Maaf banyak typo bertebaran, nanti Author revisi perlahan🙏
Selamat membaca, jangan lupa dukung author like and komen jangan lupa di vote nya bestie🌷
Love you all💗
...****************...
Pagi hari menjelang, Celin menggeliatkan tubuhnya sambil memeluk guling dengan mata yang masih terpejam. Beberapa detik kemudian ia membuka mata namun kesadarannya belum terkumpul, tidak bisa di pungkiri tidurnya terasa nyenyak dan nyaman.
Setelah mengumpulkan kesadarannya penuh, Celin membuka matanya lebar dia langsung duduk di atas ranjang mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar.
Sedetik kemudian Celin tercengang dia tau betul kamar ini milik siapa, ingatannya kembali di mana ia masih dihukum oleh Zein membersihkan sepuluh koleksi mobil mewah milik lelaki itu.
Dia merasa heran kenapa lelaki itu membawanya ke kamar pribadinya, Celin memindai pakaiannya. Dia menghela nafas lega karena pakaiannya masih utuh dan lengkap. Celin menepuk dahinya melihat jam tertera pukul delapan pagi.
"Ah sial kesiangan." desis Celin, dia langsung beranjak dan berlari kecil menuju pintu pergerakannya terasa lama karena kamar itu begitu luas.
Setelah keluar dari kamar pribadi milik Zein, karena tergesa gesa dia menabrak orang. "Aws sakit, hey kalo jalan itu liat pakai mata." bentak seorang perempuan yang terduduk di lantai. Perempuan itu berdiri, ia mengernyitkan dahi lalu menelisik penampilan Celin.
"Kamu siapa, kenapa bisa keluar dari kamar tuan Zein? kamu mau maling ya?." tuduh Lira, ya dia adalah salah satu pelayan di mansion Zein. Dia cuti selama seminggu karena ibunya yang berada di kampung sakit. Mungkin karena itu dia tidak mengenali Celin.
Mendengar penuturan Lira ia melebarkan kedua bola matanya, Celin menatap Lira tajam. Matanya memicing memindai penampilan Lira yang mengenakan pakaian pelayan. Sedetik kemudian Celin baru paham, bahwa perempuan itu juga termasuk seorang pelayan sama seperti dirinya.
"Hey kenapa diam saja, kalau di tanya itu di jawab, kenapa liat penampilan saya?. Saya tau kalau saya itu cantik tuan Zein pasti akan tergoda dan tergila gila, jadi dengar ya sebentar lagi saya akan menjadi nyonya di mansion ini."
Lira mengibaskan rambutnya kebelakang ia berucap dengan penuh percaya diri sambil melipat tangan di dada.
Celin mengedipkan matanya beberapa kali, kemudian tertawa renyah. "Hahaha, mimpi." ejek Celin tertawa terbahak bahak, seperti ucapan perempuan yang berada di depannya sangat menggelikan di telinga Celin.
'Cantik apanya? aduh itu bibir merah sekali wajah full bedak. Seperti wajah amerika tangan afrika!!'
Batin Celin terkikik geli karena mustahil Zein yang tampan nyaris sempurna mau dengan perempuan yang berada di hadapannya ini. Lira melebarkan bola matanya, wajahnya memerah karena di ejek dan ditertawakan oleh Celin.
"Hei berani ya kamu mentertawakan Lira!" bentaknya dengan nafas naik turun sembari menatap Celin tajam.
Celin meredakan tawanya, namun melihat wajah Lira sungguh dia tidak bisa menahan tawa apa lagi perempuan itu halu nya ketinggian. Celin menutup mulutnya menahan agar tawa nya tidak pecah. Setelah mengatur nafas Celin tersenyum kepada Lira.
"Eh iya calon nyonya besar, perkenalkan nama saya Celin." ucap Celin, di dalam hatinya sungguh mentertawakan perempuan itu. Lira yang mendengar ucapan Celin seketika tersenyum lebar karena di puji hal itu meningkatkan percaya dirinya.
"Hem bagus, jadi kenapa kamu bisa keluar dari kamar calon suami saya?," Lira menatap Celin penuh selidik.
"Itu.... belum sempat Celin berucap karena bibi Jum muncul menghentikan aksi pembicaraan mereka.
"Lira kenapa kamu masih di sini? cepat selesaikan pekerjaan mu," perintah bibi Jum menatap Lira tajam.
"Lho apa sih bi, dengar ya kalau saya sudah menjadi istri tuan Zein, bibi orang pertama yang akan saya pecat," cetus Lira, mengucapkannya dengan percaya diri.
Bibi Jum sudah terbiasa mendengar ucapan Lira, dua hanya bisa menggeleng kepala. Sedangkan Celin mengembung kan kedua pipinya menahan tawa.
"Mimpi kamu terlalu tinggi Lira, cepat kamu bekerja sekarang." hardik bibi Jum berkacak pinggang.
"Lho Bi ini perempuan kenapa bisa keluar dari kamar tuan Zein, saya tidak terima dia mau maling kan di kamar calon suami saya," tunjuk Lira kepada Celin.
Celin tercengang sungguh tidak percaya dengan apa yang dia dengar. "Sudah jangan banyak bicara, halu mu sangat ketinggian Lira, non Celin lebih cantik dari kamu dia lebih cocok jadi istri tuan Zein. Sudah cepat kerjakan pekerjaan kamu jangan banyak cakap," bibi Jum mendorong Lira.
