5. Pemberontakan

Satu jam yang lalu, di ruang rapat istana, terdapat sebuah meja lonjong dan sembilan kursi berlapis kain beludru. Kesembilan kursi itu diduduki oleh sang raja dan delapan Elvenar, yakni gelar bangsawan di Kerajaan Legolas.

Para Elvenar tergabung dalam dewan kerajaan dan bertugas memberi masukan serta merapatkan strategi bersama raja dalam pengambilan keputusan penting. Akan tetapi, saat ini bukan raja yang sedang mereka beri nasihat, melainkan seorang pangeran bernama Haldir.

Ketika Raja Aelfric meninggal mendadak tanpa ada keturunan, keadaan politik Kerajaan Legolas menjadi gempar. Namun, sang adik raja bernama Leis tiba-tiba membawa seorang pemuda bernama Haldir ke tengah-tengah para Elvenar. Leis mengatakan bahwa Haldir adalah putra raja dari perempuan selain ratu.

Tentu saja situasi kerajaan jadi makin heboh. Keberadaan Haldir di tengah-tengah kursi tahta yang kosong, berarti membatalkan para Elvenar untuk mengangkat anak mereka masing-masing menjadi kandidat raja.

Dalam tradisi Legolas, ketika raja tidak memiliki penerus, maka anak-anak anggota Elvenar berhak menjadi kandidat raja selanjutnya. Tiap Elvenar dapat mencalonkan seorang anaknya, dengan syarat telah mencapai usia dua puluh tahun dan maksimal 25 tahun.

Bila seorang Elvenar tidak memiliki keturunan yang bisa dicalonkan, maka dia dapat merekomendasikan seseorang dari kalangan rakyat biasa. Kemudian, kedelapan calon akan menjalani masa percobaan selama setahun sesuai tradisi.

Keberadaan Haldir sebagai keturunan Raja Aelfric tidak dapat diragukan lagi, setelah dirinya dipastikan oleh tabib kerajaan bahwa darah Legolas mengalir dalam dirinya. Meskipun asal usul sang ibu diragukan, tetapi sudah jelas Haldir memiliki hak penuh untuk menjadi kandidat raja tunggal.

Masa percobaan Pangeran Haldir menjadi calon raja masih memakan waktu enam bulan lagi. Kini, sang pangeran sedang sibuk menghadapi berbagai masalah yang terjadi di kerajaannya.

"Yang Mulia, mengenai masalah pemberontakan di bagian selatan negeri, apakah diperlukan mengirim pasukan ke sana?" Seorang Elvenar bertanya pada Haldir. Sang pangeran tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya bertanya, "Wilayah mana saja yang terkena dampaknya?"

"Lahan pertanian di Desa Corrid dan Desa Anenfel dijarah dan dibakar."

"Desa Corrid masuk ke dalam wilayah Kota Nygaard, sedangkan Desa Anenfel di wilayah Tranum, benar?" Haldir mengonfirmasi dan diiyakan oleh para Elvenar.

"Kalau begitu, Tuan Nygaard dan Tuan Tranum, ungsikan para warga yang tinggal di kedua desa tersebut. Kalian bisa membangun pemukiman sementara, menumpang di desa lain di kota kalian." Haldir mengambil keputusan, yang langsung dicatat oleh notulis rapat.

"Kemudian, Tuan Themaris," Haldir mengambil napas sejenak, sebelum dia melanjutkan. "karena kota Anda berada satu wilayah dengan mereka, tampunglah para warga dari kedua desa tersebut apabila ada di antara mereka yang memilih untuk pergi ke wilayah Themaris."

"Baik, Yang Mulia," sahut Olrun Themaris. Setelah tadi sempat bertengkar kecil dengan putri sulungnya, Olrun masih sempat menghadiri rapat di malam hari. Setidaknya, pikiran yang tadinya sempat mengarah pada seseorang yang mau tidak mau dia anggap sebagai putri, langsung teralihkan berkat fokus pada rapat di depan mata.

"Apa Anda merasa kesulitan mencegah serangan para pemberontak itu, Tuan Tranum?" tanya Haldir. Dia mengetahui kalau pemberontak itu berasal pertama kali dari wilayah Tranum.

Tuan Tranum menggeleng. "Sampai saat ini keadaan masih bisa dikendalikan. Namun, persediaan makanan di wilayah kami menipis karena pembakaran yang dilakukan para pemberontak itu."

"Baiklah. Dari ibukota akan mengirimkan bala bantuan berupa pasukan, obat-obatan, serta makanan ke wilayah Tranum dan Nygaard. Diharapkan, wilayah lain dapat membantu untuk menyumbangkan sebagian persediaan kalian juga ke dua wilayah tersebut."

"Siap laksanakan, Yang Mulia," jawab para Elvenar hampir bersamaan.

"Oh, di luar topik, apakah kalian mengetahui, mengapa tiba-tiba ada pemberontak, setelah sekian lama kedamaian hadir di Legolas?" Pangeran Haldir bertanya, tetapi tak ada satu orang pun yang menjawab.

Tiba-tiba, seseorang berjanggut ikal merah lebat dan bertubuh kekar berdiri dari kursi. Dia adalah Eddar Eetelbum, pemimpin wilayah Eetelbum yang berada di sekitar pesisir pantai. Eetelbum juga merupakan tameng pertahanan pertama bila terjadi serangan pada Kerajaan Legolas dari arah laut.

"Mohon maaf bila saya lancang, Yang Mulia. Tapi yang saya dengar, motif mereka berhubungan dengan latar belakang serta asal-usul Yang Mulia." Eddar Eetelbum berkata langsung ke titik poin, membuat semua Elvenar yang hadir terbelalak, tak terkecuali Pangeran Haldir sendiri.

