Bab 20 Obat Apa?

Karena penasaran, Suji berusaha mengambil paket itu. Suji menatap kotak itu dan hendak membukanya. Tapi belum sempat melihatnya, Suji dikejutkan dengan kedatangan Ha Neul. 

"Ha...Ha Neul kau sudah pulang?" Suji gugup saat kini melihat Ha Neul yang berjalan mendekat. Untungnya Suji sudah mengembalikan kotak yang tadi diambilnya.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Ha Neul menatap Suji penuh selidik.

"Hah? Oh aku sedang membersihkan kamarmu," Suji kemudian melipat selimut milik Ha Neul, tapi dengan cepat Ha Neul menariknya keluar dari kamar.

"Jangan pernah masuk ke kamarku lagi, apa kau mengerti, membersihkan kamar? Yang benar saja!" Kesal Ha Neul menghempaskan tangan Suji sedikit kasar.

"Ha Neul aku hanya…"

"Lebih baik kau pergi dari sini!"

Pandangan Suji kini tertuju pada Da Hae yang berdiri di depan pintu kamar Ha Neul entah sejak kapan. Suji menatap Da Hae penuh kekesalan, lalu menyenggol bahu Da Hae dan melewatinya begitu saja dengan tangan terkepal, sangat kesal merasa dipermalukan oleh Ha Neul di depan Da Hae. Suji yakin jika Da Hae yang melaporkan kedatangannya pada Ha Neul hingga pria itu kini sudah kembali bahkan mengusir di depan Da Hae sendiri.

Sepeninggal Suji, Ha Neul pun kembali masuk ke dalam kamarnya. Diikuti oleh Da Hae.

"Makasih sudah menghubungiku dan memberitahu bahwa Suji tadi kemari," ucap Ha Neul tanpa melihat ke arah Da Hae.

Dirinya tengah sibuk mengecek beberapa barangnya yang berantakan karena ulah Suji.

"Tidak masalah, aku akan membantumu membereskan ini semua."

"Tidak perlu, kau keluar saja, aku bisa membereskannya sendiri."

"Tidak bisa begitu, aku tetap akan membantumu," Da Hae mengambil beberapa barang yang berserakan di lantai, lalu mulai merapikannya.

"Jika tidak suka orang lain masuk ke kamarmu, kau bisa menguncinya," ucap Da Hae membuat gerakan tangan Ha Neul berhenti.

Ha Neul menatap Da Hae dan tersenyum. Lalu perlahan berjalan ke arah pintu, menguncinya.

"Ha Neul bisakah kau…"

Belum menyelesaikan ucapannya, Da Hae memekik kencang saat tiba-tiba tubuhnya melayang. 

"Ha Neul apa yang kau lakukan?" 

"Menurutmu?" 

Ha Neul menjatuhkan tubuh Da Hae di atas ranjangnya, dirinya ikut naik ke atas ranjang dan mendekatkan wajahnya dengan wajah Da Hae, mendaratkan bibirnya di bibir wanita itu.

*

*

Seperti biasa, pagi ini, Da Hae berangkat ke galeri setelah mengantarkan Ha Neul ke sekolah. Begitu sampai galeri Da Hae langsung mengawasi kiriman-kiriman lukisan yang baru datang dari New York. Dan meminta karyawannya untuk memajang beberapa lukisan yang baru datang. 

"Direktur, bagaimana dengan yang ini?" Seorang staff kemudian bertanya menunjuk pada beberapa lukisan lama.

Da Hae melihat sekitar, dan saat melihat semua karyawannya tampak sibuk, ia pun mengajukan diri, "Biar aku yang membawanya."

Da Hae kemudian berjalan ke gudang dengan membawa lukisan lama. Itu adalah pertama kalinya ia berada di sana setelah sekian lama. Gudang terlihat cukup penuh. Ia terlihat bingung dimana harus meletakkannya. Ia lalu melihat tempat kosong di balik lemari

"Disini saja," gumamnya lalu meletakkan semua barang bawaannya.

Da Hae yang sudah selesai, kini berjalan keluar, tapi sekilas ia melihat sesuatu yang tidak asing di atas lemari. Ia lalu berusaha untuk mengambilnya. walau dengan susah payah, namun akhirnya berhasil. 

Tapi tiba-tiba selembar kanvas yang tadi dia ambil justru jatuh di kolong lemari. Da Hae berusaha menggapainya meskipun kolong itu terlihat sangat kotor. 

"Ini.. sudah lama aku tidak melihatnya."

Da Hae menatap lama kanvas itu yang ternyata adalah lukisan yang dia lukis sendiri, sebagai hadiah kelahiran Ha Neul.