"Tapi bi...."
Melihat bibi Jum melotot, Lira bungkam dia berdecak kesal sembari menghentakkan kaki kelantai, sebelum berbalik badan Lira menatap Celin tajam penuh kebencian.
"Hahahaha" Celin tertawa lepas sampai terpingkal pingkal, perutnya terasa sakit sungguh sedari tadi ia tidak bisa menahan tawa. Bibi Jum melihat Celin tertawa lepas tanpa beban seulas senyum terbit di wajah yang telah penuh kerutan itu.
"Sudah non jangan ambil pusing, itu si Lira memang begitu, harap maklum ucapan dia haluan nya sampai ketinggian para pembantu lain juga sering kesal dengan tingkah Lira yang semena mena, sering menyuruh mengerjakan bagiannya, dia itu sungguh malas kerjanya cuma menghalu jadi nyonya." Jelas bib Jum panjang lebar sambil terkekeh.
Celin menganggukkan kepala pelan, dia bisa memahami hal itu. "Tapi bibi aku baru melihat dia," tanya Celin.
"Oh itu, dia cuti karena ibunya sakit. Ya sudah non Celin mandi dulu sarapan telah bibi siapkan di meja." bibi Jum mengelus punggung gadis itu sekilas , tersenyum hangat.
Mendapat perhatian kecil dari bibi Jum hati Celin terasa hangat, "Iya bibi tidak usah repot repot, Celin mandi dulu ya," ia mengangguk pelan, Celin tersenyum lalu segera berlalu menuju kamarnya untuk membersihkan diri
*
Zein yang masih sibuk memeriksa beberapa laporan, matanya memicing menemukan sesuatu yang janggal. Sontak matanya menatap tajam meneliti isi laporan tersebut, rahangnya mengeras. Zein langsung menutup berkas tersebut menghempaskannya ke atas meja.
"William," pekik Zein murka.
Setelah William masuk Zein langsung memberi isyarat kepada William untuk membaca isi berkas di atas meja. William yang mengerti, langsung mengambil berkas tersebut dan membacanya dengan teliti.
Sorot mata Zein masih terpancar tajam dia mengepalkan tangannya kuat karena ada yang kembali mengkhianati dirinya, Zein sangat membenci hal itu.
"Siapkan mobil," titah Zein tanpa menatap lawan bicara. William mengangguk tanpa menjawab, setelah menutup berkas William langsung pergi meninggalkan ruangan Zein.
"Siapa yang berani bermain main dengan ku bajingan kecil," senyum devil terbit dari sudut bibir Zein.
Zein keluar ruangan, dengan langkah lebar sorot matanya sangat menyeramkan, setiap karyawan yang di laluinya menundukkan pandangan tidak berani menyapa. Pemandangan itu bukanlah hal umum bagi mereka.
Sebelum memasuki lift langkah Zein terhenti karena seseorang menarik tangannya. "Kamu mau kemana honey," ucap Anne dengan nada menggoda menatap mesra Zein.
Dia adalah salah satu karyawan yang berani mendekati Zein. Ya tubuh Anne bisa di bilang sangat sempurna dengan dada yang besar serta bokong berisi, dengan tubuh bak gitar spanyol.
Biasanya Zein akan tergoda dan langsung bermain main, namun tidak untuk saat ini. Zein menatap Anne tajam lalu menepis tangan perempuan itu dengan kasar .
"lepaskan tanganku jalang, jangan berani menyentuhku atau kau di pecat dengan tidak hormat," balas Zein penuh penekanan, rahangnya mengeras sehingga urat leher nampak dengan jelas.
Zein langsung memasuki lift khusus untuk CEO, meninggalkan Anne yang meneriaki dirinya. Para karyawan lain yang melihat aksi berani Anne mencibir perempuan itu sambil menatap mengejek.
"Berani sekali, siap siap anda akan keluar dari perusahaan ini," ucap salah satu karyawan dengan senyum mengejek.
"Apa ha, tunggu saja jika aku sudah menjadi istri tuan Zein kamu pertamakali yang akan saya pecat," bentaknya wajah Anne memerah dengan dada naik turun, dia merasa kesal di campur malu karena banyak pasang mata menatap ke arah dirinya di iringi dengan cibiran.
Menghentakkan kaki nya kelantai Anne langsung berlalu meninggal kan mereka. "Huuu berani sekali dia,"
"Iya benar sebentar lagi pasti akan di tendang tuh oleh tuan Zein,"
"Sssttt sudah sudah cepat bekerja nanti kalian juga yang kena imbasnya."
*
Mobil melaju dengan kencang meninggalkan basemen, Zein langsung meluncur ke perusahaan cabang dengan William yang mengemudi, tanpa memberitahukan kedatangannya,
Selama dalam perjalan Zein suasana sangat mencengkam dengan wajah Zein yang dingin. Hal itu membuat William merasa ngeri melihat wajah Zein melalui kaca spion.
"Lebih cepat Willi," datar Zein.
"Baik tuan." William langsung menambah kecepatan.
_To Be Continued_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
epifania rendo
siapa yang korupsi
2024-03-14
0