Bab 6 Sunny

Da hae menarik diri, merapikan pakaiannya, memasang seatbelt kembali sebelum akhirnya melajukan mobilnya lagi. 

"Kenapa? Apa yang kau lakukan tadi Sunny? Apa kau sedang cemburu?" 

Da Hae menoleh ke arah Ha Neul yang tersenyum, mendengus lalu kembali fokus pada jalanan di depannya, membuat Ha Neul semakin tersenyum lebar, dia yakin wanita yang masih dia anggap Sunny saat ini tengah cemburu karena melihatnya tadi bersama Suji. Sebenarnya tadi pagi Ha Neul pun sengaja memeluk Suji, dia kesal saat melihat Sunny saat menenangkan ayahnya, Ha Neul hanya berniat membalasnya saja, sekaligus memastikan jika Da Hae benar-benar Sunny. Dan merasa wanita di sebelahnya ini kesal, membuat Ha Neul semakin yakin.

'Cepat atau lambat, aku yakin kamu akan mengaku jika kamu memang Sunny.'

Tak lama mobil yang Da Hae kendarai kini tiba di sebuah restoran tradisional dengan ruang pribadi agar bisa mengobrol dengan leluasa.

Da Hae melangkah diikuti dengan Ha Neul menuju ruangan yang sudah Ia pesan sebelumnya. Dia lalu memesan sesuatu, kemudian menatap Ha Neul.

"Kau mau pesan apa?" Tanyanya.

Bukannya menjawab Ha Neul justru tampak sibuk menatap wanita di hadapannya itu.

"Ha Neul!" Ucap Da Hae dengan suara yang cukup keras membuyarkan lamunan Ha Neul.

"Ah iya...Ah aku pesan makanan yang sama."

Da Hae mengangguk, kemudian menatap ke arah pelayan.

"Tolong buat masing-masing 2!"

Setelah kepergian pelayan, Ha Neul kembali menatap Da Hae, Da Hae hanya menundukkan kepalanya karena merasa canggung. Wanita itu bahkan merutuki dalam hati kenapa bisa-bisanya tadi kelepasan mencium Ha Neul.

"Berhenti menatapku seperti itu!" 

Ha Neul lagi-lagi tersenyum mendengar suara ketus Da Hae. 

"Kau mengajakku makan bersama, katanya ada yang ingin kau sampaikan."

"Kita makan dulu, aku sudah lapar."

"Hmm baiklah," jawab Ha Neul mengangguk-anggukkan kepalanya.

Mereka menghentikan obrolan saat pelayan datang menyajikan makanan, lalu setelahnya mereka pun makan dengan tenang.

Setelah makan, Da Hae memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar, Ha Neul pun mengikuti kemana pun Da Hae melangkah.

"Kau tidak mengurungkan niatmu kan? Atau itu hanya alasan saja karena kau ingin makan denganku?"

Langkah Da Hae berhenti, kemudian berbalik menatap Ha Neul.

"Kenapa?"

Da Hae menghela nafas panjang, "Kau benar," ucap Da Hae yang kembali berbalik melanjutkan langkahnya.

Ha Neul mengimbangi langkah Da Hae menatap wanita itu.

"Maksudmu, aku benar, kau beralasan ingin berbicara denganku, karena ingin makan bersama denganku? Itu kemauanmu atau perintah ayah?" Ucap Ha Neul yang kini memasang raut wajah datar.

"Jika itu perintah ayah, jangan harap aku bisa akrab denganmu, dan menganggapmu sebagai ibuku," Ha Neul dengan perasaan kecewa lalu berjalan mendahului Da Hae.

Da Hae mempercepat langkah dan menarik tangan Ha Neul menahannya.

"Lepas!"

"Ha Neul dengarkan aku dulu!"

"Tidak ada yang perlu aku dengarkan," dengan berucap dingin, Ha Neul sedikit menyentak tangan Da Hae lalu kembali melangkah cepat.

"Ha Neul, kau benar, aku memang Sunny, wanita yang bersamamu saat itu!" Teriak Da Hae membuat langkah Ha Neul otomatis berhenti.

"Aku Sunny Ha Neul, dan maaf karena tidak mengatakannya sejak awal. Aku hanya…"

Ucapan Da Hae berhenti, entah sejak kapan Ha Neul menghampirinya, dan kini membungkam bibir Da Hae dengan bibirnya.

Da Hae mengalungkan kedua tangannya di leher Ha Neul, sementara Ha Neul menarik pinggang Sunny, mengikis jarak diantara mereka.

"Aku sudah menduganya," ujar Ha Neul begitu pagutan bibir keduanya terlepas.

"Apa yang membuatmu begitu yakin jika aku Sunny?" 

Ha Neul tersenyum, lalu menarik pinggang Sunny hingga Sunny terkejut.

"Apa kita akan membicarakan disini?"

