Setelah melepas rindu dengan kedua orang tuanya, Da Hae berpamitan untuk ke atas, dan disinilah Da Hae, dia tengah berjalan mondar-mandir di kamarnya, memikirkan apakah keputusan yang akan dia ambil adalah yang terbaik. tapi Da Hae memang tidak punya pilihan lain, dia tidak mau menyusahkan keluarga yang sudah membesarkannya. Setelah berpikir cukup lama, Da Hae memantapkan diri, mengambil ponsel yang sedari tadi tergeletak di atas meja. Men Scroll layar mencari nama Kang Joon lalu segera menghubunginya. Tak perlu waktu lama, panggilannya kini sudah terhubung.
"Ya Da Hae."
"Oppa, ada yang ingin aku sampaikan," Da Hae menarik nafas dan menghembuskannya perlahan, meyakinkan dirinya sekali lagi, apa keputusannya ini sudah benar. Setelah dirinya sudah kembali yakin, Da Hae melanjutkan ucapannya.
"Oppa, aku menerima pernikahan itu."
"Baiklah, terima kasih Da Hae, aku akan segera mempersiapkan segala keperluannya," dari seberang telepon terdengar suara Kang Joon yang begitu senang mendengar keputusan Da Hae itu.
"Oppa, kita tidak perlu acara mewah, keadaan sedang berduka, dan tentang Ha Neul…"
"Kamu tidak perlu memikirkan tentang anak itu, aku yakin Ha Neul akan setuju, ini juga karena permintaan ibunya bukan. Kamu jangan khawatir dan persiapkan dirimu saja Da Hae."
"Baik oppa."
Da Hae mengakhiri telepon mereka, menghela nafas kemudian menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. Dengan posisi telentang, dia menatap langit-langit kamar berharap inilah yang terbaik. Ya, inilah jalan satu-satunya saat ini, Da Hae sungguh tidak nyaman di rumah ini karena kakak angkatnya, Lee Jae wook sangat membencinya, semenjak keluarga ini bangkrut, kakaknya selalu menyalahkan Da Hae atas masalah yang terjadi dalam keluarganya, karena menurut Jae Wook dia hanyalah pembawa sial, semenjak dirinya masuk ke dalam keluarga ini, semua masalah datang bertubi-tubi. Dan karena salah satu alasan itu, Da Hae pernah meninggalkan negara kelahirannya, dan baru tadi pagi dia kembali, tepatnya setelah dia mendapat telepon dari Kang Joon bahwa Moon Ji Hee, istri pria itu meninggal. Da Hae banyak berhutang pada wanita itu. Dan mungkin dengan pernikahan itu pula, dia bisa membayar hutangnya.
*
*
Sementara itu di tempat lain
Seorang pria terus saja menggedor pintu juga berteriak meminta keluar sejak siang tadi, tapi sepertinya sama sekali tidak ada yang mendengarkannya. Teriakan terasa sia-sia karena beberapa pengawal yang berjaga di depan pintu terus mengabaikannya.
Gedoran itu kian melemah seiring tubuh pria itu yang kini merosot ke lantai.
"Kenapa kalian tega? Kenapa kalian tidak mengizinkanku untuk menghadiri pemakaman ibuku sendiri?"
Sekuat-kuatnya pria itu, kini akhirnya air matanya tumpah juga. Hatinya begitu sakit, terlebih sebelumnya tidak ada seorang pun yang memberitahu dirinya tentang kondisi sang ibu sebenarnya. Di tambah dia mendengar sendiri dari dokter yang merawat ibunya, bahwa selama ini ayahnya tidak pernah mengunjungi ibunya yang tengah di rawat, ayahnya juga sama sekali tidak berusaha melakukan apapun untuk kesembuhan ibunya.
Tangan pria itu mengepal, memukul-mukul lantai kamarnya guna melampiaskan segala amarahnya di dalam dada.
"Ibu…kenapa bu? Kenapa ibu meninggalkan Ha Neul secepat ini? Kenapa?" Pria yang bernama Ha Neul memukul dadanya yang tiba-tiba merasa sesak.
Suara kunci yang diputar dua kali terdengar. Dengan sekuat tenaga, Ha Neul mencoba untuk berdiri, benar saja tak lama pintu terbuka, ayahnya muncul dari balik pintu. Ha Neul menatap tajam pria yang kini masuk ke dalam kamarnya. Kedua tangannya masih mengepal di samping kanan dan kiri tubuhnya, nafasnya naik turun tak beraturan, emosi masih menguasai diri Ha Neul saat ini, tapi dia berusaha menahannya, dia ingin mendengar penjelasan dari ayahnya, mencari tahu apa sebenarnya terjadi, apakah benar ayahnya melakukan hal itu.
