4. Cara Lain

"Tidak ... bukan aku yang membunuh ibu! Bukan!" Liv berteriak tanpa sadar. Suaranya terdengar sampai ke dalam lobi, diikuti derap langkah yang makin menjauh. Olrun dan Melian langsung bangkit dari duduk saking terperanjatnya.

"Liv?" Melian hendak menyusul Liv, tetapi tangannya dicegah oleh Olrun.

"Sudah, biarkan saja! Lagi pula, memang seperti itu faktanya."

"Ayah!" Melian melepaskan cengkeraman tangan Olrun. "Bagaimanapun juga, dia tetap adikku!"

Melian berlari menyusul Liv ke lantai atas. Namun terlambat, Liv terlebih dahulu menutup pintu. Berkali-kali Melian berteriak, tetapi Liv tidak menggubris. Hingga akhirnya, Melian menyerah.

"Yang perlu kamu tahu, Liv, aku akan tetap ada di sisi kamu!" teriak Melian, berharap suaranya terdengar sampai ke dalam kamar Liv, sebelum akhirnya dia turun ke bawah. Kakaknya itu tidak mengetahui, bahwa di tangan Liv sudah ada pecahan kaca tajam dari cermin lemari yang dia hancurkan.

Pandangan mata Liv begitu gelap. Di pikirannya hanya ada satu kata: mati. Liv berpikir kalau itulah yang seharusnya terjadi pada dirinya. Dia bahkan telah menghilangkan satu nyawa yang sangat berharga. Liv memandang pantulan dirinya di cermin dan merasa jijik.

"Ayah memang benar. Monster sepertiku seharusnya menghilang dari dunia ini saja ... ."

Liv mengulurkan tangan kanan, sementara tangan kiri telap siap dengan pecahan kaca. Gadis itu memejamkan mata, lalu mendekatkan ujung tajam benda tersebut ke kulit pergelangan tangan.

Biarlah aku mati ... setelah ini, aku bisa bertemu Ibu di atas sana dan meminta maaf atas perbuatanku ... , ucap Liv dalam hati.

Namun, seperti yang terjadi di masa lalu, terjadi juga di hari ini. Selimut kabut hitam muncul di sekujur tubuh Liv. Tanpa diinginkan oleh gadis itu, kabut itu mulai makin jelas warna hitamnya dan menebal, terutama di bagian pergelangan tangan. Pecahan kaca tajam itu tidak dapat tembus sampai ke kulit.

Liv mencoba melukai bagian lain dari tubuhnya, tetapi hasilnya tetap sama. Di bagian mana pun Liv ingin membuat dirinya terluka, kabut itu menebal di bagian tersebut. Kabut itu memang selalu muncul ketika mendeteksi adanya serangan fisik apa pun yang akan menyerang Liv dan menghilang ketika bahaya usai, seolah ingin melindungi majikannya.

"Kenapa! Kenapa aku tidak diizinkan untuk mengakhiri saja hidupku! Kenapa!"

Liv melempar pecahan kaca di tangannya ke tembok. Gadis itu menangis sambil duduk memeluk lutut. Bahkan untuk mati saja semesta telah menolak dirinya.

"Oh," Liv tiba-tiba memikirkan sesuatu, "ada banyak cara untuk melenyapkan nyawa sendiri, tidak harus dengan melukai pergelangan tangan, 'kan? Bagaimana kalau misalnya ... ."

Liv menyeka air mata yang tersisa di pipi. Dia membulatkan tekad harus menebus dosa, dengan cara apa pun juga. Bukan dengan sihir, karena kekuatan Liv terlalu lemah bila dibandingkan dengan elf sebayanya. Gadis itu memikirkan cara lain.

Liv mengambil mantel tudung dari dalam lemari. Kemudian, dia membuka jendela kamar. Liv melongok ke bawah rumah. Jaraknya cukup tinggi, sekitar dua puluh meter, tetapi Liv tidak berniat mengakhiri hidupnya dengan cara terjun. Lagi pula, hasilnya pasti gagal, mengingat dirinya memiliki kabut hitam yang selalu siap melindungi. Liv terpikirkan cara yang bahkan kabutnya tak akan bisa bertindak apa pun.

Liv menuruni mansion pohon keluarga Themaris dengan bantuan tanaman merambat yang cukup kuat menempel pada batang, dari bawah hingga puncak. Satu per satu kakinya berpijak di sulur tanaman tersebut sampai tanah. Kemudian, dengan berlari-lari kecil, Liv menuju ke tempat dia ingin mengakhiri nyawanya.

***

"Sepertinya, barusan ada yang lewat," ujar seorang pria pada temannya. Matanya menangkap bayang seseorang bergerak begitu cepat di antara akar-akar pohon mansion.

"Aku tidak melihat siapa pun," sahut si teman.

"Benarkah? Tadi aku merasa ada bayangan seseorang pakai gaun. Apa aku salah lihat, ya?"