"Aku tidak tahu jika unnie ternyata masih menyimpannya."

Da Hae yang sedari tadi jongkok mengurungkan niatnya berdiri  setelah melihat obat berceceran di kolong lemari. Da Hae yang sangat penasaran sekuat tenaga mendorong lemari itu.

"Obat apa ini?" Walaupun bingung dan tidak tahu obat apa yang ditemukannya, Da Hae tetap  mengumpulkan obat itu dan memasukkan ke sebuah wadah. Da Hae harus mencari tahu obat apa yang ditemukannya itu.

Setelah memasukkan obat ke dalam saku celananya. Kini dia bergegas untuk pergi ke apotek terdekat. 

Dengan keringat dingin mengucur ia bertanya kepada dokter yang berjaga. Dokter segera memberitahu jika obat itu hanya obat tidur biasa. Da Hae seketika menghela nafasnya. 

***

Sementara itu di tempat lain, Ha Neul yang baru saja pulang sekolah, di kejutkan dengan bibi yang menyodorkan paket padanya. 

"Apa ini?"

"Saya tidak tahu Tuan." 

Ha Neul lalu dengan santai merobek kertas paket itu tapi tidak ditemukan apapun di dalamnya. 

"Tidak ada apapun, mungkin orang iseng."

Ha Neul lalu mengumpulkan robekan-robekan itu lagi dan saat ia berdiri, tiba-tiba saja sesuatu terlihat menggelinding. Ha Neul dengan cepat mengambilnya.

"Pil?"

*

*

Malam harinya mereka makan malam bersama, Ha Neul hendak bertanya tentang paket itu tapi mengurungkan niatnya karena Kang Joon yang hanya asyik mengobrol dengan Da Hae.

"Aku harus ke ruang kerja, ada sesuatu yang harus aku kerjakan," pamit Kang Joon pada Da Hae yang langsung diangguki oleh wanita itu.

Melihat Kang Joon yang sudah menghilang, Ha Neul berdiri dan segera menarik Da Hae ke suatu tempat.

"Apa yang kau lakukan?" Da Hae menengok kanan dan kiri, takut ada yang melihatnya. 

"Tidak.. Hanya saja aku merindukanmu."

"Ha Neul jangan bercanda, bagaimana jika ada yang melihat?"

"Lalu?"

"Ha Neul!"

"Aku berharap hanya kita berdua saja di rumah ini," ucap Ha Neul pelan.

Saat mendengar ucapan Ha Neul, samar-samar Da Hae juga mendengar suara Kang Joon yang seperti memanggilnya.

"Ha Neul, aku harus pergi, ayahmu sedang mencariku."

Da Hae lalu meninggalkan Ha Neul dan pergi membuatkan teh untuk suaminya, tapi saat melangkah,  perkataan Ha Neul tadi justru teringang di kepalanya.

'Seandainya hanya ada kita berdua di rumah ini.'

Diam-diam Da Hae merogoh saku bajunya untuk meraih obat tidur yang sedari tadi ia kantongi. Ia kemudian berjalan menuju ruang kerja Kang Joon.

Kang Joon tersenyum begitu melihat kedatangan Da Hae. Sementara Da Hae terlihat sangat gugup. Da Hae memberikan minuman yang tadi dia buat kepada suaminya. Mata Da Hae tampak memperhatikan setiap gerak suaminya yang hendak meneguk minuman tadi.

Kang Joon lalu perlahan menyeruput teh buatan Da Hae. Namun tidak terjadi apa-apa. Rupanya Da Hae tidak cukup berani untuk memasukkan pil tidur ke minuman  Kang Joon. Sebelumnya ia hanya merogoh sakunya saja lalu mengurungkan niatnya. Da Hae keluar dengan lemas. Ia berusaha melatih seakan dirinya benar melakukannya tapi tetap saja ia tidak sanggup. Ia sangat gugup hingga berjalan begitu cepat dan menabrak bibi yang sedang berjalan membuat obat tidur yang dikantonginya jatuh berceceran.

"Maafkan saya Nyonya, apa Anda baik-baik saja?" 

Bibi kemudian berjongkok dan membantu Da Hae mengumpulkan obat yang berceceran. 

"Maafkan saya Nyonya, saya benar-benar minta maaf."

"Tidak apa-apa bi. Ini salahku," jawab Da Hae tersenyum ramah.

"Tunggu ini…"

Da Hae segera merebut  obat yang ada di tangan bibi.

"Jadi Nyonya yang memesannya?"

"Maksud bibi?"  

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!