mau pergi ke Malaysia" ejek Liani menyikut tangan gadis yang masih terlihat sisa-sisa senyum di wajahnya,

"Tentu saja Kak" jawab Naura singkat, dia masih larut dalam pikirannya sendiri. Entah apa yang dipikirkannya, Liani hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Naura.

☘️☘️☘️

Hari yang sudah dipersiapkan dengan segala upaya pun akhirnya tiba. Liani bersama rombongan karyawan sudah siap di parkiran untuk menuju ke tempat acara.

Baru saja dia akan memasuki salah satu mobil yang sudah berisi karyawan wanita dengan supir yayasan, sebuah mobil yang tidak asing berhenti tepat di hadapannya.

"Ayo Mbak, masuklah. Kita harus lebih dulu sampai di hotel" dengan hanya membuka jendela Fajar memberi perintah,

Bukannya menjawab, Liani justru tertegun. Dia melirik mobil yang sudah berisi rekan-rekannya, satu kursi di samping kemudi sengaja dikosongkan untuknya.

"Enggak apa-apa, Bu, silahkan sama ustadz Fajar saja. Biar saya yang pindah ke depan" ucap salah satu karyawan yang lebih senior darinya. Dia mengerti ketidaknyamanan Liani karena ajakan Fajar.

"Maaf ya Ibu-Ibu, Bu Liani nya saya ajak duluan. Kami harus lebih dulu sampai untuk memastikan semua persiapannya sudah oke." Fajar pun akhirnya mengeluarkan suara, dia memberi alasan yang sebenarnya.

Para karyawan pun mengerti dan mempersilahkan Liani untuk pergi bersama Fajar lebih dulu karena mereka masih harus menunggu rombongan guru-guru yang belum semuanya kumpul.

Ballroom hotel yang pada awalnya memang sudah megah kini semakin megah karena sudah disulap tim dekorasi untuk pernikahan akbar hari ini. Liani turut berbahagia menjadi bagian dari hari bersejarah atasannya. Apalagi setelah mengetahui jika wanita yang menikah dengan pemilik yayasannya itu adalah wanita yang beberapa minggu yang lalu berkenalan dengannya. Wanita baik hati, lembut dan cerdas, bahkan sangat membuatnya nyaman saat berbicara.

Prosesi akad pun berlangsung lancar, hingga tiba waktunya para tamu undangan mulai berdatangan pertanda sudah memasuki waktunya resepsi.

Liani baru saja selesai menikmati makanan penutup yang beraneka macam bersama.rekan-rekan yang lainnya. Dia bermaksud akan mengambil minuman. Namun langkahnya terhenti saat melihat rombongan yang berjalan memasuki ballroom hotel menuju ke pelaminan.

"Shanum" ucapnya lirih, Liani tersenyum senang saat melihat sahabatnya yang sudah lama tidak bersua kini sedang berjalan tidak jauh dari tempatnya berdiri. Liani tidak menyangka jika mereka akan dipertemukan dalam acara ini.

Liani pun urung mengambil minuman, dia lebih tertarik untuk menghampiri sahabatnya untuk memberi kejutan. Di belakang Shanum terlihat dua anak yang sangat. Dia pasti si kembar, pikir Liani. Dia sungguh merindukan mereka semua.

Namun, saat tinggal beberapa meter lagi jaraknya menuju Shanum yang sedang mengantri untuk menyalami pengantin, langkah Liani seketika berhenti saat melihat seseorang yang datang menghampiri antrian mereka. Seseorang yang selama ini dihindarinya, berharap rasa yang tumbuh di hatinya untuk orang itu menghilang seiring kepergiannya.

Deg...

"Kak Ahsan" sejenak Liani terpaku menatap laki-laki tinggi, berbatik dengan warna senada, jambang halus menghiasi pipinya, dengan senyum menawan yang milikinya semakin menambah tingkat ketampanannya.

Lia segera membalikan tubuhnya saat laki-laki itu mengedarkan pandangannya. Liani kembali memutar arah, dia urung untuk menghampiri Shanum dan kembali ke tempatnya semula untuk mengambil tas, dia harus segera kembali ke yayasan. Keberadaannya di sana setelah melihat laki-laki itu tidak baik-baik saja.

"Kak Ahsan, iya itu Kak Ahsan, aku melihatnya. Aku melihat dia lagi" Liani terus bergumam lirih,

Terpopuler

Comments

Evi Ambon

Evi Ambon

dihadapi liani

2023-05-31

0

Yhanie Shalue

Yhanie Shalue

gapapa liani ketemu aj sm ahsan,, karna dia juga oengen ketemu kamu pengen jelasin semua,,, selalu dibikin ga sabaran sm alur crt kak author nie, huhuhu😀

2023-05-31

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!