"Tuan Eetelbum, sebaiknya anda berbicara lebih hati-hati lagi. Ini menyangkut nama baik Legolas!"

"Saya hanya mengutarakan fakta. Apa yang salah dari hal itu?" Eetelbum membela diri. Pernyataan tersebut pun dibela oleh Lukas Hartvig, pemimpin kota Hartvig yang berlokasi di sebelah Eetelbum.

"Yang dikatakan oleh Tuan Eetelbum adalah benar. Lebih dari seratus tahun, turun temurun keluarga Legolas telah memimpin kita sebagai raja maupun ratu di bawah naungan nama mereka. Ketika Raja Aelfric tiada, kita telah bersiap melakukan pergantian nama kerajaan seandainya salah satu dari calon Elvenar naik tahta. Akan tetapi, tanpa ada angin dan hujan, tiba-tiba Yang Mulia Pangeran muncul ke permukaan." Perkataan Lukas Hartvig membuat semua yang ada di ruangan menjadi hening.

"Kita para Elvenar dan anggota istana lain mungkin akan mengerti, tapi bagaimana dengan rakyat? Mereka perlu waktu untuk memahami situasi ini. Jadi wajar, bila sebagian dari mereka melakukan pemberontakan. Mereka jelas belum paham asal-usul Yang Mulia, terutama apakah Yang Mulia terlahir dalam ikatan pernikahan atau tidak," ucap Hartvig.

"Tuan Hartvig, jaga bicara Anda! Kita semua yang ada di sini sudah membuktikan bahwa darah Legolas mengalir dalam diri Yang Mulia Pangeran Haldir, beraninya sekarang Anda---"

"Cukup!" Tiba-tiba Haldir bangkit dan berteriak. Perdebatan para Elvenar terhenti seketika.

"Saya menghargai semua pendapat kalian sebagai bagian dari dewan kerajaan ini. Terima kasih untuk hal itu. Lalu, mengenai para pemberontak ini," ucap Pangeran Haldir, lalu mengambil napas sejenak, "saya akan memikirkan cara supaya mereka memahami situasi yang saya alami."

"Baiklah. Karena saya rasa waktu sudah terlalu larut, maka rapat malam ini cukup sampai di sini. Terima kasih kepada kalian yang sudah menyempatkan diri untuk hadir." Haldir memberikan penutupan, sebelum keluar dari ruang rapat paling akhir. Segera dia kembali ke kamar untuk melepas semua atribut kerajaan yang menempel di tubuhnya, yakni mantel, lencana-lencana, dan jubah. Para pelayan membantu Haldir melepaskan semua beban tersebut.

Di saat seperti inilah, Haldir rindu untuk menjadi seseorang yang tidak memiliki gelar maupun pangkat. Dahulu, dia mengagumi setiap kali ada bangsawan yang lewat melintasi jalanan kecil di desa tempatnya tinggal untuk inspeksi.

Sekarang, ketika posisinya bahkan lebih tinggi dari seorang bangsawan, dia justru ingin kembali menjadi anak kecil polos dan tinggal di desa. Bermain ke hutan, mengumpulkan kayu bakar dan buah-buahan, juga memotong hewan ternak untuk persiapan musim dingin. Haldir merindukan segala yang dia lakukan ketika masih menjadi rakyat biasa.

Haldir beranjak mendekati jendela kamarnya yang terletak di lantai dua istana. Jendela tersebut menghadap ke area belakang, yakni pemandangan Danau Moonlite yang menjadi ikon Kerajaan Legolas.

Danau tersebut begitu ramai di siang hari, namun sangat sepi di malam hari, kecuali di hari Festival Bulan yang diadakan di pertengahan tahun. Saat festival itulah, seluruh warga Legolas berkumpul di tepi danau dan melakukan pemujaan pada Dewi Lileath.

Dulu, di desa tempat Haldir tinggal, juga terdapat sebuah danau. Namun, tidak sebesar Moonlite ini. Dia sering duduk-duduk di tepian danau untuk mencari angin segar dan menghilangkan rasa penat dan kesal bila sehabis dimarahi paman dan bibinya karena sesuatu hal. Haldir sering melempar kerikil ke atas permukaan airnya.

Malam ini, Haldir merindukan semua itu. Mantel yang telah tergantung disambarnya kembali. Bergegas dia berlari ke lantai bawah, menuju halaman belakang. Ketika para pengawal menawarkan diri untuk menjaga, sang pangeran menolak. "Aku hanya pergi ke tepi Danau Moonlite. Kalian tak perlu mengawalku, aku sedang ingin sendiri."

Tak berapa lama, pemandangan air danau segera terlihat, dikelilingi pepohonan rindang di tepi seberang. Pegunungan yang menjadi perbatasan Kerajaan Legolas dengan negeri tetangga pun terlihat di kejauhan. Permukaan air danau tampak bercahaya, terkena sinar purnama yang memantul.

Haldir mengedarkan pandangan ke sekitar. Dia berpikir bahwa dirinya sendirian saja di sini, tetapi ternyata tidak. Haldir melihat seseorang sedang menceburkan kedua kakinya ke dalam air danau, lalu mulai berjalan perlahan ke tengah, hingga setengah tubuhnya mulai tenggelam.

Itu ... apa yang sedang dia lakukan?! Haldir terkesiap, lalu segera berlari ke arah orang tersebut, untuk mencegah apa pun yang akan dilakukan olehnya.

***

Terpopuler

Comments

SoVay

SoVay

lanjuuutt

2023-03-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!