Da Hae menatap ke sekeliling, ada beberapa orang yang memang tengah berjalan di sekitar situ. Rasanya tidak baik jika dia dan Ha Neul tetap berbicara disana.

"Baiklah, kita ke mobil sekarang!" Da Hae mencoba melepaskan tangan Ha Neul dari pinggangnya, tapi Ha Neul justru mengeratkan rangkulannya, membuat Da Hae pasrah.

"Jadi?" Tanya Sunny begitu mereka sudah kembali berada di dalam mobil.

"Kau sangat tidak sabar sayang."

"Ha Neul jangan memanggilku seperti itu."

Ha Neul hanya mengedikan kedua bahunya acuh.

"Aku akan menunjukkanmu suatu tempat dan kita akan berbicara disana."

Da Hae menghela nafas, lalu mengemudikan mobilnya sesuai dengan petunjuk Ha Neul. 

Dan kini tibalah mereka di sebuah pondok tidak jauh dari rumahnya. Ha Neul segera membuka gembok dengan kunci yang ada di kalungnya.

Da Hae tidak menduganya, bahwa pondok itu adalah pondok tempat favorit ibu Ha Neul melukis. Disana terdapat berbagai lukisan yang disimpan untuk koleksi pribadi serta lukisan yang dibuat khusus untuk Ha Neul.

"Apa ini? Ini semua adalah lukisan Unnie?" 

"Benar. Ibu menyimpan ini semua untukku. Sekarang, tempat ini bisa menjadi tempat untukmu juga."

"Aku?" 

"Hmm, sebenarnya Ini tempat sempurna untuk melukis. Juga ini rahasia. Ayah bahkan tidak tahu tentang tempat ini."

"Wah aku bertanya-tanya kemana unnie membawa semua lukisannya. Disini rupanya."

Da Hae sangat senang dengan pondok rahasia itu. Dia kemudian mengambil kuas yang sudah ia celupkan cat dan menorehkannya pada sebuah lukisan. Memperjelas sebuah gambar matahari.

"Apa yang kau lakukan?"

"Hmm ini...sebenarnya lukisanku."

"Benarkah?" Tanya Ha Neul tak percaya.

"Hmm. Saat itu aku masih pemula, Unni mengatakan lukisanku bagus tapi sama sekali tidak mempunyai jiwa. Apapun yang ku lukis terlihat suram meskipun itu adalah pantai dengan ombak yang indah. Karena itu disini...unni menggambar matahari untukku. Sunny...

"Ah itu…? 

"Benar...Unnie yang memberikan nama itu. Dia bilang senyumku secerah matahari jadi dia memintaku untuk terus tersenyum. Dan ini…," Da Hae kemudian mengeluarkan sebuah kalung dengan bentuk matahari. 

"Aku ingin memberikan ini padanya begitu aku kembali tapi…"

"Berikan padaku!" Potong Ha Neul cepat.

"Hah?" 

"Aku akan menjaganya untuk ibu. Dan sebagai gantinya…" Ha Neul pun melepaskan kalungnya dengan kunci sebagai bandulnya. "Jaga ini untukku!"

"Haruskah? Kalau begitu akan aku pakaikan untukmu."

Matahari mendadak bersinar indah menyelinap melalui celah-celah kayu pondok saat itu. Menyoroti Da Hae dan Ha Neul yang saling menatap satu sama lain. 

Da Hae memasangkan kalung mataharinya untuk Ha Neul. Sementara Ha Neul memakaikan kalung kunci pondok pada Da Hae

"Cantik." Ha Neul menatap Da Hae lekat yang kini tersenyum cantik di hadapannya. Senyum yang mengingatkan saat pertama kali ia jatuh hati padanya. 

Da Hae terpaku menatap senyum Ha Neul, senyum yang berbeda dengan senyum pria itu.

"Senyum kamu yang membuatku yakin, jika kau benar-benar Sunny," ucap Ha Neul menarik pinggang Sunny. 

Kedua tatapan mereka bertemu, Ha Neul mendekatkan wajahnya lalu mendaratkan bibirnya di bibir Sunny.

*

*

Sementara itu di kantor, Kang Joon yang sedang sibuk dengan berkas-berkas di tangannya mengangkat kepala begitu seseorang mengetuk pintu dan masuk ke ruangannya setelah ia persilahkan.

"Apa yang kau lakukan disini? Bukankah kau seharusnya bersama Da Hae?" Tanyanya kepada orang itu.

"Nyonya pergi makan bersama Tuan Muda, Tuan."

Kang Joon menatap Jung sejenak lalu kembali fokus pada pekerjaannya.

"Rupanya dia beradaptasi lebih cepat dari dugaanku. Itu bagus," Kata Kang Joon dengan senyum di wajahnya.

Mendengar itu Jung menghela nafas lega.

"Lalu ada lagi yang ingin kau sampaikan?"

Jung menarik nafas panjang, mempersiapkan dirinya karena mungkin setelah mendengar hal yang akan disampaikannya, atasannya itu akan marah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!