"Ayah datang untuk memberitahumu jika ayah akan menikah," ucap Kang Joon ayah Ha Neul tanpa berbasa-basi.
Bukan mendengar penjelasan, Ha Neul justru mendengar kalimat yang menyakitkan. Bagaimana mungkin ayahnya mengatakan hal itu, baru sehari ibunya meninggal dan ayahnya mengatakan akan menikah? Setidak berperasaan kah pria itu?
"Hanya itu yang bisa ayah katakan?" Teriak Ha Neul saat melihat ayahnya hendak berlalu pergi.
Kang Joon menghentikan langkahnya, dan berbalik, berjalan mendekati putranya.
"Ha Neul tenanglah! Ayah mengatakannya karena kau adalah anak ayah. Ayah tidak mengharapkan apapun. Kau juga tidak perlu menghadiri pernikahan ayah."
Ha Neul tak percaya mendengar apa yang baru saja ayahnya katakan.
"Dan berhentilah bersikap kekanak-kanakan!" Tekan Kang Joon pada sikap Ha Neul.
"Apa? Kekanak-kanakaan?"
Ha neul berjalan cepat meraih kursi di dekat meja belajarnya, mengangkat dan mengayunkannya, hendak melemparkannya pada Kang Joon.
Seorang pengawal yang melihat itu, segera berlari dan menghentikan aksi Ha Neul, merebut kursi yang ada di tangan anak bos nya itu. Ha Neul mendorong kedua orang yang menahannya itu, berjalan cepat menarik kerah kemeja Kang Joon.
"Apa hanya aku yang merasa kehilangan disini? Apa ayah tidak sedikitpun merasa sedih saat ibu pergi. Kenapa? Kenapa yah?"
Ayah Ha Neul tidak menjawab apa-apa, wajahnya datar, dan sama sekali tidak Ha Neul temukan kesedihan di mata ayahnya.
Tubuh Ha Neul merosot, hingga duduk bersimpuh di atas lantai yang dingin. Ha Neul masih tidak percaya dengan apa yang terjadi saat ini, rasanya seperti ini, ada banyak hal yang dia lewatkan saat dirinya tidak berada di rumah ini.
"Ha Neul! Dengarkan selagi ayah masih berkata baik-baik. Ini adalah keinginan ibumu."
"Tidak mungkin!" Ha Neul mengangkat kepalanya, sorot matanya begitu tajam serta penuh luka. Tidak percaya dengan alasan yang baru saja dikatakan ayahnya.
"Kalau kau tidak percaya pada ayah, kau bisa bertanya pada pengacara keluarga kita," Ucap ayah Ha Neul.
"Dan perlu kamu tahu, ayah tidak berharap kau akan datang, ayah tahu kau masih sedih dengan kematian ibumu. Jadi cukup hargai keputusan ayah dan permintaan ibumu."
Setelah mengatakan itu ayah Ha neul pun berlalu pergi.
"Jangan sampai dia keluar!"
Bahkan Ha neul masih mendengar ucapan ayahnya itu sebelum benar-benar pergi dari kamarnya.
Ha Neul berjalan cepat menuju ke arah meja, meraih apapun yang ada di kamarnya, menjatuhkan semua barang-barang yang dilihatnya, emosi Ha Neul benar-benar meluap, hingga dia tidak bisa menahannya lagi.
"Kenapa? Kenapa? Kenapa bu? Hal itu tidak mungkin kan bu? Ha Neul yakin ibu tidak mungkin meminta permintaan aneh itu, iya kan bu?" ucap Ha Neul di sela amukannya.
Dia yakin, bahkan sangat yakin, jika itu hanya alasan ayahnya, ayahnya pasti punya selingkuhan dan ingin menikahinya, ya Ha Neul berpikir mungkin saja, ayahnya sudah merencanakan semua ini setelah ibunya meninggal, itu mungkin juga alasan yang membuat ayahnya tidak melakukan pengobatan apapun terhadap ibunya. Dan dalam hati Ha Neul bersumpah bahwa dia akan membuat pernikahan ayahnya tidak bahagia, dia akan membuat ayahnya merasakan bagaimana rasanya ditinggalkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments