Butuh perjalanan kurang lebih 2 jam untuk mereka akhirnya sampai ke kampung pesisir di kota Busan.
"Ini dimana?" Tanya Da Hae melihat ke sekitar.
Da Hae melepas seatbelt dan segera turun dari mobil.
"Apa kau yakin, Ha Neul ada disini?"
"Saya tidak yakin Nyonya, tapi dulu direktur selalu membawa Ha Neul kecil untuk bermain di pantai. Ha Neul berkata itu adalah momen terindah dalam hidupnya, dan tempat itu adalah tempat favoritnya. Dan kemungkinan Ha Neul akan pergi kesana jika merindukan mendiang ibunya."
"Baiklah. Tidak ada salahnya mencoba mencarinya disini." Da Hae buru-buru mengajak Jung untuk mencari Ha Neul.
Tapi baru akan melangkah terdengar getar ponsel dari saku jas Jung.
"Kau bisa mengangkatnya lebih dulu Jung!"
"Tidak Nyonya! Aku sedang bekerja."
"Tidak apa-apa. Cepat angkat teleponmu, mungkin saja penting."
"Baiklah, saya permisi dulu." Pamit Jung yang segera diberi anggukan oleh Da Hae.
Jung sedikit menjauh untuk mengangkat panggilan teleponnya. Tapi Da Hae masih samar-samar bisa mendengar percakapan Jung dan bibinya yang berbicara dengan keras. Ia mencoba memahami situasi Jung.
"Sekretaris Jung!"
"Ya Nyonya."
"Pergilah!"
"Apa?"
"Kau boleh pergi. Aku sudah sampai disini. Jadi serahkan masalah Ha Neul padaku."
"Tidak bisa nyonya. Jika direktur tahu…" belum selesai berkata Da Hae sudah lebih dulu memotong ucapannya.
"Jangan khawatir tentang itu. Kau bisa pergi sekarang. Karena begitu dekat, nenekmu pasti bisa merasakan kehadiranmu disini. Cepat pergi, Jangan sia-siakan waktumu."
"Kalau begitu... Aku akan kembali secepatnya."
"Ya. Jangan khawatirkan masalah disini. Fokus saja pada nenekmu sekarang."
Jung kemudian mengemudikan mobil ke rumahnya.
Sementara Da Hae bertekad untuk mencari Ha Neul di sana. Setelah mencari kesana kemari, Da Hae bernafas lega saat akhirnya menemukan Ha Neul tengah duduk di tepi pantai. Da Hae kemudian berjalan mendekat dan duduk di samping Ha Neul.
"Kau seharusnya mengajakku jika akan pergi ke tempat bagus seperti ini," ucap Da Hae sembari duduk di samping Ha Neul menikmati ombak di malam hari.
Ha Neul menoleh saat mendengar suara yang begitu dikenalnya, dia sangat terkejut melihat keberadaan Da Hae disana.
"Untuk apa kau kemari?"
"Kau ingin aku pergi lagi? Baiklah!" Da Hae bangkit dan hendak berlalu pergi, tapi dirinya terkejut saat Ha Neul tiba-tiba mencekal tangannya.
"Tetap disini bersamaku."
Da Hae tersenyum, lalu kembali duduk.
"Bagaimana?"
Da Hae menoleh menatap Ha Neul, "Bagaimana aku bisa ada disini atau bagaimana aku bisa menemukanmu?"
"Keduanya?"
"Kau penasaran?"
Ha Neul hanya mengangguk.
"Baiklah akan ku beritahu. Sebelum itu ayo makan dulu. Aku hampir mati kelaparan."
Mereka kemudian memesan dan menikmati hidangan laut di restoran tepi pantai.
"Jadi bagaimana?" Tanya Ha Neul yang masih penasaran.
"Oh itu, aku datang bersama sekretaris Jung."
"Hyung? Dimana dia?"
"Hmm sayangnya dia harus pergi. Sepertinya neneknya sakit."
"Ahh jadi begitu."
Da Hae membuka kaleng bir. Dan menyeruputnya dengan nikmat.
Tentu saja, bir harus dinikmati di saat seperti ini. Suara ombak, dan bau lautan.
"Akhhhh"
Da Hae menenggak bir nya lagi.
Ha Neul bisa melihat dan mendengar dengan jelas suara bir mengalir dari tenggorokannya. Ha Neul tidak tahan lagi.. Ia merebut kaleng bir milik Da Hae dan menenggaknya juga.
"Hei! Apa yang kau lakukan?" Muka Da Hae mendadak memerah karena tingkah Ha Neul barusan.