"Pakai gaun? Perempuan, maksudmu? Mana mungkin perempuan di Kerajaan Legolas ini berani keluar malam sendirian? Bisa-bisa heboh dibicarakan sekitar!"

"Ah, benar juga."

Percakapan kedua warga pria tadi benar-benar membuat Liv menjadi waswas. Jantungnya berdebar kencang saking paniknya. Gadis itu sedang bersembunyi di balik salah satu akar pohon rumah seseorang. Begitu kedua pemuda itu lewat, Liv mengambil napas lega. Kedua tangan diletakkannya di dada, guna menenangkan debaran jantung.

Di Kerajaan Legolas, ada satu tradisi tak tertulis bagi para kaum perempuan, yakni untuk tidak berjalan-jalan di malam hari sendirian tanpa pendamping. Hal itu dianggap tidak etis, karena kaum elf wanita dipandang terhormat dan bisa menjaga kehormatannya. Tidak ada sanksi khusus, hanya saja nama keluarga bisa tercemar karena hal itu. Bahkan, berjalan bersama pendamping pun akan dipertanyakan, apakah masih ada hubungan keluarga, bertunangan, atau tidak sama sekali. Menjawab dengan opsi ketiga akan membuat si perempuan dan pendampingnya dihakimi sanksi sosial oleh masyarakat setempat.

Liv mengetahui tradisi tersebut, tetapi Liv terpaksa keluar sendirian saat ini. Dia tidak mungkin mengajak kakaknya bila tujuannya adalah untuk mengakhiri hidup. Namun, Liv juga tidak ingin ketahuan warga apabila dia sedang keluar malam sendirian. Liv hanya ingin tiada, supaya dia bisa menghilang dari kehidupan sang ayah, bukan mencemarkan nama baik keluarga.

Liv berjalan mengendap-endap dari balik satu batang pohon rumah ke batang lainnya. Tujuannya adalah danau di balik kompleks istana. Liv tahu, bahwa meski di siang hari danau itu ramai oleh para bangsawan yang berekreasi atau sekadar jalan-jalan, tetapi tidak begitu ketika malam. Saat matahari terbenam tiba, danau itu sepi, hingga hanya suara jangkrik yang terdengar.

Liv akan mencoba untuk menenggelamkan dirinya di dasar danau tersebut.

Malam itu, bulan purnama muncul. Begitu tubuh Liv terkena sinar purnama, warna kulitnya berubah menjadi putih porselen layaknya elf lainnya. Meski begitu, Liv tidak mengubah tujuannya semula.

"Kekuranganku menghilang saat bulan purnama. Tapi buat apa menjadi normal, kalau hanya di saat-saat tertentu saja?" gerutu Liv.

Tak berapa lama, Liv sampai di area danau yang dimaksud. Bulan bersinar sangat terang dan membulat penuh di atas permukaan air. Dedaunan berbunyi gemerusuk tertiup angin berhembus. Di sebelah selatan danau tersebut, terdapat semak belukar yang membatasi pagar kompleks istana. Danau ini memang terletak di luar area belakang istana Kerajaan Legolas.

Danau Moonlite, begitulah namanya. Area ini sepi setelah matahari terbenam, padahal namanya diambil dari benda yang terlihat hanya saat malam. Para warga memang tidak suka berjalan-jalan dalam hembusan udara malam yang dingin bila tidak ada acara atau keperluan mendesak.

Liv bersembunyi di balik sebuah semak dan memerhatikan keadaan sekitar secara saksama. Dia ingin menghilang diam-diam dan tenggelam tanpa diketahui siapa pun. Jadi, Liv memastikan kalau tidak ada penjaga istana yang berpatroli di sekitar danau ini.

Rupanya, kekhawatiran Liv terlalu berlebihan. Para pengawal itu hanya berpatroli di bagian dalam kompleks istana, tidak sampai keluar. Bahkan, sepertinya mereka tidak akan bisa melihat kalau ada orang yang berjalan-jalan di sekitar danau pada malam hari seperti ini.

Setelah merasa cukup aman, Liv keluar dari persembunyian. Gadis elf itu mendekati tepi danau, lalu melepas alas kaki berupa sandal usang pemberian lama kakaknya. Ujung jemari kakinya menyentuh permukaan air. Rasanya dingin luar biasa, karena memang sebentar lagi musim gugur tiba.

Keinginan Liv sempat goyah ketika merasakan air yang dingin. Ditambah lagi, saat Liv membuka tudung kepala, angin dingin berhembus. Daun telinganya yang panjang dan lancip serasa bergidik. Akan tetapi, Liv kembali membulatkan tekad. Liv telah mencemplung satu kakinya ke dalam air. Liv gemetaran, rasanya dingin sampai ke tulang.

Namun, baru saja Liv hendak memasukkan kaki satunya lagi, dia dikejutkan oleh panggilan seseorang. "Hey! Sedang apa kamu?"

***

Terpopuler

Comments

SoVay

SoVay

semangat yaaah

2023-03-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!