"Tolong aku, buka pintunya ibu."
Zein baru selesai mandi, alisnya menukik tajam melihat Celin mengigau. Karena penasaran dia melangkahkan kakinya mendekati ranjang king size miliknya di mana Celin terbaring di atasnya.
"Hey bangun kamu," panggilnya. Namun gadis itu belum membuka matanya, ia kesal melihat wajah itu tertidur pulas tak menggubris panggilannya. Zein mengambil gelas air di atas meja samping ranjang.
Byuurrr.....
"Aaaaaaaa," pekik Celin syok dia terbangun dengan wajah pucat. Pertama kali yang dia ingat adalah kejadian semalam dimana ia terkurung di ruangan gelap. Bayangan yang membuatnya ketakutan menari nari di atas kepalanya, dia berteriak sambil menutup telinganya.
"Tidak, hiks hiks jangan, buka pintunya. Aku takut hiks hiks takut Ibu," teriak Celin, di atas ranjang.
Tubuhnya gemetar hebat di iringi dengan air mata mengalir deras membasahi pipinya.
Dia sama sekali tidak sadar bahwa Zein menatap dirinya dengan tajam. Mendengar teriakan Celin Zein memasang wajah heran melihat gadis itu seperti ketakutan.
"Hey kau kenapa bodoh?." bentak Zein mencengkram rambut Celin dengan kasar.
Celin ayok, kulit kepalanya terasa sakit akibat rambutnya di tarik kuat, Celin tersadar ia menangis kencang, bibirnya bergetar.
"Hiks hiks hiks."
"Argh kau selalu menyusahkan, dasar gadis sialan,"
hardiknya berang, meninggalkan gadis itu di kamarnya ia memanggil bibi Jum meminta wanita itu mengurus Celin.
"Bibi urus gadis sialan itu, dia ada di kamarku suruh dia makan dan diam. Dan bilang kepadanya jangan menyusahkan ku," ucap Zein dengan kesal.
"Baik tuan," ucapnya patuh, Zein langsung melengos pergi meninggalkan kediaman nya menuju ke kantor.
Sesampainya di kantor, Zein masuk dengan langkah tegas. Wajahnya berkali kali lipat lebih dingin dari biasanya, bahkan karyawannya enggan menyapa pria itu.
"William." panggil Zein.
"Iya ada apa tuan." William langsung masuk ke dalam ruangan Zein, tak kala mendengar teriakan pria itu. Kebetulan ruangannya berada di samping.
"Hem bagaimana dengan berkas yang aku minta." tanya Zein tanpa menatap Asisten pribadinya itu, William memang bisa di andalkan dalam hal apa pun.
William menghela nafas kasar, dia kira ada masalah serius sehingga Zein berteriak.
"Ini tuan silahkan di baca." dia meletakan berkas di atas meja, yang berisi file tentang Celin. Kebetulan ia memang akan menghantarkannya.
Zein langsung mengambil berkas itu, lalu membacanya dengan seksama, barisan pertama yang dia baca, Zein mengernyitkan dahinya.
Celin Alicia, berumur 22 tahun. Sejak kecil tinggal di panti asuhan. "Dia bekerja di cabang perusahaan kita." Zein menatap sahabatnya itu.
"Iya tuan, dia salah satu karyawan yang memilik IQ tinggi, dan kecerdasannya juga di atas rata rata. Dia juga pernah menyelesaikan masalah penggelapan dana di perusahaan cabang di kota B." jelas William dia sejujurnya terkejut mengetahui kenyataan itu.
"Oh mungkin dia yang di ceritakan oleh Bima." sahut Zein datar.
Dia sama sekali belum pernah melihat Celin di perusahaan cabang di kota A, karena setiap rapat tahunan William dan Bima yang mengurus. Matanya masih membaca setiap kalimat rincian tentang Celin.
"Miris dan sangat sial sekali, di buang ayahnya dan di titip ke panti, ckckck ayah macam apa dia." dia menggeleng, menutup kasar berkas itu dan di lempar ke atas meja.
"Kasihan sekali nasibmu Celin, pantas saja kau ku panggil gadis sial. Memang kehidupanmu itu penuh dengan kesialan akibat dari orang tua kau lakukan, malang sekali." Zein menarik sudut bibirnya, mengingat pernyataan lembaran yang ia baca.
"Cuma sebatas itu yang kau dapat?."
William menghela nafas panjang, karena selalu di repot kan oleh atasannya itu.
"Iya untuk nama ayahnya dan yang lainnya aku tidak mendapatkan informasi, sepertinya telah di tutup dengan rapat. Aku pun tidak bisa mencarinya." keluh William, dia juga heran untuk apa bosnya itu mencari tentang Celin.
"Wow, aku jadi penasaran siapa ayahnya itu." Zein menarik sudut bibirnya.
"Ya sudah pergi sana." dia menjentikkan jarinya mengusir William.
"Kau mengusir ku." William menatap kesal, dia langsung beranjak namun Zein kembali menghentikan dirinya.
"Tunggu." panggilnya.
"Apa lagi?," William memutar bola matanya malas.
"Kau cari lagi tentang gadis sialan itu sampai ke akar akarnya." perintah Zein tak ingin dibantah. Dia ingin tahu semuanya tentang gadis itu.
"Sekarang." tanya William mendelik, hey pekerjaannya masih banyak kenapa dia harus direpotkan untuk mencari tahu tentang gadis itu.
"Lebaran nanti." cetusnya kesal. William tertawa melihat wajah kesal atasannya itu.
"Diam kau William." pekiknya.
Pranggg....
Zein melemparkan Gelas, ke arah Wiliam namun beruntung dia langsung berlari keluar. Sehingga Gelas itu mengenai pintu.
"Hahaha." William masih tertawa puas. Namun tawanya seketika terhenti melihat seseorang berdiri di hadapannya. Pria itu meneguk saliva nya kasar, karena orang di hadapannya menatapnya tajam.
'Haiss perang dunia ketiga akan di mulai, mending aku cepat cepat kabur dari sini. Bisa bisanya aku babak belur nanti.' Gumam William.
_To Be Continue_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
epifania rendo
dasar gila semosian
2024-03-14
0
Tarmi Widodo
dasar gila emosi aq baca ya😀
2024-03-07
0