"Ahh kemarin adalah ulang tahunku yang ke 19. Jangan khawatir Aku sudah legal."
"Hei tetap saja bagaimana bisa kau minum bekas orang lain? Tidak bisa begini...a...aku akan mengambilkan untukmu."
Da Hae yang gugup tidak bisa berdiri dengan benar, Ia hampir saja terjatuh sebelum Ha Neul menangkapnya.
"Tidak boleh? Padahal kita sudah lebih dari berbagi minuman, bahkan kita sudah berbagi saliva juga jangan lupakan jika kita juga sudah…"
"Cukup!" Da Hae hanya pasrah dan membiarkan Ha Neul menghabiskan minumannya.
Ha Neul tersenyum menatap Da Hae yang tiba-tiba gugup, dan dengan suara maskulinnya ia berbisik pada Da Hae. Membuat Da Hae menelan saliva susah payah saking gugupnya. Ia dengan segera mendorong tubuh Ha Neul menjauh.
"Ini sudah larut. Ayo kita pulang. Aku akan menelepon sekretaris Jung."
Mendengar itu, membuat Ha Neul sedikit kecewa.
"Tidak bisakah kita tinggal lebih lama disini?" Ucap Ha Neul memelas.
"Hyung juga pasti akan senang tinggal lebih lama dengan neneknya," tambahnya lagi.
Da Hae menghela nafas perlahan, "Baiklah, kalau begitu mari kita cari penginapan terlebih dulu," ucapnya setelah berpikir sejenak.
"Benarkah?" Tanya Ha Neul dengan senyum yang terukir di sudut bibirnya.
"Ya, kalau dipikir-pikir sekretaris Jung pasti kelelahan sekarang. Aku akan menghubunginya dulu," Da Hae kemudian mengirim pesan agar Jung tidak usah datang dan tetap bersama neneknya malam ini.
Apapun alasannya Ha Neul senang bisa menghabiskan waktu lebih lama dengan Da Hae.
Jung menerima pesan Da Hae. Begitu membacanya. Ia segera mematikan ponselnya.
Sementara itu di sisi lain, Kang Joon yang merasa khawatir karena istrinya belum juga kembali kemudian berusaha menghubungi Jung. Sayangnya ponselnya tidak aktif. Ia ragu untuk menghubungi Da Hae mengingat Da Hae begitu marah padanya sebelumnya.
***
Da Hae dan Ha Neul mendapatkan penginapan. Sayangnya hanya tersisa satu kamar. Karena sudah larut, Da Hae memutuskan untuk mengambilnya.
"Indah sekali," gumam Da Hae mengagumi lukisan yang terpampang di kamar penginapan sementara Ha Neul sedang membersihkan diri.
Setelah keluar, kini giliran Da Hae untuk mandi. Entah kenapa Ha neul tampak gugup. Ia meneguk bir kaleng yang dibelinya tadi.
Tidak lama Da Hae keluar, dengan rambut basah yang membuatnya semakin gugup. Apalagi saat Da Hae tiba-tiba memanggilnya.
"Ha Neul, tidak bisakah kau membantuku? Sepertinya kalungku tersangkut. Kemari dan bantu aku."
Ha Neul segera bangkit untuk membantu kalung yang tersangkut dengan baju rajut yang dikenakan Da Hae.
Melihat leher Da Hae yang putih dan bersih membuatnya semakin gugup. Bayangan ketika tangan ayahnya meraba leher indah Da Hae terngiang jelas di kepalanya.
"Sudah? Sepertinya sudah lepas, terimakasih."
Da Hae yang hendak melangkah dikejutkan dengan Ha Neul yang tiba-tiba mendekap tubuhnya dari belakang.
"Ha Neul, apa yang kau lakukan?"
"Sebentar saja.. Sebentar saja. Biarkan seperti ini sebentar saja."
Da Hae membiarkannya dan merasa sudah cukup lama, dia membalikkan badannya. Membuat mereka kini saling berhadapan. Tatapan keduanya bertemu, Ha Neul meraih tengkuk Da Hae, mencium bibir wanita itu.
'Ini tidak benar. Aku mungkin akan menyesalinya. Tapi aku benar-benar ingin bersamanya. Setidaknya malam ini,' Da Hae kini tengah berperang dengan kata hatinya.
Da Hae kemudian membalas ciuman Ha Neul . Ha Neul menggiring Da Hae ke atas ranjang tanpa melepaskan pagutan bibir mereka, menumpahkan segala rasa yang ada diantara keduanya, sekali lagi menghabiskan malam panjang yang indah bersama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments